Cara Perusahaan Tambang Berkontribusi untuk Cegah Perubahan Iklim

Perusahaan tambang dan perubahan iklim sebenarnya sesuatu yang tak dapat dipisahkan. Sebab, segala aktivitas ekstraksi bahan tambang yang dilakukan oleh perusahaan tambang jelas akan memengaruhi lingkungan secara negatif yang berujung pada penyebab terjadinya perubahan iklim. Masalahnya, taraf kerusakan lingkungan yang dilakukan perusahaan tambang itu beragam, dari yang dilakukan seminimal mungkin hingga destruksi besar-besaran secara tidak bertanggung jawab.
Untuk melakukan ekstraksi tambang dengan meminimalisir kerusakan lingkungan jelas memerlukan komitmen yang kuat dari suatu perusahaan tambang. Nah, sebagai salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia, PT Vale Indonesia memiliki komitmen khusus terkait permasalahan perubahan iklim ini. Sebagai informasi, PT Vale Indonesia merupakan perusahaan tambang yang bergerak dalam ekstraksi nikel laterit hingga pemrosesan bijih nikel dalam bentuk matte.
Lokasi penambangan perusahaan tambang ini terfokus di pulau Sulawesi dan saat ini sudah memiliki konsesi seluas 118.017 hektar. Sebagai salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia, PT Vale Indonesia jelas harus menjadi contoh bagi perusahaan lain dalam mengembangkan pertambangan yang menghasilkan profil sembari tetap menunjukkan komitmen yang berkelanjutan pada lingkungan.
Guna terus menambang kebaikan, PT Vale Indonesia ternyata memiliki sejumlah program yang diharapkan sebagai bentuk tanggung jawab dan komitmen dalam meminimalisir kerusakan lingkungan hingga meniadakan dampak tersebut di masa depan. Harapan utama dari program-program berbasis perbaikan lingkungan ini dapat membantu pencegahan perubahan iklim secara ekstrem ke depannya. Nah, komitmen-komitmen tersebut tertuang dalam laporan keberlanjutan yang rutin diperbaharui PT Vale Indonesia.
Kira-kira apa saja langkah pencegahan perubahan iklim yang dapat dilakukan sebuah perusahaan tambang versi PT Vale Indonesia? Yuk, cari tahu bagaimana cara salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia ini untuk senantiasa #MenambangKebaikan!
1. Kurangi efek gas rumah kaca lewan penurunan kadar emisi karbon

Dilansir McKinsey Sustainability, industri pertambangan setidaknya menyumbang sekitar 4—7 persen dari emisi gas rumah kaca yang terjadi di dunia saat ini. Belum lagi, emisi karbon yang disumbangkan sektor ini diperkirakan mencapai 1,9—5,1 gigaton tiap tahunnya. Kondisi tersebut jelas mewajibkan perusahaan-perusahaan tambang untuk mulai memerhatikan kadar emisi karbon yang mereka hasilkan dari aktivitas penambangan.
PT Vale Indonesia dalam laporan keberlanjutan tahun 2023 melaporkan beberapa langkah yang ditempuh perusahaan untuk mengurangi emisi karbon. Ada dua cakupan utama yang diperhatikan, dimana cakupan pertama meliputi produksi dan konsumsi BBM, cakupan kedua meliputi pemakaian listrik. Sebenarnya, ada satu lagi cakupan yang belum dilaksanakan oleh PT Vale Indonesia dalam laporan ini, yaitu emisi secara tak langsung yang dihasilkan dari pembakaran batu bara. Namun, diharapkan ke depannya perhitungan cakupan emisi ketiga ini dapat dilaksanakan.
Nah, langkah pengurangan emisi karbon itu dimulai dari mengganti sumber bahan bakar menjadi yang ramah lingkungan. Selain itu, penggunaan PLTA secara masif terhitung mengurangi emisi karbon cakupan satu hingga 1.118.231 CO2 eq per tahun. PT Vale Indonesia sendiri sudah menerapkan beberapa target besar terkait penurunan emisi karbon ini.
Pada tahun 2030 nanti, perusahaan menargetkan penurunan efek gas rumah kaca hingga 33 persen. Sementara tujuan akhir dari program ini adalah net zero emisi karbon penyebab gas rumah kaca. Kalau melihat perbandingan tahun 2022 dengan 2023, PT Vale Indonesia sudah berhasil menurunkan sekitar 1,3 persen emisi karbon dan diharapkan angka ini terus bertambah hingga tahun target yang ditentukan.
2. Kurangi penggunaan energi yang tak dapat diperbaharui

Bahan bakar fosil bukan hanya tidak dapat diperbaharui, tetapi juga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Baik ketika proses ekstraksi hingga penggunaan bahan bakar fosil setidaknya pasti akan menyebabkan pencemaran. Kondisi ini jelas mengharuskan perusahaan tambang untuk mengganti sumber bahan bakarnya menjadi sesuatu yang terbaharui dan ramah lingkungan.
Dalam hal ini, PT Vale Indonesia perlahan sudah melakukan transisi penggunaan bahan bakar baru secara perlahan. Dalam laporan keberlanjutan tahun 2023, disebutkan kalau penggunaan bahan bakar biomassa telah meningkat menjadi 2.234 ton pada tahun tersebut. Adapun, material yang digunakan untuk bahan bakar biomassa itu berupa cangkang sawit dan arang kayu. Saat ini, penggunaan biomassa masih dikombinasikan dengan bahan bakar, tetapi perlahan diproyeksikan untuk menurunkan penggunaan batubara yang menghasilkan penurunan emisi gas rumah kaca hingga 311 ribu ton CO2 eq/tahun.
Selain biomassa, PT Vale Indonesia juga mulai menggunakan bahan bakar biodiesel B35 untuk boiler listrik utama. Jenis bahan bakar ini berbasis minyak kelapa sawit yang dikombinasikan dengan solar dengan komposisi 35 persen banding 65 persen. Ditambah lagi, kendaraan-kendaraan esensial, semisal truk, bus, dan kendaraan ringan, secara perlahan sudah dimodernisasi lewat penggunaan baterai listrik sebagai sumber tenaganya.
3. Jaga kualitas sumber-sumber air

Air menjadi salah satu elemen penting yang digunakan oleh perusahaan tambang. Saking pentingnya air, tak jarang perusahaan tambang menggunakan sumber air yang sebenarnya masih dimanfaatkan masyarakat sekitar. Dilansir Intergovernmental Forum, sekitar 30—50 persen hasil tambang diproduksi di water-stressed area. Hal tersebut menyebabkan potensi konflik dengan masyarakat yang sama-sama memanfaatkan sumber air itu menjadi terbuka, terutama jika perusahaan tambang justru mencemari sumber air tersebut.
Maka dari itu, perlu komitmen dari perusahaan tambang untuk menjaga kualitas air sembari menyakinkan masyarakat setempat supaya tidak perlu khawatir akan pencemaran dari penggunaan sumber air untuk aktivitas tambang. Untuk masalah ini, PT Vale Indonesia memiliki sejumlah langkah yang disebutkan dalam laporan keberlanjutan mereka. Misalnya saja, penurunan intensitas konsumsi air, rehabilitasi daerah aliran sungai, dan pengelolaan air limbah hasil aktivitas penambangan.
Untuk penurunan intensitas konsumsi air, PT Vale Indonesia memanfaatkan sumber air berupa Sungai Larona, Danau Matano, Danau Mahalona, dan Danau Towuti untuk mengoperasikan PLTA. Disebutkan kalau air yang diambil dari sumber air itu tidak berasal dari wilayah water stress dan dijamin pengaturan volume air yang digunakan. Sebab, danau dan sungai yang disebutkan itu masih dimanfaatkan masyarakat untuk berbagai kebutuhan. Pada tahun 2023 sendiri, penggunaan air sudah turun sebanyak 11 persen, dari sekitar 8.519,8 megaliter pada 2022 menjadi 7.561,1 megaliter pada 2023.
PT Vale Indonesia juga berusaha menjaga daerah aliran sungai (DAS) supaya ekosistem sekitar dapat tetap terjaga dengan baik. Realisasi rehabilitasi pada tahun 2023 di Sulawesi Selatan saja sudah mencapai 10 ribu hektar. Ditambah lagi, diluar lokasi penambangan, PT Vale Indonesia turut membantu program rehabilitasi DAS lain yang mencapai 435 hektar, dimana kawasan yang direhabilitasi itu tersebar di wilayah Jawa Barat.
Terakhir, untuk urusan pengelolaan air limbah, PT Vale Indonesia melakukan analisis berkala soal dampak olahan efluen yang dialirkan ke sumber air yang digunakan. Pengelolaan air limbah oleh PT Vale Indonesia menggunakan metode SNI 6989.59:2008 Air dan Air Limbah, serta metode standar American Public Health Association (APHA) yang sudah memenuhi baku mutu. Di Blok Sorowako, tidak ditemukan potensi pembentukan air asam tambang yang dapat membahayakan lingkungan jika terlepas ke badan air. Tak hanya itu, beban pencemaran efluen pada parameter TSS terus menurun sekitar 30 ton/ tahun.
4. Meminimalisir kerusakan hingga mengembalikan fungsi hutan seperti sedia kala

Kerusakan alam jelas jadi salah satu faktor utama penyebab perubahan iklim yang kita rasakan saat ini. Tak dapat dipungkiri pula, aktivitas penambangan sudah pasti akan menimbulkan kerusakan pada lingkungan pada berbagai taraf. Yang membedakan antara perusahaan tambang bertanggung jawab atau tidak terhadap kerusakan lingkungan terletak pada komitmennya untuk mengembalikan bagian alam yang sudah terdampak aktivitas tambang.
Untuk urusan tersebut, PT Vale Indonesia memiliki rencana pascatambang (RPT) yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang. Salah satu kegiatan yang dilaksanakan adalah pengembalian rona alam lewat reklamasi. Untuk tahun 2024 kemarin, target area yang ingin dicapai PT Vale Indonesia terkait reklamasi alam yang terdampak aktivitas tambang adalah 10 ribu hektar.
Selain itu, guna menjaga keanekaragaman hayati, PT Vale Indonesia juga mengupayakan konservasi pada fauna dan flora khas wilayah setempat. Berkat reklamasi yang juga dijalankan secara beriringan, berbagai hewan yang masuk dalam daftar merah IUCN sampai saat ini masih tetap lestari di sekitar Blok Sorowako. Tak ketinggalan, PT Vale Indonesia mengajak masyarakat setempat untuk membantu rehabilitasi alam, mengawasi kerusakan, dan mengadakan pelatihan yang bertujuan untuk melestarikan alam.
5. Pemanfaatan teknologi yang lebih ramah lingkungan

Guna membantu memerangi perubahan iklim, peralatan tambang yang digunakan perusahaan tambang pun juga harus semakin berorientasi pada aspek ramah lingkungan. The Intelligent Miner melansir kalau salah satu upaya yang dapat ditempuh perusahaan tambang terkait hal tersebut, yakni lewat penggunaan peralatan tambang berbasis listrik dengan sumber energi yang ramah lingkungan. PT Vale Indonesia pun memiliki sejumlah program dalam modernisasi peralatan tambang.
Seperti yang ditulis dalam laporan keberlanjutan tahun 2023, kendaraan listrik mulai diterapkan secara perlahan dengan harapan kendaraan-kendaraan yang menggunakan bahan bakar fosil dapat digantikan di masa depan. Selain itu, PT Vale Indonesia selalu memperbaharui sumber energi mereka lewat program Vale Power Shift. Tujuan dari modernisasi pembangkit listri ini adalah menciptakan energi listrik yang lebih bersih dan lebih efisien.
Penggunaan teknologi itu juga diiringi oleh sistem pengelolaan limbah dengan baik. PT Vale Indonesia punya target untuk meniadakan limbah yang dibuang ke TPA di masa depan. Untuk itu, perusahaan tambang yang satu ini menciptakan berbagai produk dari limbah dengan teknologi terkini, semisal membuat pupuk kompos, memanfaatkan limbah plastik, hingga mendirikan bank sampah. Tak ketinggalan, masyarakat setempat turut diajak berkontribusi sekaligus diberi mata pencaharian lewat pengelolaan limbah yang memiliki nilai ekonomi.
Perubahan iklim sudah jelas merupakan masalah yang dihadapi peradaban manusia di era modern ini. Cuaca ekstrem yang dialami beberapa waktu ke belakang hanya satu dari sekian banyak masalah yang akan terjadi jika kondisi ini tidak segera ditangani. Sebagai salah satu industri yang menyumbang porsi perubahan iklim secara global, perusahaan tambang jelas sudah harus merubah paradigmanya dalam mengelola tambang.
Kita sudah tidak bisa melakukan ekstraksi bahan tambang secara serampangan tanpa memikirkan dampaknya pada lingkungan. Untuk itu, perlu keseriusan dari perusahaan tambang untuk bertransformasi menjadi industri yang menghasilkan profit ekonomi sembari tetap memerhatikan aspek lingkungan. PT Vale Indonesia lewat beberapa langkah yang disebutkan di atas setidaknya sudah menunjukkan komitmen mereka atas hal ini.
Diluar itu semua, kita sebagai individu pun dapat berkontribusi untuk mencegah perubahan iklim menjadi semakin parah. Dengan kampanye #StartsWithMe, kita bisa memulainya dengan meninggalkan penggunaan bahan-bahan yang tidak ramah lingkungan. Pada lingkup yang lebih luas lagi, kita pun dapat mengawasi industri-industri nakal supaya dapat lebih bertanggung jawab lagi dalam melakukan aktivitas ekstraksi alam yang tidak merusak lingkungan.