Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Nike Gagal Tahan Penurunan Margin akibat Tarif, Saham Anjlok

Nike Gagal Tahan Penurunan Margin akibat Tarif, Saham Anjlok
Ilustrasi logo nike (unsplash.com/mojtaba mosayebzadeh)
Intinya sih...
  • Tarif impor dari Asia membebani margin kotor Nike hingga turun 300 basis poin menjadi 40,6 persen.
  • Penjualan Nike di Greater China turun 17 persen, dipengaruhi perubahan strategi perusahaan dan minimnya investasi di jaringan toko.
  • Nike mencatat momentum positif di segmen produk performance, namun memperkirakan pendapatan akan turun pada kisaran satu digit bawah untuk kuartal III.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Nike melaporkan penurunan margin kotor untuk kuartal II berturut-turut pada Kamis (18/12/2025) waktu setempat. Kondisi ini menyebabkan harga saham perusahaan anjlok hingga 10 persen, terutama akibat melemahnya penjualan di pasar China serta upaya penyesuaian produk yang tengah dilakukan.

Direktur Utama Nike, Elliott Hill menyampaikan, meskipun hasil kinerja perusahaan masih di bawah potensi terbaiknya, capaian tersebut sudah lebih baik dibandingkan perkiraan tiga bulan sebelumnya. Hill menegaskan, Nike saat ini masih berada dalam proses pemulihan secara bertahap.

1. Tarif impor dari Asia perberat beban biaya Nike

Margin kotor Nike pada kuartal yang berakhir pada November 2025 tercatat turun 300 basis poin menjadi 40,6 persen. Penurunan ini terutama disebabkan oleh beban tarif impor serta pemberian diskon untuk produk lama yang masih tersisa di stok.

Tarif impor dari negara seperti Vietnam, Indonesia, dan China menambah beban biaya tahunan Nike hingga 1,5 miliar dolar AS (Rp25 triliun), meningkat dari proyeksi awal sebesar 1 miliar dolar AS (Rp16,7 triliun). Untuk kuartal berjalan, perusahaan memperkirakan margin kotor kembali turun sebesar 175 hingga 225 basis poin.

Upaya Nike dalam mengurangi persediaan berlebih juga turut menekan tingkat profitabilitas. Meski demikian, pendapatan perusahaan pada kuartal II mencapai 12,43 miliar dolar AS (Rp207,9 triliun), melampaui estimasi analis yang memprediksi sebesar 12,22 miliar dolar AS (Rp204,4 triliun).

"Hasilnya sedikit lebih baik dari yang kami antisipasi 90 hari lalu, tapi masih jauh dari potensi kami," ujar CEO Elliott Hill dalam panggilan pasca-laporan laba, dilansir Yahoo Finance.​

2. Penurunan kinerja beruntun Nike di pasar China

Penjualan Nike di kawasan Greater China turun 17 persen pada kuartal II, menandai penurunan selama enam kuartal berturut-turut. Penjualan melalui kanal Nike Direct merosot 18 persen, sementara penjualan digital anjlok hingga 36 persen.

Penurunan ini disebabkan oleh perubahan strategi perusahaan menjadi merek gaya hidup yang bersaing berdasarkan harga, minimnya investasi di jaringan toko, serta promosi berlebihan yang justru melemahkan permintaan konsumen.

Secara keseluruhan, pendapatan bersih Nike tercatat turun 32 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Meski demikian, laba per saham yang disesuaikan mencapai 53 sen (Rp8,8 ribu), melampaui perkiraan analis sebesar 38 sen (Rp6,3 ribu). Penjualan dari kanal Nike Direct juga menurun 8 persen karena perusahaan berfokus kembali pada penjualan grosir dan memperbaiki hubungan dengan para peritel.

"Kami kini menjadi merek gaya hidup yang bersaing lewat strategi harga di pasar China, sehingga kami juga mengurangi jumlah tenaga kerja di lapangan," kata Elliott Hill, dilansir Investing.

3. Nike lanjutkan pemulihan meski tekanan biaya tinggi

Nike saat ini berada pada tahap pertengahan proses pemulihan bisnisnya. Perusahaan mencatat momentum positif di segmen produk performance, seperti kategori running, yang tumbuh dua digit. Namun, penjualan lini sportswear cenderung stagnan akibat melemahnya permintaan untuk model klasik seperti Air Max.

Untuk kuartal III, Nike memperkirakan pendapatan akan turun pada kisaran satu digit bawah (low single digits), lebih buruk dibandingkan estimasi analis yang memproyeksikan penurunan sekitar 1,5 persen.

Direktur Keuangan (CFO) Nike, Matthew Friend, menegaskan bahwa tarif impor dari kawasan Asia Tenggara yang mencapai 1,5 miliar dolar AS (Rp25 triliun) memberikan tekanan signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Kendati demikian, Nike tetap berkomitmen memprioritaskan strategi di lini olahraga inti serta memperkuat kemitraan dengan peritel. Usai laporan keuangan dirilis, saham Nike tercatat turun ke level 59,40 dolar AS (Rp993,7 ribu).

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in Business

See More

Mitos vs Fakta: Semua Bisnis Wajib Aktif di Semua Media Sosial

20 Des 2025, 01:10 WIBBusiness