Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

BI Catat Uang Primer Adjusted April 2025 Capai Rp1.952,3 Triliun

Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)
Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)
Intinya sih...
  • Uang primer (M0) Adjusted tumbuh 13,0 persen pada April 2025, mencapai Rp1.952,3 triliun.
  • Pertumbuhan dipengaruhi oleh uang kartal yang diedarkan sebesar 7,3 persen yoy dan giro bank umum di Bank Indonesia adjusted sebesar 9,9 persen yoy.
  • BI akan mengurangi jumlah outstanding Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) untuk meningkatkan serapan likuiditas perbankan.

Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI) mencatat, Uang Primer (M0) Adjusted pada April 2025 sebesar Rp1.952,3 triliun. Perkembangan ini dipengaruhi oleh pertumbuhan uang kartal yang diedarkan dan giro bank umum di Bank Indonesia adjusted.

Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso mengatakan, Uang Primer (M0) Adjusted pada April 2025 tumbuh 13,0 persen secara year on year (yoy).

"Uang Primer (M0) Adjusted pada April 2025 tumbuh 13,0 persen yoy setelah pada bulan sebelumnya tumbuh 21,8 persen yoy sehingga tercatat sebesar Rp 1.952,3 triliun," ujar Denny dalam keterangan tertulis, Kamis (8/5/2025). 

1. Faktor pertumbuhan uang primer

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. (Dok. IDN Times)
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. (Dok. IDN Times)

Denny menuturkan, pertumbuhan uang primer ini dipengaruhi oleh uang kartal yang diedarkan, dan giro bank umum di Bank Indonesia adjusted.

"Perkembangan ini dipengaruhi oleh pertumbuhan uang kartal yang diedarkan sebesar 7,3 persen yoy, dan giro bank umum di Bank Indonesia adjusted sebesar 9,9 persen yoy," jelasnya

2. BI lakukan pengendalian kebijakan moneter

ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Aditya Pratama)

Ia menambahkan, berdasarkan sejumlah faktor yang memengaruhinya, pertumbuhan M0 Adjusted dipengaruhi oleh kebijakan pengendalian moneter yang diterapkan secara hati-hati dan terukur, dengan tetap mempertimbangkan dampak dari pemberian insentif likuiditas kepada perbankan dan sektor keuangan. 

"Berdasark­an faktor yang memengaruhinya, pertumbuhan M0 Adjusted dipengaruhi oleh pengendalian moneter yang sudah mempertimbangkan dampak pemberian insentif likuiditas (pengendalian moneter adjusted)," imbuhnya.

3. BI kurangi SRBI demi genjot likuiditas bank

ilustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi uang (IDN Times/Aditya Pratama)

Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) akan mengurangi jumlah outstanding Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) di pasar keuangan. Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan serapan likuiditas oleh perbankan guna mendorong penyaluran kredit ke sektor riil.

"BI secara konsisten dan terukur mendorong ekspansi likuiditas. Kami terus berupaya menurunkan outstanding SRBI," ujar Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI, Erwin Gunawan Hutapea, dalam taklimat media di Gedung Thamrin BI, Rabu (7/5/2025).

Dia mengatakan, pada akhir 2024 tercatat outstanding SRBI mencapai Rp923 triliun. Jumlah tersebut mulai dikurangi perlahan agar dana tersebut bisa terserap oleh perbankan.

“Kalau kita lihat sejak awal 2024, outstanding-nya di Rp923 triliun kalau saya tidak keliru ya, di posisi terakhir outstandingnya itu sudah berada di angka sekitar Rp882 triliun, berarti kita sudah melepas likuiditas dari operasi SRBI itu Rp40 triliun sudah kita rilis,” ucap Erwin.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triyan Pangastuti
EditorTriyan Pangastuti
Follow Us