Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apa Itu Reshoring? Kala Pengusaha Pindahkan Pabrik ke Negara Asal

ilustrasi pabrik mobil (freepik.com/usertrmk)
ilustrasi pabrik mobil (freepik.com/usertrmk)
Intinya sih...
  • Pengertian reshoring: perusahaan kembali ke negara asal untuk produksi dan pembuatan barang
  • Bagaimana reshoring bekerja: menciptakan lapangan kerja, memperkuat perekonomian negara asal, namun bisa gagal jika manajemen lemah
  • Contoh-contoh reshoring: banyak perusahaan AS melakukan reshoring setelah Resesi Besar 2008, pandemi COVID-19 juga mendorong aktivitas reshoring
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Dalam dunia bisnis global, perusahaan dihadapkan pada dua pilihan utama terkait lokasi produksi, yakni tetap di luar negeri (offshoring) atau kembali ke negara asal (reshoring).

Langkah mengembalikan manufaktur ke negara sendiri merupakan strategi penting yang bertujuan memperkuat ekonomi domestik dan menciptakan lapangan pekerjaan. Lantas, apa itu reshoring?

1. Pengertian reshoring

Ilustrasi pabrik (freepik.com/4045)
Ilustrasi pabrik (freepik.com/4045)

Reshoring didefinisikan sebagai langkah strategis perusahaan untuk mengembalikan produksi dan pembuatan barang ke negara asal perusahaan, demikian dilansir Investopedia.

Strategi tersebut juga dikenal dengan istilah lain seperti onshoring, inshoring, atau backshoring. Itu kebalikan dari offshoring, yaitu praktik memindahkan manufaktur ke luar negeri dengan tujuan utama menekan biaya tenaga kerja dan produksi.

2. Bagaimana reshoring bekerja

ilustrasi pabrik (unsplash.com/Catgirlmutant)
ilustrasi pabrik (unsplash.com/Catgirlmutant)

Meskipun offshoring dikenal menawarkan manfaat finansial, seperti upah tenaga kerja yang lebih rendah, reshoring diklaim mampu memberikan dampak positif yang lebih besar dengan memperkuat perekonomian negara asal.

Proses tersebut secara langsung menciptakan lapangan kerja di sektor manufaktur, yang pada gilirannya memperkuat angkatan kerja, membantu menekan tingkat pengangguran, dan berkontribusi pada penyeimbangan defisit perdagangan.

Di Amerika Serikat, banyak perusahaan dilaporkan menemukan kenaikan biaya produksi di dalam negeri ternyata tidak signifikan, bahkan seringkali terkompensasi oleh manfaat lain, terutama jika memperhitungkan biaya bea cukai dan pengiriman barang dari luar negeri.

Namun, perusahaan diingatkan reshoring tidak selalu berujung sukses. Jika manajemennya lemah atau kondisinya tidak mendukung, upaya transisi tersebut dapat gagal. Kegagalan sering terjadi karena perusahaan kurang memperhitungkan biaya dan kerumitan perencanaan logistik yang dibutuhkan.

Untuk memastikan keberhasilan, banyak perusahaan memilih untuk menggunakan jasa konsultan spesialis reshoring. Selain itu, meskipun reshoring merangsang ekonomi lokal, penting bagi perusahaan untuk mempertimbangkan beberapa produk tetap lebih baik diproduksi di luar negeri.

Hal itu hususnya berlaku pada produk yang bahan bakunya berasal dari negara tersebut, contohnya hasil panen lokal di Indonesia sebaiknya diproses di dalam negeri agar dekat dengan sumbernya.

3. Contoh-contoh reshoring

ilustrasi pabrik (pexels.com/Kateryna Babaieva)
ilustrasi pabrik (pexels.com/Kateryna Babaieva)

Selama puluhan tahun, banyak perusahaan AS memilih offshoring, memindahkan pabrik ke negara-negara dengan upah rendah seperti China, Malaysia, dan Vietnam. Akan tetapi, setelah Resesi Besar 2008, sejumlah perusahaan mulai mencari cara lain untuk efisiensi biaya, termasuk melakukan reshoring dan mengembalikan operasional ke AS demi menciptakan lapangan kerja bagi warga Amerika yang menganggur.

Sejak Resesi Besar, reshoring juga telah menjadi isu politik prioritas. Presiden saat itu dilaporkan telah memperkenalkan beberapa kebijakan untuk mendorong reshoring demi merangsang perekonomian.

Contohnya, pada 2011, Presiden AS meluncurkan program SelectUSA yang menghubungkan perusahaan dengan sumber daya di tingkat federal hingga lokal. Setahun kemudian, Presiden berpidato di acara Insourcing American Jobs Forum Gedung Putih, mempromosikan gagasan pengembalian pekerjaan ke AS. Bahkan dalam pidato State of the Union tahun 2013, Presiden Obama menyoroti pentingnya reshoring yang dilakukan oleh perusahaan raksasa seperti Ford dan Apple.

Laporan dari Reshoring Initiative 2016 menyebutkan mayoritas pekerjaan yang di-reshoring (sekitar 60 persen dari tahun 2010-2016) berasal dari China, seiring dengan meningkatnya biaya tenaga kerja di negara tersebut. Tren dilaporkan makin menguat, dengan reshoring dari Tiongkok mencapai 87 persen pada 2023.

Pandemik COVID-19 juga menambah dorongan baru terhadap reshoring karena gangguan besar pada rantai pasok global akibat wabah dan lockdown. Bahkan, diperkirakan aktivitas reshoring pada 2021 telah mencapai rekor tertinggi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in Business

See More

Airbus Raih Pesanan 150 Jet dari Flydubai Senilai Rp401,9 Triliun

19 Nov 2025, 15:19 WIBBusiness