Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

BRI Berkomitmen Dorong Ekonomi Domestik di Tengah Ancaman Resesi

Foto jajaran Direksi BRI (Dok. BRI)

Jakarta, IDN Times – PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI) menegaskan komitmen untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah ancaman resesi global. Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Utama BRI Sunarso pada acara Capital Market Summit & Expo (CMSE) 2022.

Ia mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi dapat dicapai melalui fokus kepada driver pertumbuhan domestik, yaitu sektor UMKM, yang dapat menciptakan lapangan kerja. BRI sendiri memang memiliki core business di sektor satu ini. Perseroan akan terus berperan aktif karena 97% lapangan pekerjaan di Indonesia berasal dari UMKM.

1. Pertumbuhan kredit positif dorong perekonomian

Direktur Utama BRI, Sunarso (Dok. BRI)

BRI optimistis apabila kredit tetap tumbuh secara selektif, hal tersebut akan memberikan dampak positif terhadap ketahanan ekonomi nasional. Kendati demikian, Perseroan juga masih optimistis dapat menjaga kinerja positif yang berkelanjutan. 

“Dalam konteks ini saya tetap mengatakan tetap tumbuh, artinya apa? Upaya kita menekan inflasi itu penting, tetapi akan lebih baik lagi kalau kita bisa menekan inflasi dan tetap menumbuhkan perekonomian kita sehingga tidak terjadi stagflasi dan tidak terjadi tambahan unemployment,” ujar Sunarso pada keterangannya, 15 Oktober 2022. 

2. Tiga syarat menumbuhkan kredit

Foto Gedung BRI (Dok. BRI)

Sunarso menambahkan, ada tiga syarat agar kredit bisa terus bertumbuh dan menahan ancaman resesi global. Pertama sumber pertumbuhan kredit harus jelas dan perlu dipersiapkan untuk saat ini dan jangka panjang. Sebagai sumber pertumbuhan baru, BRI sudah masuk ke segmen ultra mikro melalui Holding Ultra Mikro yang resmi hadir sejak September 2021 bersama PT Pegadaian PT Permodalan Nasional Madani (PNM) atas inisiasi Kementerian BUMN.

Kedua adanya kecukupan modal. Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal yang dimiliki BRI saat ini mencapai 25%. Lalu, syarat yang ketiga adalah likuiditas. Saat ini, rasio LDR nasional berada di level 82%, namun masih terdapat tantangan dari sisi likuiditas.

“Cukup untuk tumbuh selama 4 tahun ke depan, maka labanya berapa pun, tidak ada alasan untuk menahan laba menjadi modal. Jadi layak dibagikan, karena itu cukup,” kata Sunarso.

3. BRI siapkan berbagai skenario situasi ekonomi

Pelaku UMKM sedang mempelajari pembayaran secara digitalisasi di pameran UMKM Gayeng 2022 di Mal Paragon Semarang. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Untuk menghadapi situasi ekonomi yang melambat karena tantangan-tantangan yang ada, BRI pun telah memetakan kondisi melalui empat matriks yang menjadi dasar antisipasi atau mitigasi risiko.

Pertama adalah kondisi ekonomi pulih dengan inflasi naik dan kualitas pinjaman memburuk. Strateginya yang dilakukan adalah mempercepat proses write-offs agar recovery rate dapat lebih tinggi, serta mempertahankan coverage ratio yang besar.

Sunarso menyebut, BRI sudah menyediakan coverage ratio terhadap NPL yang mencapai 266%, angka tersebut lebih dari cukup. Jika terjadi pemburukan kondisi ekonomi, baik BRI maupun nasabah akan aman. Selain itu, pemantauan kualitas pinjaman juga akan makin intensif.

4. Kondisi ekonomi yang membaik dan stagnan

Pelaku UMKM memamerkan produknya di pameran UMKM Gayeng 2022 di Mal Paragon Semarang, 19--24 April 2022. (IDN Times/Anggun Puspitoningrum)

Kondisi kedua adalah kondisi ekonomi membaik dengan inflasi terkendali dibarengi kualitas kredit membaik. Langkah yang diambil adalah mempercepat proses write-offs supaya mendapat recovery rate yang lebih tinggi. 

Meskipun demikian, menurunkan coverage ratio sama dengan mengurangi bantalan untuk Maka dari itu, Perseroan akan melakukan enhance risk-based pricing model untuk meningkatkan daya saing produk dan kemudian Loan Portofolio Guideline (LPG) yang dikendorkan sehingga kredit dipacu untuk tumbuh. 

Ketiga, kondisi ekonomi tetap stagnan namun inflasi tetap terkendali dengan kualitas kredit membaik. Strategi yang diambil adalah tumbuh secara selektif dengan melonggarkan sedikit LPG menjadi moderat. Selain itu, coverage ratio yang tinggi juga dipertahankan untuk bantalan dan melakukan simulasi stress-test demi memastikan bisnis BRI aman.

5. Cara hadapi kondisi terburuk

Direktur Utama BRI, Sunarso (Dok. BRI)

Kondisi keempat dan terakhir adalah yang paling buruk, yaitu ekonomi tetap stagnan dengan inflasi yang naik serta kualitas pinjaman memburuk. 

“Maka strategi kami tumbuh secara terbatas, pengaturan LPG yang lebih ketat, mempertahankan coverage ratio yang tinggi dan simulasi-simulasi berbagai keadaan yang buruk itu selalu kita lakukan secara lebih ketat. Itulah 4 matriks kemungkinan kondisi ekonomi ke depan beserta skenario strategi dan mitigasi risiko untuk menghadapi kemungkinan-kemungkinan tersebut,” pungkas Sunarso. (WEB)

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Evan Yulian
EditorEvan Yulian
Follow Us