Program Konservasi Kehati, Cara PT Vale Menjaga Endemik Sulawesi

- PT Vale Indonesia berkomitmen menjaga keseimbangan ekosistem dan melindungi keanekaragaman hayati di Sulawesi.
- Program konservasi mencakup pohon eboni, kayu uru, kayu dengen, kayu tembeuwa, dan kupu-kupu bidadari.
- Konservasi dilakukan melalui penanaman pohon perintis, pengayaan tanaman, dan rekayasa habitat untuk memastikan keberlanjutan bagi generasi mendatang.
PT Vale Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan pengolahan nikel sejak 1968. Lokasi utama PT Vale berada di Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah konsesi lainnya terletak di Bahodopi (Sulawesi Tengah) dan Pomalaa (Sulawesi Tenggara). Setelah aktivitas pertambangan selesai, tantangan terbesar adalah mengembalikan fungsi ekologis lahan yang telah digunakan.
Perusahaan ini berkomitmen menjaga keseimbangan ekosistem. Satu di antara langkah nyata yang dilakukan adalah program konservasi flora dan fauna pascareklamasi. PT Vale Indonesia hadir dengan berbagai program konservasi yang bertujuan melindungi keanekaragaman hayati (Kehati) di Sulawesi dan memulihkan ekosistem yang terdampak sehingga bisa sekaligus #MenambangKebaikan.
1. Konservasi kayu eboni

Pohon eboni (Diospyros celebica) merupakan pohon berdaur panjang endemik Sulawesi yang bernilai niaga tinggi sehingga rentan mengalami kelangkaan. Pohon ini juga tergolong kayu dengan pertumbuhan yang lambat atau slow growing sehingga perlu diadakan upaya konservasi. PT Vale Indonesia pun melakukan konservasi terhadap pohon eboni atau disebut dengan kayu hitam Sulawesi ini.
Penanaman pohon dilakukan PT Vale Indonesia secara rutin melalui penyisipan tanaman di area reklamasi yang telah berusia 2 tahun ke atas. Pertumbuhan kayu eboni di areal bekas tambang menunjukkan pertumbuhan yang memang lambat. Meski begitu, ia tidak jauh berbeda dengan pertumbuhan di habitat aslinya.
2. Konservasi kayu uru

Kayu uru (Elmerrilia tsiampacca) merupakan satu di antara jenis kayu cempaka. Kayu ini sering menjadi andalan untuk membuat rumah adat, seperti rumah adat Toraja. Selain itu, kayu uru menjadi bahan untuk membuat alat musik, meubel, perahu, kerajinan tangan, dan sebagainya. Kayu ini tergolong kelompok kayu slow growing seperti kayu eboni. Namun, daya jualnya yang tinggi dapat mengancam jumlah populasinya.
Konservasi kayu uru yang dilakukan PT Vale Indonesia telah berlangsung sejak 2006. Program yang dijalankan mencakup program penanaman pohon perintis hingga program pengayaan tanaman. Dilansir Vale, pohon uru berusia 11 tahun yang telah dikonservasi di areal reklamasi rata-rata memiliki tinggi dan diameter 16,78 m dan 17,16 cm.
3. Konservasi kayu dengen

Kayu dengen (Dillenia serrata) merupakan jenis endemik Sulawesi. Pohon ini tidak hanya bermanfaat sebagai bahan furnitur, tetapi juga memiliki buah yang kaya akan antioksidan tinggi. Buahnya dapat langsung dikonsumsi atau diolah terlebih dahulu untuk dijadikan makanan dan minuman.
Buah ini juga menjadi makanan satwa mamalia dan primata sehingga penting untuk dilakukan konservasi di sekitar areal reklamasi agar tidak mengganggu pola konsumsi mamalia dan primata di sana. Manfaat buah dengen juga merambah pada bidang kecantikan. Sinala et al dalam Jurnal Media Farmasi menyatakan, sari buah dengen bisa dijadikan formula masker gel peel off.
4. Konservasi kayu tembeuwa

Kayu tembeuwa (Kjelbergiodendron celebicum) termasuk kelompok kayu jambu-jambu. Seperti pohon-pohon yang telah dijelaskan sebelumnya, kayu tembeuwa juga tergolong mempunyai kualitas kayu yang bagus. Ia bisa dipakai sebagai kayu pertukangan.
PT Vale Indonesia mulai mengonservasi kayu tembeuwa pada 2020. Alasan kuat yang mendasarinya adalah kayu tembeuwa terletak di pesisir Danau Matano yang berdekatan dengan area konsesi perusahaan dan mempunyai peran cukup besar. Peran pohon tembeuwa mencegah erosi dan abrasi, penyaring alami material menuju ke danau, serta menjadi habitat dan sumber makanan bagi sebagian jenis satwa di sana.
5. Konservasi kupu-kupu bidadari

Kupu-kupu termasuk hewan yang membantu proses penyerbukan dan menjadi indikator kualitas lingkungan. Di antara kupu-kupu yang ditemukan PT Vale Indonesia di tempat pengamatan ialah kupu-kupu bidadari (Cethosia myrina). Kupu-kupu tersebut merupakan spesies endemik Sulawesi yang dilindungi. Ngatimin et al dalam BIOMA: Jurnal Biologi Makassar menyampaikan, kupu-kupu yang berada di pulau Sulawesi memiliki pola dan warna sayap yang cukup berbeda dengan kupu-kupu yang terdapat di bagian barat dan timur wilayah Indonesia. Kupu-kupu bidadari memiliki warna hitam dipinggiran sayap, warna jingga di dalam area sayapnya, dan sedikit hint ungu di dekat badannya.
Konservasi kupu-kupu bidadari pun dilakukan di Taman Sawerigading Wallace. Upaya rekayasa habitat berupa penanaman tanaman sumber pakan larva dengan tanaman alpukat, jeruk Bali, dan jeruk nipis. Kemudian, untuk penghasil nektar dilakukan penanaman impatiens sp, jarong, pagoda, dan asoka. Selain itu, PT Vale Indonesia menyediakan ruang terbuka agar kupu-kupu dapat berkembang biak dan senantiasa menjaga kebersihan lingkungan konservasi.
Melalui program konservasi flora dan fauna, PT Vale Indonesia membuktikan reklamasi bukan sekadar kewajiban, tetapi juga bagian dari tanggung jawab lingkungan yang berkelanjutan. Program ini merupakan upaya perbaikan ekosistem yang terdampak agar kembali pulih dan memastikan keberlanjutan bagi generasi mendatang dengan semangat #StartsWithMe untuk terus menambang kebaikan. Dengan itu, anak cucu kelak masih bisa merasakan manfaatnya.