Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

6 Pola Paradigma Ekonomi Syariah, yuk Belajar! 

ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

Paradigma merupakan kerangka pemikiran atau konsep kesepakatan para ilmuan. Dilansir Britannica, Thomas S.Kuhn dalam buku The Structure of Scientific Revolutions berpendapat bahwa penelitian dan pemikiran ilmiah ditentukan oleh paradigma atau pandangan dunia konseptual yang terdiri dari teori formal, eksperimen klasik, dan metode tepercaya.

Selanjutnya, paradigma ekonomi syariah merupakan kerangka pemikiran ekonomi yang sesuai prinsip-prinsip Islam. Prinsip-prinsip ini mencakup berbagai aturan yang diambil dari Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW, serta penafsiran ulama Islam terhadapnya. Paradigma ini bertujuan untuk menciptakan suatu sistem ekonomi yang adil, berkelanjutan, dan berorientasi pada kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.

Mengutip dari buku Pengantar Ekonomi Islam yang diterbitkan Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia terdapat enam pola paradigma ekonomi syariah seperti di bawah ini.

1.Berdasarkan tauhid

Ilustrasi ketauhidan (pixabay/Mohammed hassan)
Ilustrasi ketauhidan (pixabay/Mohammed hassan)

Tauhid adalah konsep ketuhanan dalam Islam yang merupakan asas keimanan dan keyakinan manusia tentang kewujudan dan keesaan Allah SWT. Pola paradigma ekonomi syariah hendaklah didasrkan kepada tauhid yang terbagi menjadi tiga seperti di bawah ini:

  •  Tauhid uluhiyah

Pola paradigma ekonomi syariah harus mengarah kepada menauhidkan Allah SWT dalam perbuatan-perbuatan yang dilakukan hamba, yaitu mengikhlaskan ibadah kepada Allah SWT, yang mencakup berbagai macam ibadah seperti tawakal, nazar, takut, pengharapan dan lain sebagainya

  • Tauhid rububiyah

Pola paradigma ekonomi syariah harus mengarah kepada menauhidkan Allah SWT dalam perbuatan-Nya seperti menciptakan, menguasai, memberikan rezeki, mengurusi makhluk, dll, yang semuanya hanya Allah SWT semata yang mampu.

  • Tauhid asma wa sifat

Yaitu dengan cara  mengimani apa yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT di dalam Alquran dan hadis mengenai nama dan sifat Allah SWT, tanpa mengubah makna, mengingkari, mendeskripsikan bentuk, atau memisalkan Allah dengan mahluknya.

2.Memiliki kaidah al-ubudiyyah atau beribadah kepada Allah SWT

ilustrasi salat (IDN Times/Esti Suryani)
ilustrasi salat (IDN Times/Esti Suryani)

Ibadah merupakan setiap perbuatan yang disyariatkan Allah SWT dan mengikuti setiap perintah yang disampaikan oleh Rasulullah SAW yang diridai Allah SWT. Pola paradigma ekonomi syariah hendanya harus selaras dengan syariat yang ditetapkan oleh Allah SWT.

Paradigma ini meliputi segala perintah, larangan, serta memperhatikan sesuatu yang dihalalkan maupun diharamkan. Ibadah tidak dimaknai terhadap perbuatan ibadah dan ritual agama saja, tetapi meliputi setiap aspek kehidupan manusia termasuk dalam melaksanakan ekonomi syariah dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan ekonomi syariah tidak akan menjadi ibadah apabila tidak mengikuti kaidah-kaidah yang telah ditetapkan sesuai syariat Islam.

3.Manusia sebagai hamba dan khalifah sebagai pelaku ekonomi Islam

ilustrasi pemimpin (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi pemimpin (IDN Times/Aditya Pratama)

Manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah SWT dengan berbagai keistimewaan. Manusia sebagai mahluk yang paling sempurna dengan karunai berupa akal, unsur fisik, roh, akal, dan nafsu. Manusia memiliki pangkat dan kedudukan yang tinggi diantara semua mahluk Allah, sehingga manusia diciptakan sebagai hamba dan sebagai khalifah (pemimpin) di muka bumi.

Sebagai hamba, manusia diwajibkan menyembah Allah SWT, sebagai khalifah, manusia memiliki tugas sebagai makhluk yang bisa membangun, memakmurkan, dan menjaga serta memanfaatkan sumber alam yang disediakan oleh Allah SWT. Kedua fungsi ini merupakan hakikat manusia yang berfungsi sebagai pelaku ekonomi syariah yang sejati.

4.Al-Thabi'i atau sumber daya alam sebagai alat pembangunan ekonomi

Ilustrasi sumber daya alam (pixabay.com/Joe)
Ilustrasi sumber daya alam (pixabay.com/Joe)

Pola paradigma ekonomi syariah memiliki pandangan bahwa segalanya yang berada pada semuesta ini termasuk sumber daya alam ini merupakan ciptaan Allah SWT. Allah juga memberikan amanah serta tanggung jawab terhadap manusia untuk dapat melestarikan sumberdaya alam sebagai perwujudan manusia sebagai khalifah di dunia dengan tugas memakmurkan muka bumi.

Setiap sumber alam yang diciptakan oleh Allah merupakan alat pembangunan ekonomi untuk memenuhi keperluan hidup manusia meliputi makanan, pakaian, perhiasan, peralatan, tempat tinggal, perhubungan, pengangkutan, dan sebagainya.

5.Al-Tawazun (keseimbangan) antara dunia dan akhirat

Ilustrasi keseimbangan ekonomi dan lingkungan (freepik.com/master1305)
Ilustrasi keseimbangan ekonomi dan lingkungan (freepik.com/master1305)

Pelaksanaan pembangunan ekonomi syariah harus dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Allah SWT. yang terdapat dalam Alquran dan hadis. Dalam hal ini manusia dituntut menyeimbangkan antara amalan untuk kebahagiaan di dunia yang menyangkut  aspek jasmani dan amalan untuk kebahagiaan di akhirat aspek rohani.

Kehidupan dunia ini perlu dijadikan medan utama untuk mendapatkan sebanyak mungkin bekal menuju akhirat kelak. Pola paradigma ekonomi syariah memiliki pandangan aktivitas ekonomi hendanya harus mencapai kebagiaan dunia dan akhirat (falah).

6.Menggapai ridha Allah SWT

Ilustrasi Berdoa. (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi Berdoa. (IDN Times/Aditya Pratama)

Keridaan Allah SWT merupakan tujuan akhir dari ekonomi syariah. Rida Allah SWT merupakan kenikmatan yang dikarunia Allah SWT paling besar dan paling utama. Tidak ada harapan yang lebih tinggi dan tidak ada nikmat yang lebih besar selain mendapatkan keridhaan Allah SWT.

Pembangunan ekonomi akan mengarah kepada pembangunan ekonomi syariah apabila meletakkan keridaan Allah SWT. sebagai tujuan akhirnya. Untuk mendapatkan keridaan Allah SWT ini manusia perlu memenuhi tiga syarat utama di bawah ini.

  • Pembangunan ekonomi yang diusahakan harus ikhlas semata-mata karena Allah SWT dengan selalu mentauhidkan-Nya.
  • Pembangunan ekonomi harus mematuhi segala syariat yang ditetapkan oleh Allah SWT dan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
  • Pembangunan ekonomi senantiasa mengarah kepada amalan kebaikan dalam berhubungan dengan Allah SWT dan berhubungan dengan sesama manusia.

Lebih lanjut, bahwa keridaan Allah SWT ini akan tercapai setelah semua elemen pola paradigma ekonomi syariah yang dijelaskan sebelumnya diyakini dan dihayati sepenuhnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ahmad Raziqi
EditorAhmad Raziqi
Follow Us