BPS: Ekonomi RI Tumbuh, MBG Picu Sektor Pangan Melejit

- Program Makan Bergizi Gratis (MBG) meningkatkan permintaan domestik dan ketahanan pangan nasional pada kuartal III-2025.
- MBG mendongkrak sektor peternakan, pangan, dan industri olahan dengan pertumbuhan sektor peternakan mencapai 6,51 persen.
- MBG juga berkontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja nasional dengan jumlah penduduk bekerja bertambah 1,90 juta orang hingga Agustus 2025.
Jakarta, IDN Times – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi salah satu kebijakan fiskal paling efektif dalam mendorong permintaan domestik dan ketahanan pangan nasional pada kuartal III-2025.
Perekonomian Indonesia tumbuh 5,04 persen (year on year/yoy), dengan sektor peternakan mencatat lonjakan tertinggi, yakni 6,51 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS, Moh. Edy Mahmud, menilai MBG berperan penting dalam menjaga momentum ekonomi. Kebijakan ini meningkatkan belanja pemerintah dan permintaan produk pangan, terutama unggas.
“Peternakan tumbuh 6,51 persen seiring peningkatan permintaan telur dan ayam ras untuk MBG,” kata Edy dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (5/11/2025).

Program MBG tak hanya mendongkrak peternakan, tapi juga sektor pangan dan industri olahan. Pemerintah memperkuat pasokan beras dan komoditas utama lainnya.
Sektor tanaman pangan tumbuh 9,94 persen (yoy) berkat peningkatan produktivitas dan perluasan lahan panen padi. Sementara industri makanan dan minuman tumbuh 6,49 persen (yoy) karena lonjakan permintaan bahan pangan olahan untuk mendukung MBG.
BPS juga mencatat, MBG berkontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja nasional. Hingga Agustus 2025, jumlah penduduk bekerja bertambah 1,90 juta orang, sementara tingkat pengangguran turun menjadi 4,85 persen.
Sektor pertanian dan industri makanan-minuman menjadi penopang utama penyerapan tenaga kerja tersebut.

Sebelumnya, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, mengungkapkan program MBG juga mendorong kenaikan permintaan telur ayam ras dan daging ayam ras. Hal itu lantaran komoditas tersebut jadi bagian dari menu program MBG.
Komoditas tersebut termasuk dalam kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau.
“Komoditas telur ayam ras dan daging ayam ras masing-masing mengalami inflasi sebesar 4,43 persen dan 1,13 persen. Keduanya merupakan komoditas yang menjadi penyumbang utama inflasi Oktober 2025,” kata Pudji dalam konferensi pers di kantor BPS, Jakarta, Senin (3/11/2025).

Pudji juga menjelaskan, kenaikan harga telur dan ayam ras dipicu meningkatnya beberapa faktor. Salah satunya adalah permintaan dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang menjalankan program MBG.
Kenaikan permintaan juga terjadi di tingkat pengecer dan pedagang besar yang menjadi bagian dari pelaksanaan program MBG.
"Diduga, ini jadi salah satu indikasi naiknya permintaan telur dan daging ayam ras,” ujar Pudji.
BPS mencatat indeks harga konsumen (IHK) pada Oktober 2025 mengalami inflasi 0,28 persen (month to month/mtm).
Secara tahunan (yoy), inflasi tercatat 2,86 persen. Angka ini masih dalam kisaran target pemerintah, meski terdapat tekanan harga pada komoditas pangan hewani.




.jpg)












