BI Proyeksikan Pertumbuhan Kredit Menuju Batas Bawah dari Target

- Kredit perbankan tumbuh 9,16 persen yoy pada Maret 2025, lebih rendah dari Februari
- Gubernur BI proyeksikan pertumbuhan kredit menuju batas bawah 11-13 persen pada tahun ini
Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan pada tahun ini akan berada di batas bawah dari target yang ditetapkan, yakni sebesar 11–13 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Prospek pertumbuhan kredit dinilai berpotensi terganggu oleh risiko ketidakpastian global dan dampaknya terhadap perekonomian nasional.
1. Ketidakpastian global pengaruhi laju kredit

Gubernur BI, Perry Warjiyo menyampaikan, ke depan, berbagai risiko ketidakpastian global serta dampaknya terhadap perekonomian domestik perlu menjadi perhatian serius. Itu karena potensi risiko tersebut dapat mempengaruhi prospek pertumbuhan kredit serta preferensi perbankan dalam penempatan aset likuid perbankan.
“Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan akan bergerak menuju batas bawah kisaran 11–13 persen pada 2025,” ujar Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan April 2025 secara daring, Rabu (23/4/2025).
2. Kredit perbankan kuartal I-2025 hanya tumbuh 9,16 persen

Realisasi pertumbuhan kredit perbankan pada Maret 2025 tercatat sebesar 9,16 persen yoy atau lebih rendah dari laju kredit di Februari sebesar 10,30 persen (yoy) dan masih jauh di bawah target yang ditetapkan sepanjang tahun ini. Pertumbuhan kredit perbankan tersebut masih ditopang oleh peningkatan pada kredit investasi yang tumbuh 13,36 persen.
"Sementara itu, kredit konsumsi dan kredit modal kerja masing-masing tumbuh sebesar 9,32 persen yoy dan 6,51 persen yoy. Adapun pembiayaan syariah meningkat 9,18 persen yoy, sementara kredit untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) hanya naik tipis sebesar 1,95 persen yoy," tuturnya.
3. Pertumbuhan kredit berdasarkan sisi permintaan dan kondisi ekonomi

Lebih lanjut, kinerja kredit perbankan sangat terkait dengan perkembangan ekonomi nasional. Sisi permintaan, pertumbuhan kredit terutama didorong oleh sektor industri pertambangan dan jasa sosial. Sementara itu, kontribusi sektor konstruksi dan perdagangan terhadap pertumbuhan kredit masih terbatas, seiring dengan pola pertumbuhan sektoral ekonomi Indonesia.
Tak hanya itu, BI pun menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini dari semula 3,2 persen menjadi 2,9 persen. Penyesuaian ini didasarkan pada risiko pelemahan ekonomi di Amerika Serikat (AS) dan China, serta potensi pelemahan di negara-negara lain akibat perang tarif antara AS dan China.
"Ketidakpastian perekonomian global makin tinggi didorong kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS). Pengumuman kebijakan tarif resiprokal AS awal April 2025, serta langkah retaliasi oleh China dan kemungkinan dari sejumlah negara lain meningkatkan fragmentasi ekonomi global dan menurunnya volume perdagangan dunia," ungkapnya.