Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Menggunakan AI untuk Karya Ilmiah Termasuk Plagiarisme?

ilustrasi mengetik (unsplash.com/Stefan Heinemann)
ilustrasi mengetik (unsplash.com/Stefan Heinemann)
Intinya sih...
  • Perlunya memahami konteks plagiarisme dalam dunia akademikPlagiarisme secara tradisional dipahami sebagai tindakan mengambil ide, data, atau tulisan orang lain tanpa mencantumkan sumber. Namun, kehadiran AI memperluas definisi tersebut karena AI dapat menghasilkan teks yang belum pernah dipublikasikan.
  • AI sebagai alat bantu, bukan pengganti penulisSebagian besar ahli menekankan bahwa AI seharusnya digunakan sebagai alat bantu untuk memperjelas ide, bukan untuk menggantikan proses berpikir kritis penulis. Ketergantungan penuh pada AI dapat menghilangkan kemampuan analisis dan pemahaman mendalam dari seorang akademisi.
  • Adanya risiko kemiripan konten dan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam penulisan karya ilmiah menjadi perdebatan yang semakin hangat di dunia akademik. Banyak mahasiswa dan peneliti memanfaatkan AI untuk mempercepat proses penulisan. Namun, muncul pertanyaan mengenai keaslian ide yang dihasilkan. Pertanyaan utamanya adalah apakah penggunaan AI dapat dianggap sebagai bentuk plagiarisme atau justru sekadar alat bantu modern.

Di tengah kemajuan teknologi, batas antara kreativitas manusia dan kontribusi AI menjadi semakin kabur. Beberapa pihak menilai AI hanya berfungsi sebagai alat seperti kamus atau aplikasi tata bahasa. Sementara itu, pihak lain menganggap AI dapat menghasilkan konten yang terlalu mirip dengan sumber lain. Situasi tersebut memunculkan kebutuhan untuk memahami etika dan regulasi penggunaan AI dalam akademik. Untuk mencari tahu jawabannya, mari kita bahas lebih lanjut!

1. Perlunya memahami konteks plagiarisme dalam dunia akademik

ilustrasi menulis
ilustrasi menulis (unsplash.com/@kaitlynbaker)

Plagiarisme secara tradisional dipahami sebagai tindakan mengambil ide, data, atau tulisan orang lain tanpa mencantumkan sumber. Namun, kehadiran AI memperluas definisi tersebut karena AI dapat menghasilkan teks yang belum pernah dipublikasikan, tetapi tidak berasal dari penulis asli. Ini menimbulkan dilema baru mengenai otoritas intelektual dalam penulisan karya ilmiah.

Banyak institusi mulai meninjau ulang pedoman plagiarisme mereka agar relevan dengan era AI. Beberapa kampus menganggap penggunaan AI tanpa deklarasi sebagai tindakan tidak etis, meskipun tidak sepenuhnya termasuk plagiarisme. Perubahan ini menunjukkan perlunya adaptasi terhadap fenomena baru dalam penulisan akademik.

2. AI sebagai alat bantu, bukan pengganti penulis

ilustrasi menulis di laptop
ilustrasi menulis di laptop (pexels.com/@buro-millennial)

Sebagian besar ahli menekankan bahwa AI seharusnya digunakan sebagai alat bantu untuk memperjelas ide, bukan untuk menggantikan proses berpikir kritis penulis. Ketergantungan penuh pada AI dapat menghilangkan kemampuan analisis dan pemahaman mendalam dari seorang akademisi. Maka dari itu, penggunaan AI harus dilakukan secara bijak dan proporsional.

Institusi pendidikan kini mendorong mahasiswa untuk tetap mengontrol struktur argumen, analisis data, dan kesimpulan akhir. AI diperbolehkan untuk membantu penyusunan bahasa, tetapi tidak untuk menghasilkan keseluruhan isi karya ilmiah. Pendekatan tersebut membantu menjaga integritas akademik sekaligus memanfaatkan teknologi secara positif.

3. Adanya risiko kemiripan konten dan deteksi plagiarisme

seseorang sedang menulis konten
seseorang sedang menulis konten (pexels.com/@vlada-karpovich)

Mesin AI dilatih menggunakan jutaan data teks, sehingga tidak menutup kemungkinan menghasilkan kalimat yang mirip dengan sumber tertentu. Walaupun tidak secara langsung menyalin, kemiripan struktur dan gaya dapat membuat teksnya terdeteksi sebagai plagiarisme. Ini menjadi salah satu alasan munculnya perdebatan mengenai penggunaan AI sebagai alat penulisan.

Beberapa perangkat deteksi plagiarisme mulai menambahkan modul untuk mendeteksi pola penulisan AI. Namun, akurasinya masih terbatas karena AI mampu menghasilkan variasi kalimat yang sangat luas. Kondisi ini membuat kampus dan peneliti harus berhati-hati dalam menilai karya yang menggunakan bantuan AI.

4. Kewajiban deklarasi penggunaan AI dalam penulisan

ilustrasi menulis
ilustrasi menulis (unsplash.com/@christinhumephoto)

Beberapa perguruan tinggi dan jurnal ilmiah kini menuntut adanya pernyataan eksplisit mengenai penggunaan AI dalam proses penulisan. Deklarasi ini dianggap penting untuk menjaga transparansi dan menghindari kesalahpahaman mengenai keaslian karya. Tidak mencantumkan penggunaan AI dapat dianggap sebagai bentuk ketidakjujuran akademik.

Kewajiban ini tidak berarti menggunakan AI adalah tindakan yang salah. Justru, dengan deklarasi yang jelas, penulis tetap dapat memanfaatkan teknologi sambil mempertahankan integritasnya. Transparansi menjadi kunci dalam menilai apakah karya tersebut masih memenuhi standar akademik.

5. Penulis tetap jadi aktor utama dalam pembuatan karya ilmiah

ilustrasi mengetik di laptop (unsplash.com/Shoper)
ilustrasi mengetik di laptop (unsplash.com/Shoper)

Selain soal plagiarisme, penggunaan AI juga menyentuh isu etika dalam penelitian. AI tidak dapat sepenuhnya memahami konteks, sehingga hasilnya bisa mengandung bias atau kesalahan interpretasi. Penulis tetap bertanggung jawab untuk memeriksa dan memvalidasi setiap informasi yang dihasilkan.

Etika akademik menekankan bahwa penulis harus menjadi aktor utama dalam penyusunan karya ilmiah. AI hanya berperan sebagai pendukung yang membantu efisiensi, bukan pencipta ide. Setelah mematuhi prinsip ini, risiko pelanggaran etika dapat diminimalisir.

Kesimpulannya, penggunaan AI dalam karya ilmiah tidak selalu termasuk plagiarisme selama digunakan secara transparan dan bertanggung jawab. Integritas akademik tetap dapat terjaga jika penulis memahami batasan antara alat bantu dan keaslian pemikiran. Nah, apakah kamu termasuk orang yang suka memanfaatkan AI dalam menyelesaikan tugas akademik?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us

Latest in Tech

See More

Cloudflare Gangguan, ChatGPT Turut Terganggu

18 Nov 2025, 21:21 WIBTech