Analis Peringatkan Bisnis Mobil Teslah hanya Setara 30 Dolar per Saham

- Analis William Blair menilai bisnis mobil Tesla hanya bernilai sekitar 30–40 dolar AS per saham.
- Lebih dari 70 persen valuasi Tesla disebut berasal dari ekspektasi otonomi dan robotika.
- Saham Tesla melonjak di tengah uji coba robotaxi, meski bisnis EV masih menghadapi tekanan regulasi dan persaingan.
Jakarta, IDN Times – Tesla Inc. saat ini diperdagangkan layaknya perusahaan teknologi masa depan yang bertumpu pada akal imitasi (AI) dan kendaraan otonom. Kenaikan saham terbaru dipicu oleh kabar uji coba robotaxi tanpa pengemudi, yang mendorong persepsi Tesla telah berevolusi dari sekadar produsen kendaraan listrik menjadi pemain utama di sektor AI dan robotika.
Namun, di balik lonjakan harga saham tersebut, seorang analis Wall Street menilai, nilai fundamental bisnis inti Tesla, yakni produksi dan penjualan mobil listrik jauh lebih kecil dibandingkan valuasi pasarnya saat ini. Analis tersebut menyoroti adanya kesenjangan signifikan antara harga saham Tesla dan kontribusi aktual bisnis otomotifnya.
Table of Content
1. Analis William Blair soroti valuasi bisnis otomotif Tesla

Group Head of Energy Research di William Blair, Jed Dorsheimer menilai fokus investor terhadap Tesla kini semakin bergeser. Dalam wawancaranya dengan Yahoo Finance Opening Bid, Dorsheimer mengatakan, pasar semakin melihat Tesla sebagai perusahaan teknologi otonom dan energi, bukan lagi semata produsen mobil.
“Tesla semakin dipandang dari sisi otonomi dan energi,” kata Dorsheimer.
Ia menjelaskan, pendekatan valuasi Tesla saat ini menunjukkan penurunan perhatian terhadap bisnis otomotif. Dalam analisis sum-of-the-parts yang dilakukan timnya, kontribusi bisnis mobil terhadap nilai perusahaan dinilai sangat terbatas.
"Ada penurunan penekanan pada bisnis otomotif, yang kami nilai dalam analisis per bagian yang telah kami terbitkan,” ujar Dorsheimer.
“Bisnis tersebut sebenarnya hanya merepresentasikan sekitar 30 hingga 40 dolar AS per saham,” tambahnya.
Pernyataan ini, menurut Dorsheimer, sebagian besar nilai saham Tesla saat ini tidak lagi berasal dari penjualan kendaraan listrik.
2. Saham Tesla melonjak, pasar bertaruh pada robotaxi

Dalam lima hari perdagangan terakhir, saham Tesla melonjak lebih dari 7 persen dan mencetak rekor tertinggi baru. Kenaikan tersebut terjadi di tengah pelemahan indeks utama Wall Street, di mana Dow Jones dan S&P 500 justru terkoreksi setelah data ketenagakerjaan menunjukkan tingkat pengangguran AS naik menjadi 4,6 persen, level tertinggi sejak 2021.
Reli saham Tesla dipicu oleh laporan uji coba robotaxi tanpa pengemudi di Austin, Texas. Selain itu, pasar juga semakin yakin Tesla berhasil melakukan pergeseran strategi dari produsen EV yang menghadapi tekanan kompetisi menjadi perusahaan teknologi otonom berskala besar.
Dorsheimer menilai harga saham Tesla saat ini hampir sepenuhnya mencerminkan ekspektasi terhadap teknologi yang belum sepenuhnya terealisasi. Menurutnya, transisi persepsi pasar terhadap Tesla pada dasarnya sudah selesai.
Ia melihat Tesla tidak lagi dinilai berdasarkan jumlah kendaraan yang dikirimkan ke konsumen, melainkan pada kemajuan di bidang AI dan robotika.
3. Otonomi dan robotika dominasi valuasi Tesla

Dalam estimasinya, Dorsheimer menyebut, teknologi otonom kini menyumbang lebih dari 70 persen total valuasi Tesla. Kontribusi tersebut mencakup platform Robotaxi yang telah lama dijanjikan, serta proyek robot humanoid Optimus yang dikembangkan Tesla.
"Anda benar-benar melihat bisnis energi tumbuh hingga setara atau bahkan sedikit lebih bernilai dibanding bisnis otomotif,” ujar Dorsheimer.
Analisis ini menunjukkan, jika ekspektasi terhadap perangkat lunak swakemudi dan bisnis penyimpanan energi dikeluarkan dari perhitungan, nilai perusahaan Tesla sebagai produsen mobil akan terlihat jauh lebih rendah dibandingkan harga sahamnya saat ini.
4. Risiko eksekusi dan tantangan regulasi

Meski saham Tesla diperdagangkan berdasarkan janji teknologi masa depan, pendapatan dan laba jangka pendek perusahaan masih sangat bergantung pada pasar kendaraan listrik global. Pasar ini tengah menghadapi persaingan ketat dan tantangan regulasi di berbagai negara.
Pada pekan yang sama, regulator California menyampaikan kekhawatiran terkait penggunaan istilah autopilot dalam pemasaran Tesla. Otoritas setempat memberi tenggat waktu 90 hari kepada Tesla untuk mengklarifikasi atau menghapus terminologi tersebut, yang kembali menyoroti hambatan hukum dan teknis menuju otonomi penuh.
Kondisi tersebut mempertegas pengembangan kendaraan tanpa pengemudi masih menghadapi risiko signifikan. Bagi investor yang membeli saham Tesla di kisaran hampir 480 dolar AS per saham, toleransi terhadap kesalahan dinilai sangat terbatas, terutama jika jadwal robotaxi kembali mengalami penundaan seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
5. Energi tetap jadi pendorong jangka panjang

Meski menyoroti risiko pada sisi otomotif dan otonomi, Dorsheimer tetap melihat potensi jangka panjang pada bisnis energi Tesla. Ia menilai segmen ini masih kurang mendapat perhatian pasar, padahal berpotensi menjadi pendorong utama pendapatan dan laba perusahaan ke depan.
Pandangan tersebut menempatkan bisnis energi sebagai salah satu faktor penting dalam struktur valuasi Tesla, seiring pasar terus mengalihkan fokus dari penjualan mobil ke teknologi dan infrastruktur energi.


















