Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Harga Motor dan Mobil CBU Lebih Mahal?

Kantor Nissan (nissan-global.com)

Ada dua jenis mobil dan motor yang dijual di negeri ini, yaitu CBU (Completely Built-Up) dan CKD (Completely Knocked Down). CBU adalah kendaraan yang diimpor dalam kondisi utuh dari luar negeri sementara CKD adalah kendaraan yang dirakit di dalam negeri.

Biasanya mobil berstatus CBU lebih mahal dibandingkan CKD. Perbedaan harganya lumayan signifikan, lho. Nah, berikut beberapa alasan kenapa kendaraan berstatus CBU selalu lebih mahal dibandingkan CKD.

1. Pajak dan bea masuk

ilustrasi pajak mobil (pexels.com/Саша Алалыкин)

Salah satu faktor terbesar yang membuat mobil dan motor CBU lebih mahal adalah pajak dan bea masuk yang tinggi. Pemerintah biasanya menetapkan tarif pajak yang lebih besar untuk kendaraan impor sebagai bentuk perlindungan terhadap industri otomotif lokal.

Di Indonesia, kendaraan CBU dikenakan berbagai pajak seperti bea masuk yang bisa mencapai 40-50 persen, tergantung pada jenis kendaraan. Selain itu, ada Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang bisa mencapai 10-125 persen untuk kendaraan mewah, serta Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 11 persen  yang berlaku untuk semua kendaraan.

Dengan adanya pajak-pajak ini, harga kendaraan CBU bisa jauh lebih mahal dibandingkan dengan kendaraan CKD yang dirakit secara lokal dan mendapat insentif pajak.

2. Biaya produksi dan tenaga kerja di negara asal

Ilustrasi pabrik mobil (mitsubishi-motors.co.id)

Mobil dan motor CBU biasanya diproduksi di negara asalnya dengan standar kualitas yang lebih tinggi, tetapi juga dengan biaya produksi yang lebih mahal. Negara-negara seperti Jepang, Jerman, atau Amerika Serikat memiliki upah tenaga kerja yang tinggi, sehingga biaya produksi mobil di sana lebih mahal dibandingkan jika kendaraan dirakit di negara dengan tenaga kerja lebih murah seperti Indonesia, Thailand, atau India.

Bahan baku yang digunakan dalam produksi kendaraan di luar negeri sering kali lebih berkualitas dan lebih mahal. Selain itu, teknologi produksi yang lebih canggih, seperti penggunaan robot industri dan sistem otomatisasi, juga meningkatkan biaya produksi, yang akhirnya berdampak pada harga jual kendaraan.

3. Biaya distribusi dan logistik

ilustrasi pelabuhan (pexels.com/Albin Berlin)

Karena kendaraan CBU dikirim dalam bentuk utuh dari negara asalnya, biaya distribusi dan logistik menjadi faktor yang signifikan dalam menentukan harga jual. Pengiriman internasional melalui kapal atau pesawat membutuhkan biaya tinggi, terutama untuk kendaraan yang dikirim dalam jumlah terbatas. Asuransi pengiriman juga menambah biaya, terutama untuk kendaraan premium atau eksotis yang bernilai tinggi.

Selain itu, biaya bongkar muat dan penyimpanan di pelabuhan sebelum kendaraan didistribusikan ke dealer juga ikut menambah harga akhir kendaraan. Semakin jauh negara asal kendaraan, semakin tinggi biaya distribusi yang dibebankan pada konsumen.

4. Fluktuasi nilai tukar mata uang

Bing Image Creator

Harga mobil dan motor CBU sangat dipengaruhi oleh nilai tukar mata uang. Jika mata uang negara tujuan melemah terhadap mata uang negara asal kendaraan, maka harga impor akan meningkat. Sebagai contoh, jika rupiah melemah terhadap yen Jepang atau dolar AS, harga kendaraan CBU dari Jepang atau Amerika akan naik secara otomatis.

Fluktuasi nilai tukar ini menyebabkan harga kendaraan CBU tidak stabil dan cenderung lebih mahal dibandingkan kendaraan CKD yang lebih banyak menggunakan komponen lokal. Perusahaan otomotif biasanya menyesuaikan harga kendaraan impor berdasarkan kurs mata uang terkini untuk menghindari kerugian akibat perbedaan nilai tukar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us