7 Hal yang Tidak Boleh Dilakukan saat Summit Attack, Bisa Membahayakan!

Buat para pendaki, momen summit attack alias pendakian menuju puncak adalah tahap paling krusial. Biasanya dilakukan dini hari dengan suhu ekstrem dan tenaga yang mulai menipis. Tapi, justru di sinilah banyak pendaki melakukan kesalahan fatal yang bisa berujung bahaya.
Supaya perjalananmu aman dan lancar sampai puncak, berikut ini beberapa hal yang gak boleh kamu lakukan saat summit attack. Catat baik-baik, ya!
1. Berangkat tanpa pemanasan

Banyak pendaki yang langsung tancap gas begitu jam summit tiba. Padahal, tubuh butuh adaptasi dulu dengan suhu dingin dan perubahan tekanan udara. Kalau kamu langsung mendaki tanpa pemanasan ringan, otot bisa kram atau bahkan cedera.
Lakukan stretching kecil atau jalan santai dulu selama 5–10 menit sebelum mulai mendaki. Selain bikin tubuh lebih siap, ini juga bisa bantu jantung dan paru-paru menyesuaikan dengan aktivitas berat.
2. Terlalu memaksakan diri

Mengejar puncak memang jadi tujuan utama, tapi jangan sampai kamu memaksakan diri kalau kondisi tubuh udah gak memungkinkan. Gejala seperti pusing, mual, atau sesak napas bisa jadi tanda altitude sickness yang gak boleh diabaikan.
Kalau kamu ngerasa gak kuat, lebih baik berhenti sejenak, minum air, atau turun sedikit buat stabilin tubuh. Ingat, keselamatan jauh lebih penting daripada sekadar foto di puncak.
3. Gak makan atau minum dengan cukup

Beberapa pendaki males makan sebelum summit attack karena takut mual atau pengen cepat sampai puncak. Padahal, energi dari makanan dan cairan itu krusial buat bantu tubuh tetap kuat.
Coba konsumsi camilan ringan seperti cokelat, kurma, atau energy bar. Jangan lupa minum air secara berkala walau sedikit-sedikit. Dehidrasi di ketinggian bisa bikin kamu cepat lelah dan kehilangan fokus.
4. Naik terlalu cepat

Karena semangat atau pengen ngejar sunrise, kadang pendaki jadi terlalu ngebut. Padahal, naik terlalu cepat bisa bikin tubuh kelelahan dan sulit adaptasi sama oksigen tipis di ketinggian.
Gunakan ritme yang stabil dan konstan. Jalan pelan tapi pasti lebih baik daripada gaspol di awal lalu tumbang di tengah jalan.
5. Gak memperhatikan cuaca

Cuaca di gunung itu gak bisa ditebak. Bisa aja awalnya cerah, tapi tiba-tiba kabut tebal atau badai datang. Makanya, penting banget buat cek kondisi cuaca sebelum dan selama summit attack.
Kalau angin terlalu kencang atau visibilitas rendah, mending tunda dulu pendakian. Memaksakan diri dalam cuaca ekstrem bisa berisiko tinggi buat keselamatan kamu dan tim.
6. Meninggalkan tim pendakian

Summit attack seharusnya dilakukan bareng tim, bukan individu. Tapi sayangnya, masih banyak pendaki yang jalan sendiri karena pengen duluan sampai puncak. Ini salah besar, apalagi kalau kamu berada di jalur yang terjal atau bersalju.
Selalu jaga komunikasi dan posisi dengan anggota tim lain. Kalau ada yang tertinggal, bantu dan pastikan semua dalam kondisi aman. Ingat, pendakian bukan lomba siapa yang paling cepat, tapi soal kebersamaan dan keselamatan.
7. Gak pakai perlengkapan yang sesuai

Baju tipis, senter mati, atau sepatu licin adalah kesalahan umum yang sering kejadian. Saat summit attack, suhu bisa turun drastis dan medan makin sulit. Karena itu, pastikan perlengkapanmu lengkap dan sesuai standar.
Gunakan jaket tebal, headlamp dengan baterai cadangan, sarung tangan, dan sepatu trekking yang punya grip kuat. Jangan lupa bawa trekking pole buat bantu keseimbangan di jalur curam.
Summit attack memang jadi momen paling ditunggu dalam pendakian. Tapi tanpa persiapan dan sikap hati-hati, momen ini bisa berubah jadi bahaya.
Selalu utamakan keselamatan, dengarkan kondisi tubuhmu, dan patuhi instruksi dari guide atau tim pendaki lainnya. Dengan begitu, kamu bisa menikmati puncak dengan aman dan penuh rasa bangga.