Bos BRI Ungkap Kunci RI Keluar dari Middle Income Trap

- Direktur BRI: Indonesia perlu pertumbuhan ekonomi minimal 6% untuk keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah.
- Pendapatan per kapita harus di atas 4.465 dolar AS sesuai standar Bank Dunia.
Jakarta, IDN Times - Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) Sunarso mengungkapkan kunci agar Indonesia bisa keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah (middle income trap).
“Berdasarkan kajian Bappenas, Indonesia diperkirakan akan keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah pada tahun 2041 jika asumsi rata-rata pertumbuhan ekonomi minimal 6 persen terpenuhi,” kata Sunarso dalam keterangannya, Senin (14/10/2024).
Sementara jika mengacu pada standar Bank Dunia, pendapatan per kapita Indonesia harus berada di atas 4.465 dolar AS.
1. Faktor penentu pertumbuhan ekonomi

Dalam kajian BRI, faktor yang paling menentukan pertumbuhan ekonomi 6 persen adalah investasi pada human capital atau nilai ekonomi dari pengalaman dan keterampilan pekerja. Pembentukan human capital juga perlu didorong oleh tiga faktor.
Pertama, Indonesia harus fokus dalam memaksimalkan kebutuhan nutrisi dan pangan.
“Maka menjadi penting, kita fokus untuk memiliki strategi yang khusus, spesifik, dan visioner untuk masalah ketahanan pangan,” ujar Sunarso.
2. Sejahterakan rakyat

Kedua, negara punya tugas untuk menyejahterakan rakyat dan ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi. Dia mengatakan, cara terbaik untuk menyejahterakan rakyat adalah dengan memberikan mereka pekerjaan.
“Jadi semua orang pada usia produktif memang harus bekerja. Kalau begitu, pemerataan kesempatan kerja itu menjadi penting,” ujar Sunarso.
3. Pemerataan kesempatan kerja

Untuk mendapatkan pemerataan kesempatan kerja dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, di mana di dalamnya juga ada unsur pemerataan serta partisipasi masyarakat untuk ikut tumbuh dan berkembang.
“Investasi yang penting adalah human capital, dan kalau mau memperbaiki human capital, perbaiki dulu nutrisi dan pangan. Dan kemudian kita tunggu, untuk pemerataan butuh inklusivitas pertumbuhan,” ujar Sunarso.