Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah AI Lebih Pintar dari Manusia, Atau Justru Sebaliknya?

ilustrasi AI
ilustrasi AI (unsplash.com/Igor Omilaev)
Intinya sih...
  • Manusia lebih unggul dalam memahami konteks dan emosi, sementara AI punya keunggulan dalam kecepatan dan ketepatan mengolah data besar.
  • AI kalah dari manusia saat dihadapkan pada ketidakpastian dan ambiguitas, karena cenderung bekerja berdasarkan pola masa lalu.
  • Manusia lebih unggul dalam hal kreativitas, terbukti dengan peningkatan kreativitas tim manusia dibanding tim gabungan manusia dan AI.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kepintaran biasanya dikaitkan dengan kemampuan untuk mencapai tujuan di berbagai situasi. Kalau dibandingkan manusia, AI memang punya banyak keunggulan. Mereka punya ingatan yang jauh lebih baik, bisa mengumpulkan informasi dari banyak sumber digital dengan cepat, bekerja tanpa henti tanpa perlu tidur, dan jarang membuat kesalahan hitung. Selain itu, AI juga bisa berpikir beberapa langkah ke depan dan menganalisis permasalahan yang kompleks.

Meski kelihatannya canggih, sebenarnya kebanyakan sistem AI masih terbatas pada satu bidang tertentu saja dan belum bisa bekerja di luar kemampuan yang sudah diprogramkan, lho! Dibanding AI, manusia sebenarnya lebih unggul dalam kemampuan imajinasi dan intuisi. Kedua hal ini bikin manusia jadi bisa beradaptasi dan menemukan solusi baru saat menghadapi situasi yang belum pernah dialami sebelumnya. Lalu, sebenarnya siapa yang lebih pintar? AI atau manusia?

1. Manusia jauh lebih unggul dalam memahami konteks dan emosi.

ilustrasi AI
ilustrasi AI (unsplash.com/Growtika)

Manusia jauh lebih unggul dalam memahami konteks dan emosi. Sementara itu, AI punya keunggulan dalam hal kecepatan dan ketepatan dalam mengolah data berukuran besar. Contohnya, alat diagnostik berbasis AI di bidang kesehatan mampu mendeteksi suatu penyakit secara lebih cepat dan akurat dibanding metode konvensional. Di dunia keuangan, model penjualan otomatis berbasis AI sudah terbukti bisa mengeksekusi miliaran transaksi per detik, di mana hal ini jauh melampaui hasil analisis yang dilakukan manusia.

Meski demikian, sebuah studi menunjukkan kalau efektivitas AI sebenarnya tergantung pada konteks pengambilan keputusan. Dalam situasi yang membutuhkan analisis data berkuran besar, AI jelas lebih unggul. Namun, ketika keputusan melibatkan faktor-faktor kompleks, seperti nilai moral, empati, dan pemahaman konteks sosial, manusia tetap jadi penentu akhir penggunaan AI. Artinya, meski AI bisa sangat membantu keputusan akhir tetap ada di tangan manusia yang mampu menilai kapan harus mengikuti AI dan kapan perlu berpikir secara mandiri.

2. AI kalah dari manusia saat dihadapkan pada ketidakpastian dan ambiguitas

ilustrasi AI
ilustrasi AI (unsplash.com/Igor Omilaev)

Meski punya banyak keunggulan, AI masih sering kalah dari manusia saat harus dihadapkan pada ketidakpastian dan ambiguitas. Sebuah studi pada industri otomotif menunjukkan kalau CEO yang cuma mengandalkan sistem berbasis AI ternyata malah gagal dalam menyesuaikan diri ketika pasar berubah secara mendadak. Hal ini terjadi karena AI cenderung bekerja berdasarkan pola dan data pada masa lalu. Ketika AI harus dihadapkan pada situasi yang belum pernah ada di dalam data historis, sistem AI bakal menghasilkan prediksi yang kurang akurat.

Sementara itu, manusia cenderung lebih fleksibel dan cepat beradaptasi saat harus dihadapkan pada perubahan yang gak terduga. Berbekal intuisi alamiah yang dimilikinya, manusia bisa menyesuaikan strategi dan mengambil keputusan secara lebih bijak di tengah keterbatasan informasi. Seorang pemimpin yang lebih mengandalkan kemampuannya sendiri dibanding AI dalam mengambil keputusan biasanya juga turut mempertimbangkan aspek emosional, sosial, dan moral yang gak bisa dilakukan oleh AI.

3. Sebenarnya manusia lebih unggul dalam hal kreativitas

ilustrasi AI
ilustrasi AI (unsplash.com/Markus Winkler)

Meski AI sering digunakan manusia untuk brainstorming ide, sebenarnya manusia lebih unggul dalam hal kreativitas, lho! Penelitian dari Cambridge Judge Business School menemukan kalau ide yang dihasilkan melalui kolaborasi manusia dan AI memang awalnya terlihat inovatif tetapi kreativitasnya cenderung stagnan seiring waktu. Dalam sepuluh putaran tugas, tim yang cuma terdiri dari manusia terus menunjukkan peningkatan kreativitas. Sementara, tim gabungan manusia dan AI berhenti mengalami perkembangan.

LLM memang bisa menandingi kemampuan manusia dalam pemecahan masalah terstruktur, tetapi masih tertinggal dalam menulis kreatif, bercerita, dan tugas yang membutuhkan aspek emosional. Hasil karya AI biasanya terlihat repetitif dan kurang menggugah emosi. Oleh karena itu, lagi-lagi masih dibutuhkan peran manusia untuk memberikan sentuhan kreatif dan sisi emosional pada karya yang dibuat bersama AI. Artinya, karya kreatif yang dibuat oleh manusia jelas lebih unggul dan memiliki value lebih tinggi.

Berdasarkan penjelasan di atas, bisa disimpulkan kalu manusia sebenarnya lebih pintar dibanding AI. Meskipun AI punya banyak kelebihan, kemampuannya masih terbatas saat harus berhadapan pada situasi yang penuh ketidakpastian. Manusia jelas jauh lebih unggul dalam memahami konteks dan emosi, di mana dua hal ini hingga kini belum bisa dilakukan AI. Kalau karya kreatif manusia dan AI dibandingkan, hasil karya manusia jelas lebih bernilai karena mengandung unsur emosional dan sentuhan kreativitas yang autentik.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us

Latest in Tech

See More

Kode Remot TV Sharp Tabung dan LED, Cek Cara Setting-nya

03 Nov 2025, 19:03 WIBTech