5 Masjid Tertua di Soloraya untuk Wisata Religi selama Ramadan

Kota Solo dan sekitarnya adalah wilayah yang kaya akan sejarah dan budaya. Gak cuma itu, wilayah yang tergabung sebagai Soloraya tersebut menyimpan jejak peradaban Islam yang kuat. Hal ini dibuktikan dengan keberadaan masjid-masjid kuno atau tua yang masih berdiri kokoh hingga saat ini.
Selama bulan Ramadan, masjid-masjid ini menjadi destinasi wisata religi yang menarik juga untuk dikunjungi. Belum tahu masjid apa saja yang dimaksud? Berikut daftar lima masjid tertua di Soloraya yang sarat akan nilai sejarah dan spiritual.
1. Masjid Laweyan, Solo

Masjid Laweyan yang berada di Solo disebut-sebut sebagai masjid pertama di kota berjuluk The Spirit of Java tersebut. Masjid ini didirikan pada tahun 1546. Bila dihitung-hitung, usia Masjid Laweyan saat ini lebih dari 4 abad, lho. Masya Allah.
Masjid Laweyan didirikan oleh Kiai Ageng Henis yang merupakan seorang alim ulama sekaligus ayah dari Ki Ageng Pemanahan. Berdasarkan riwayat, Ki Ageng Pemanahan adalah pendiri Dinasti Mataram, lho.
Masjid ini telah mengalami berulang kali renovasi sehingga bangunan pertamanya tidak diketahui seperti apa. Namun, bangunan ini bertahan bertahun-tahun dengan arsitektur khas Jawa.
2. Masjid Agung Kraton Surakarta, Solo

Beratus tahun setelah berdirinya Masjid Laweyan, dibangun masjid yang sekarang ini jadi ikoniknya Kota Solo yaitu Masjid Agung Kraton Surakarta. Karena lokasinya strategis, tidak jauh dari Kraton Surakarta dan Balai Kota Solo, membuat banyak wisatawan mengetahui eksistensi masjid ini.
Masjid Agung Kraton Surakarta yang berdiri pada tahun 1768 ini memiliki arsitektur Jawa kuno dan Belanda. Konon masjid ini dibangun pada era Pakubuwono lll dan memiliki cerita sejarah terkait dengan pemindahan Kraton Kartasura ke Kraton Surakarta.
Daya tarik Masjid Agung Kraton Surakarta bukan hanya pada arsitektur maupun interiornya saja. Masjid ini memiliki kolam-kolam air yang digunakan untuk bersuci, lho.
3. Masjid Mujahidin, Sragen

Gak cuma wisatawan dari Soloraya saja. Warga Sragen asli pun banyak yang tidak tahu jika Masjid Mujahidin di Dukuh Bulu merupakan masjid tertua di kabupaten ini. Masjid Mujahidin berdiri pada tahun 1829, lho.
Masjid ini didirikan oleh KH Muhammad Syafi'i, alim ulama yang menyiarkan agama Islam di wilayah Surakarta dan sekitarnya. Karena kegiatan syiar Islamnya, KH Muhammad Syafi'i menjalin hubungan baik dengan keluarga Kraton Surakarta, lho.
Sampai sini, kamu akan menyaksikan benda-benda bersejarah seperti mimbar, bedug, hingga pilar pintu masjid yang masih terjaga dengan baik dan bernilai sejarah.
4. Masjid Jatisobo, Sukoharjo

Ada cerita menarik dibangunnya masjid tertua di Sukoharjo ini. Konon, tempat yang sekarang menjadi Masjid Jatisobo ini dulu adalah pohon jati besar yang akhirnya dipangkas karena perintah Pakubuwono IV. Nah, kayu-kayu jati tersebut konon menjadi bahan pembuatan masjid ini, lho.
Ya, berdirinya Masjid Jatisobo ini ada keikutsertaan Pakubuwono IV dari Kraton Surakarta. Pakubuwono lV meminta Kyai Khotib Iman membuat Masjid Jatisobo untuk sarana salat sekaligus tempat dakwah dan penyebaran agama Islam.
Di masjid yang dibangun antara tahun 1788-1820, ini terdapat ruang yang dulu digunakan oleh Pakubuwono lV sebagai tempat membaca sekaligus belajar agama.
5. Masjid Cipto Mulyo Pengging, Boyolali

Masjid selanjutnya ini masih mempertahankan bentuk aslinya khas Jawa dengan bentuk atap limasan. Selama Ramadan, Masjid Cipto Mulyo Pengging selalu ramai pengunjung yang datang bulan sekadar salat tapi juga tadarus atau membaca kitab suci Al Qur.'an.
Seperti bangunan masjid sebelumnya, Masjid Cipto Mulyo ini berdiri masih ada sangkut paut Kraton Surakarta. Ya, Masjid Masjid Cipto Mulyo yang berada di Boyolali ini didirikan oleh Pakubuwono X. Masjid ini dibangun juga untuk mensyiarkan agama Islam di daerah Karesidenan Surakarta pada zaman dulu.
Lima masjid tertua di wilayah Soloraya yang disebutkan tadi tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah saja, tetapi juga saksi bisu perjalanan sejarah Islam di Soloraya. Pelesiran ke masjid-masjid yang disebutkan tadi selama Ramadan dapat menambah pengalaman spiritual yang mendalam dan memperkaya pengetahuan tentang sejarah Islam di Indonesia, lho.