Salut, 4 Pahlawan Kemerdekaan Ini Ternyata Berprofesi Ekonom!

Jakarta, IDN Times - Tepat pada Selasa, 17 Agustus 2021, Indonesia telah memasuki usia 76 tahun sejak pertama kali merdeka 1945 silam. Banyak sosok dari beragam kalangan yang turut membantu perjuangan Indonesia untuk bisa merdeka 76 tahun lalu.
Berbagai tokoh dari latar belakang yang berbeda telah ditasbihkan sebagai pahlawan nasional berkat jasanya dalam berjuang merebut kemerdekaan dari penjajah.
Di dalam buku sejarah, tercatat ada beberapa pahlawan dengan latar belakang ekonomi alias ekonom atau ahli ekonomi yang juga turut berperan dalam proses meraih kemerdekaan Indonesia.
Berikut ini empat tokoh ekonom yang ikut berjuang untuk membuat Indonesia merdeka dari penjajahan.
1. KH Samanhudi

Tokoh ekonom pertama yang ikut berjuang dalam meraih kemerdekaan Indonesia adalah KH (Kiyai Haji) Samanhudi. Lahiri di Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah pada 1878, KH Samanhudi merupakan sosok pejuang kemerdekaan Indonesia sekaligus Pendiri dan Ketua Sarekat Dagang Islam (SDI).
Awal perjuangannya untuk membela Tanah Air adalah dengan mengumpulkan kaum dagang lewat SDI tersebut. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, KH Samanhudi bersama dengan Haji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto mengusulkan agar keanggotaan SDI tidak terbatas pada kaum dagang saja.
Oleh karenanya, kata 'dagang' di dalam SDI dihilangkan sehingga hanya menyisakan Sarekat Islam atau SI saja. KH Samanhudi lantas menjadi Ketua Kehormatan SI dan pada perjuangannya melawan penjajah, dia turut mendirikan Barisan Pemberontak Indonesia Cabng Solo, Gerakan Persatuan Pancasial, serta membentuk juga Laskar Gerakan Kesatuan Alap-Alap.
KH Samanhudi meninggal dunia pada 28 Desember 1956 di Klaten, Jawa Tengah pada usia 78 tahun. Jasadnya dimakamkan di Sukoharjo, Jawa Tengah.
2. Mohammad Hatta

Mohammad Hatta merupakan sosok pahlawan nasional kelahiran 12 Agustus 1902 di Bukittinggi, Sumatera Barat. Kehadiran Hatta bersama Sukarno merupakan duet andalan yang mengantarkan Indonesia ke pintu gerbang kemerdekaan Indonesia.
Selain sebagai nasionalis, Hatta juga dikenal sebagai seorang ekonom handal hingga akhirnya dipilih sebagai Bapak Koperasi Indonesia lantaran menelurkan ide tentang koperasi yang kita kenal saat ini.
Dalam perjuangannya melawan kolonialisme, Hatta sempat dibuang bersama tokoh politik lainnya ke Boven Digul, Irian Jaya pada periode 1932-1941 dan kemudian dipindahkan ke Banda Naira pada 1942 pada saat Jepang berkuasa di Tanah Air.
Pasca-proklamasi 17 Agustus 1945, Hatta diberikan amanat untuk menjadi Wakil Presiden RI yang pertama mendampingi Presiden Sukarno.
Hatta wafat pada 14 Maret 1980 di Jakarta dalam usia 77 tahun dan jasadnya kini disemayamkan di Taman Makam Pahlawan Tanah Kusir, Jakarta.
3. Raden Panji (RP) Soeroso

Raden Panji (RP) Soeroso merupakan pahlawan nasional dari kalangan ningrat. Meskipun berasal dari keluarga bangsawan, RP Soeroso tetap tak mau berdiam diri melihat penjajahan yang dialami oleh bangsa Indonesia.
Untuk itu, sejak usia 15 tahun dia bergabung dalam perkumpulan Boedi Oetomo. Setelah memulai perjuangan dari Boedi Oetomo, RP Soeroso diangkat menjadi Presiden Sarekat Islam Probolinggo dan Krakasan pada 1915 atau pada usia 22 tahun.
RP Soeroso kemudian menitikberatkan gerakan yang dipimpinnya untuk memperbaiki perekonomian rakyat yang kala itu porak poranda akibat penjajahan yang dilakukan oleh Belanda.
Selang dua tahun kemudian atau tepatnya pada 1917, RP Soeroso dipilih menjadi anggota gemeenterad Probolinggo. Pria kelahiran Porong, Sidoarjo tersebut kemudian menjadi salah satu pendiri Organisasi Kepegawaian yang kala itu bernama Persatuan Vakbonden Pegawai Negeri (P.V.P.N).
Kiprah perjuangan RP Soeroso pun berlanjut ketika dia menjadi anggota Volskraad atau Dewan Rakyat Hindia-Belanda. Sebagai seorang ekonom dan pejuang, RP Soeroso dengan lantang mengkritik kebijakan ekonomi yang dilakukan Pemerintah Hindia-Belanda dalam sidang Volksraad.
Dia juga menolak kebijakan pajak landrente atau sistem sewa tanah yang diterapkan Pemerintah Hindia-Belanda di Sumatera Barat.
Setelah Indonesia merdeka, RP Soeroso diberikan berbagai tanggung jawab di pemerintahan seperti menjadi gubernur Jawa Tengah.
Kemudian, dari masa Kabinet Moh.Nasir hingga 1956, RP Soeroso mendapatkan kepercayaan untuk mengisi beberapa pos menteri seperti Menteri Perburuhan, Menteri Urusan Pegawai, Menteri Sosial, dan Menteri Pekerjaan Umum.
RP Soeroso juga dikenal sebagai sosok Bapak Koperasi Pegawai Negeri Republik Indonesia. RP Soeroso kemudian meninggal dalam usia 87 tahun pada 16 Mei 1981 di Jakarta dan saat ini jasadnya dimakamkan di Mojokerto, Jawa Timur.
4. Ignatius Joseph (IJ) Kasimo

Sosok ekonom sekaligus pahlawan nasional berikutnya adalah IJ Kasimo. IJ Kasimo lahir pada 10 April 1900 di Yogyakarta.
Dia menjadi salah satu pelopor kemerdekaan Indonesia. Dia mengawali karier perlawanan terhadap penjajahan ketika aktif di Jong Java sebelum pada 1923, IJ Kasimo mendirikan Persatuan Politik Katholik Djawa (PPKD).
Dari situ langkahnya di dunia perpolitikan semakin cemerlang dan pada akhirnya pada 1931, IJ Kasimo berhasil menjadi anggota Volksraad.
Sebagai seorang ekonom, IJ Kasimo sempat mengisi beberapa pos menteri yang berkaitan dengan perekonomian bangsa seperti menteri perdagangan, menteri pertanian, menteri muda kemakmuran, menteri persediaan makanan rakyat, dan menteri perekonomian.
IJ Kasimo sendiri memiliki perhatian lebih terhadap isu pertanian. Pada 1948, dia menyusun rencana yang diklaim sebagai "Kasimo Plan" dengan tujuan untuk meningkatkan produksi pangan dengan cara melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian.
Dia juga mendapat gelar Bapak Tebu Rakyat atas peraturan yang dikeluarkannya saat menjabat sebagai Kepala Jawatan Pertanian Pusat pada 1951 hingga 1954.
IJ Kasimo kemudian meninggal pada usia 86 tahun dan jasadnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata.