Apa yang Terjadi jika Suku Bunga Naik? Ini 8 Dampaknya

Kenaikan suku bunga seringkali menjadi perbincangan hangat di kalangan ekonom, pelaku pasar, dan tak terkecuali masyarakat umum. Perubahan tingkat suku bunga biasanya dipengaruhi oleh kebijakan bank sentral.
Kenaikan tingkat suku bunga memiliki dampak yang signifikan dan dapat dirasakan di berbagai sektor ekonomi, mulai dari pengeluaran rumah tangga hingga keputusan investasi perusahaan.
Meski Bank Indonesia (BI) sudah menurunkan suku bunga pada Oktober 2024, dampak yang terjadi bila suku bunga naik tetap harus diwaspadai.
Di bawah ini, IDN Times sudah rangkum dampak yang terjadi jika suku bunga naik.
1. Biaya pinjaman meningkat

Ketika suku bunga naik, biaya pinjaman menjadi lebih tinggi. Ini berarti pinjaman seperti hipotek, kredit kendaraan, dan pinjaman pribadi menjadi lebih mahal.
Ketika suku bunga naik, peminjam harus membayar lebih banyak bunga untuk jumlah yang sama. Ini berarti cicilan bulanan akan lebih tinggi.
Bagi mereka yang ingin mengambil pinjaman baru, seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR) atau kredit kendaraan, suku bunga yang lebih tinggi akan membuat pinjaman tersebut menjadi lebih mahal. Akibatnya, konsumen dan bisnis harus membayar bunga yang lebih besar lagi, sehingga mereka mungkin akan mengurangi pengeluaran dan investasi.
2. Konsumsi dan investasi menurun

Kenaikan suku bunga menyebabkan masyarakat cenderung menunda atau mengurangi pembelian besar, seperti rumah atau mobil.
Dengan suku bunga yang lebih tinggi, masyarakat menjadi lebih berhati-hati dalam mengelola keuangan mereka, yang mendorong mereka untuk memprioritaskan kebutuhan dasar dan menunda pembelian barang nonprioritas. Ini berdampak pada penurunan permintaan di berbagai sektor, termasuk ritel.
Di sisi lain, perusahaan mungkin menunda atau membatalkan rencana investasi mereka akibat biaya pinjaman yang meningkat, yang pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Dengan biaya pinjaman yang meningkat, tak sedikit yang memilih untuk mempertahankan kas dan fokus pada efisiensi operasional, alih-alih melakukan investasi baru.
Ketika masyarakat mengurangi pengeluaran dan perusahaan menunda investasi, permintaan terhadap barang dan jasa menurun. Penurunan permintaan ini dapat menyebabkan perusahaan mengurangi produksi, yang dapat mengakibatkan pemotongan tenaga kerja dan peningkatan pengangguran.
Dengan meningkatnya pengangguran, daya beli masyarakat semakin berkurang, sehingga konsumsi terus menurun. Siklus ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menghambat pemulihan dari kondisi yang tidak menguntungkan.
3. Berpotensi resesi

Jika suku bunga meningkat terlalu cepat atau terlalu tinggi, tak menutup ada risiko ekonomi memasuki resesi. Penurunan konsumsi dan investasi dapat menyebabkan produksi menurun, meningkatnya angka pengangguran, dan penurunan pendapatan rumah tangga.
Kenaikan suku bunga adalah alat yang kuat dalam kebijakan moneter yang dapat mempengaruhi hampir semua aspek ekonomi. Meskipun dapat berperan dalam mengendalikan inflasi, efeknya terhadap konsumsi, investasi, dan pasar keuangan bisa menciptakan tantangan besar, terutama jika kenaikan tersebut terlalu tajam atau terjadi di tengah kondisi ekonomi yang sudah lemah.
4. Nilai tukar uang menguat

Kenaikan suku bunga biasanya menarik investasi asing karena menawarkan imbal hasil yang lebih tinggi. Hal ini dapat meningkatkan permintaan untuk mata uang lokal, sehingga membuat nilai tukar mata uang tersebut menguat. Meskipun menguntungkan untuk impor, penguatan mata uang juga bisa membuat barang-barang yang diekspor menjadi lebih mahal di pasar internasional.
Kenaikan suku bunga yang membuat nilai tukar mata uang menguat dapat menyebabkan penurunan daya saing ekspor, yang berdampak pada laba perusahaan dan akhirnya menurunkan harga saham.
5. Dampak pada pasar saham

Pasar saham biasanya turun saat suku bunga naik. Biaya pinjaman yang lebih tinggi dapat mengurangi laba perusahaan, sehingga harga saham turun. Selain itu, dengan suku bunga yang lebih tinggi, obligasi menjadi pilihan investasi yang lebih menarik, membuat dana berpindah dari saham ke obligasi.
Kenaikan suku bunga dapat menyebabkan tekanan pada pasar saham, terutama jika investor khawatir tentang dampak jangka panjangnya pada pertumbuhan ekonomi dan profitabilitas perusahaan.
6. Peningkatan tabungan

Ketika suku bunga naik, imbal hasil untuk tabungan dan deposito juga meningkat. Hal ini membuat menabung menjadi lebih menarik karena orang dapat memperoleh lebih banyak bunga dari tabungan mereka. Ini mendorong orang untuk menyimpan lebih banyak uang di bank, yang dapat mengurangi likuiditas di pasar dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.
Saat suku bunga sedang naik, masyarakat cenderung menghindari pinjaman, karena biayanya menjadi lebih tinggi. Hal ini lah yang mendorong masyarakat lebih memilih untuk menabung daripada meminjam untuk membeli barang atau jasa, sehingga meningkatkan proporsi tabungan.
7. Mengendalikan inflasi

Salah satu alasan bank sentral meningkatkan suku bunga adalah untuk mengendalikan inflasi. Ketika biaya pinjaman naik, orang cenderung membeli lebih sedikit barang dan jasa. Hal ini bisa membantu menurunkan inflasi. Jadi, kenaikan suku bunga sering digunakan untuk menjaga inflasi agar tetap dalam batas yang wajar.
Meski peningkatan tabungan di masyarakat dan biaya pinjaman yang naik,dapat mengurangi konsumsi jangka pendek, stabilitas harga yang dihasilkan dari inflasi terkendali menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Dengan demikian, kenaikan suku bunga adalah alat penting yang digunakan bank sentral untuk menjaga inflasi dalam batas yang wajar, memastikan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
8. Kenaikan beban utang pemerintah

Ketika pemerintah memiliki utang besar, kenaikan suku bunga akan membuat biaya untuk membayar utang semakin besar. Akibatnya, pemerintah harus mengalokasikan lebih banyak anggarammya untuk membayar bunga, sehingga dana untuk proyek-proyek penting seperti infrastruktur dan layanan publik bisa berkurang.
Kedua fenomena ini saling terkait dalam konteks suku bunga. Kenaikan suku bunga mendorong peningkatan tabungan di masyarakat, tetapi juga membebani pemerintah dengan biaya utang yang lebih tinggi.
Penulis: Syifa Putri Naomi