Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Tantangan saat Mendaki Gunung, Pelajari Cara Mengatasinya

ilustrasi mendaki gunung (pexels.com/Eric Sanman)
ilustrasi mendaki gunung (pexels.com/Eric Sanman)
Intinya sih...
  • Cuaca di gunung sering berubah dengan cepat, mempersulit pendakian. Periksa perkiraan cuaca sebelum mendaki dan bawa perlengkapan sesuai.
  • Persiapan fisik penting untuk menghindari kelelahan dan cedera. Lakukan pelatihan fisik dan jaga asupan makanan serta istirahat.
  • Hindari AMS dengan mendaki perlahan, memberi tubuh istirahat, dan membawa kompas/GPS serta P3K untuk mengantisipasi kejadian tidak terduga.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Mendaki gunung memang memberikan pengalaman yang menantang dan memuaskan. Melihat pemandangan alam di sepanjang jalan, menaklukkan jalur pendakian yang terkadang tidak mudah, dan menuju puncak gunung dengan segala upaya, semua itu memang menjadi pengalaman yang tak terlupakan.

Namun, di balik pengalaman indah tersebut, ada juga berbagai tantangan yang menyertai.  Berikut beberapa tantangan utama yang sering dihadapi dalam pendakian gunung, beserta cara untuk mengatasinya. Simak sampai selesai, terlebih jika kamu adalah seorang pemula agar tidak kaget saat melakukan pendakian!

1. Cuaca ekstrem

ilustrasi cuaca ekstrem (pexels.com/Brett Sayles)
ilustrasi cuaca ekstrem (pexels.com/Brett Sayles)

Cuaca di gunung sering berubah dengan cepat, dari cerah menjadi hujan atau kabut tebal. Cuaca ekstrem dapat memperpendek jarak pandang dan mempersulit medan yang akan dilalui. Angin kencang dan suhu dingin juga dapat membuat pendakian lebih berbahaya. Bisa-bisa, pendaki mengalami hipotermia jika tidak membawa persiapan yang lengkap. 

Untuk menghadapi ini, pastikan untuk memeriksa perkiraan cuaca sebelum mendaki. Bawa perlengkapan yang sesuai dengan cuaca, seperti jas hujan, pakaian tahan angin, dan pelindung dari cuaca dingin. Jangan lupakan untuk membawa tenda, sleeping bag, kompor, dan peralatan lain sebagai pelindung dari hujan.

2. Kondisi fisik yang kurang siap

ilustrasi latihan fisik sebelum mendaki (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi latihan fisik sebelum mendaki (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Selain persiapan perlengkapan, persiapan fisik juga tidak kalah penting. Pasalnya, kondisi fisik yang buruk dapat menyebabkan kelelahan, cedera, bahkan kegagalan dalam mencapai puncak.

Jika kamu seorang yang tidak terbiasa bergerak aktif, sebaiknya lakukan pelatihan seminggu sebelum mendaki. Beberapa latihan fisik yang bisa kamu lakukan adalah jalan kaki dan jogging. Latihan kekuatan juga penting, karena pendakian butuh membawa banyak barang yang tentu tidak ringan. 

Jaga asupan makanan dan penuhi kebutuhan gizi tubuh. Jika perlu, tambahkan multivitamin. Jangan lupakan istirahat yang cukup.

3. Acute Mountain Sickness (AMS)

ilustrasi beristirahat sejenak saat pendakian (pexels.com/Nguyen Khuong)
ilustrasi beristirahat sejenak saat pendakian (pexels.com/Nguyen Khuong)

Dalam dunia pendakian, AMS adalah penyakit gunung akut yang sering dialami pendaki saat berada di ketinggian. Gejala AMS dapat berupa sakit kepala, mual, muntah, kelelahan, sesak napas, dan peningkatan detak jantung. AMS terjadi ketika tubuh mengalami perubahan lingkungan tanpa adaptasi terlebih dahulu.

Untuk menghindari terjadinya AMS, sebagai pendaki pemula sebaiknya lakukan pendakian secara perlahan untuk memberi waktu tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan. Memberi tubuh istirahat secara berkala sangat penting untuk menjaga tubuh tetap normal selama pendakian. 

4. Kehilangan navigasi

ilustrasi membawa kompas saat mendaki (unsplash.com/Heidi Fin)
ilustrasi membawa kompas saat mendaki (unsplash.com/Heidi Fin)

Kejadian hilangnya para pendaki merupakan hal yang sudah tidak asing lagi dalam dunia pendakian. Hal ini mungkin terjadi karena menemukan area yang jalurnya kurang jelas atau cuaca buruk yang membatasi jarak pandang.

Untuk menghindari kejadian serupa, pastikan untuk membawa kompas atau GPS yang dapat diandalkan. Pelajari jalur pendakian sebelum berangkat. Jika punya bujet lebih, pertimbangkan untuk menggunakan pemandu profesional. 

5. Cedera saat perjalanan

ilustrasi memberikan pertolongan pertama (pexels.com/RDNE Stock project)
ilustrasi memberikan pertolongan pertama (pexels.com/RDNE Stock project)

Cedera fisik, seperti keseleo, tergores, atau kelelahan otot, bisa terjadi saat mendaki, terutama di jalur yang terjal atau berbatu. Pastikan untuk selalu membawa P3K yang lengkap.

Sebelum memutuskan untuk mendaki, penting juga untuk mempelajari cara menangani cedera ringan, seperti membersihkan luka dan membalut pergelangan kaki yang terkilir. Jika mengalami cedera yang parah, segera cari bantuan dengan turun ke pos terdekat.

6. Keterbatasan perlengkapan dan logistik

ilustrasi mempersiapkan logistik yang cukup (unsplash.com/Andrea Davis)
ilustrasi mempersiapkan logistik yang cukup (unsplash.com/Andrea Davis)

Tidak membawa bekal yang cukup atau salah perhitungan dalam membawa bahan makanan dan air dapat menjadi hambatan dalam pendakian. Agar tidak terjadi kekurangan, buatlah rencana kebutuhan makanan, air, dan perlengkapan lain dengan teliti.

Sebaiknya, sediakan cadangan air dan makanan, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di perjalanan nanti. Memiliki bekal yang cukup atau dilebihkan akan menempatkan pendaki dalam posisi yang lebih aman. 

7. Ketidakmampuan bekerja sama dalam tim

ilustrasi mendaki secara berkelompok (pexels.com/Nans 82)
ilustrasi mendaki secara berkelompok (pexels.com/Nans 82)

Umumnya, pendakian dilakukan secara berkelompok. Dalam pendakian berkelompok, kemampuan fisik dan kecepatan yang berbeda tiap anggota dapat menyebabkan ketegangan. Untuk menghindari konflik semacam ini, sebelum mendaki lakukan diskusi terlebih dahulu.

Kemu bisa menentukan rencana perjalanan yang jelas dan sepakati langkah-langkah yang harus diambil jika ada anggota yang merasa kelelahan. Pun selama pendakian, jaga komunikasi antar anggota. Sebagai satu kelompok, sudah seharusnya untuk saling membantu dan menjaga kebersamaan hingga mencapai puncak dan kembali dengan selamat.

Agar pendakian berjalan mulus dan sukses, persiapkan semuanya dengan baik. Selain itu, selalu ingat untuk mematuhi aturan keselamatan dan prinsip Leave No Trace (tidak meninggalkan jejak) untuk menjaga alam kita tetap lestari. Siap mendaki kapan, nih?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us