Airlangga Bantah Pembangunan Kilang Minyak di AS: Semua di Indonesia

- Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menampik kabar yang menyebutkan Indonesia akan membangun kilang pengolahan minyak mentah di Amerika Serikat.
- Lokasi pembangunan 17 kilang modular masih dalam tahap kajian dengan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).
Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menampik kabar yang menyebutkan Indonesia akan membangun kilang pengolahan minyak mentah (crude oil) di Amerika Serikat (AS).
Kabar tersebut berembus karena dianggap sebagai bagian dari kesepakatan dagang tarif 19 persen dengan Presiden AS, Donald Trump. Adapun dalam perundingan tarif resiprokal AS, Indonesia menawarkan sebesar 8 miliar dolar AS yang akan digelontorkan Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) untuk pembangunan kilang di Indonesia.
"Jadi jangan salah, membangun kilang di Indonesia. Kita hanya akan beli dalam bentuk EPC -Engineering, Procurement, dan Construction- dari perusahaan Amerika, dibangun kilangnya di Indonesia," kata Airlangga dalam program Real Talk with Uni Lubis, Rabu (30/7/2025).
1. Pembangunan 17 kilang modular

Sebelumnya diberitakan, Danantara mengungkapkan rencana pembangunan 17 kilang minyak modular yang merupakan bagian dari kerja sama energi dengan Pemerintah AS. Menurut informasi yang beredar, proyek dengan nilai 8 miliar dolar AS atau sekitar Rp130,4 triliun itu bakal dirancang untuk mengolah minyak mentah dari AS.
"Mengenai investasi di refinery ini, ya memang itu adalah salah satu komitmen kerja sama yang ingin dilakukan bersama-sama dengan perusahaan Amerika karena kalau kita lihat, salah satu di dalam kesepakatan itu kan kita akan melakukan impor dari crude oil ke Indonesia," ujar Rosan di Gedung Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Jakarta, Selasa (29/7).
2. Desain kilang disesuaikan dengan karakteristik minyak mentah negara pemasok

Rosan menjelaskan, desain kilang yang nantinya dibangun bersama AS bakal disesuaikan dengan karakteristik minyak mentah negara pemasok atau dalam hal ini dari AS. Refinery baru ini pun menjadi krusial lantaran adanya pergeseran impor minyak yang awalnya dari Nigeria dan Arab Saudi, dialihkan dari Negeri Paman Sam.
"Refinery itu harus sesuai dengan karakteristik dari setiap crude oil yang diimpor ini dan tentunya kalau ini dari Amerika, ya investasinya juga kita sesuaikan refinery-nya juga dari karakteristik crude oil dari negara tersebut," katanya.
Rosan menambahkan, rencana itu tidak akan membebani keuangan negara karena merupakan bagian dari strategi bisnis bersama dengan AS.
3. Lokasi pembangunan kilang modular

Sementara terkait lokasi pembangunan 17 kilang modular, Rosan menyampaikan masih dalam tahap kajian dengan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM). Satu hal pasti, dia bilang, proyek ini bisa dibangun di Indonesia atau luar negeri sesuai hasil kajian bisnis yang dilakukan pihaknya dan Kementerian ESDM.
"Ini kan semua sedang berproses ya dan memang tentunya kita akan lihat dari segi paling pertama itu efisiensinya. Untuk lebih dekat dengan bukan hanya demand-nya, tetapi juga dengan sources-sources-nya. Kita masih coba diskusikan awal bersama-sama dengan Kementerian ESDM juga, lokasi-lokasinya karena kembali lagi, ini kan small modular, bisa di Indonesia, bisa juga potensi kita lihat di luar (negeri)," tutur Rosan.