PBB: Korea Utara Cetak Rekor Pencurian Aset Kripto di 2022 

Teknik yang digunakan mereka selama ini terbilang canggih

Jakarta, IDN Times - Sebuah laporan PBB menyatakan bahwa Korea Utara telah menciptakan rekor pencurian mata uang atau aset kripto pada 2022 dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pemantau sebelumnya menuding Korea Utara melakukan pencurian tersebut untuk membantu mendanai program nuklir dan misilnya.

Tudingan terus ditujukan kepada Korea Utara sedangkan mereka terus membantah dalam melakukan pencurian serta serangan siber lainnya. Pada akhir Januari 2023 lalu, FBI menuduh dua kelompok dari Korea Utara melakukan pencurian mata uang kripto senilai 100 juta dolar AS atau setara dengan Rp1,51 triliun di tahun 2022 lalu.

Baca Juga: PBB Sebut Korut Danai Program Pengembangan Nuklir Hasil Meretas Kripto

1. Teknik yang digunakan oleh Korea Utara selama ini dikenal semakin canggih  

Dilansir dari Al Jazeera, dalam laporan yang disampaikan pada Selasa (6/2) waktu setempat tersebut, PBB mengungkapkan Korea Utara diketahui
menggunakan teknik dunia maya yang semakin canggih untuk mendapatkan akses ke jaringan digital. Jaringan itu terkait keuangan siber, serta untuk mencuri informasi yang potensial bernilai, termasuk untuk program senjatanya.

Selain itu, pihak Korea Selatan memperkirakan bahwa peretas yang terkait dengan Korea Utara diketahui mencuri aset virtual senilai 630 juta dolar AS atau setara dengan Rp9,54 triliun pada 2022 lalu. Sementara itu sebuah perusahaan keamanan dunia maya menilai bahwa kejahatan dunia maya Korea Utara telah menghasilkan mata uang kripto senilai lebih dari 1 miliar dolar AS atau setara dengan Rp15,1 triliun.

"Variasi nilai mata uang kripto USD dalam beberapa bulan terakhir kemungkinan besar telah
memengaruhi perkiraan ini, tetapi keduanya menunjukkan bahwa tahun 2022 merupakan tahun pemecahan rekor untuk pencurian aset virtual yang dilakukan Korea Utara," ungkap laporan PBB tersebut yang dikutip dari Al Jazeera.

Sebuah perusahaan analitik blockhain yang berbasis di AS mencapai kesimpulan yang sama pada pekan lalu. Rencananya, laporan itu akan dirilis ke publik pada akhir pekan ini atau awal bulan Maret 2023 ini.

Baca Juga: Hacker Korea Utara Curi Aset Kripto AS Senilai Rp1,49 Triliun  

2. Intelijen Korea Selatan sampai mengakui Korea Utara sebagai yang terbaik dalam serangan siber  

Para ahli dan pejabat Korea Selatan mengatakan Korea Utara telah beralih ke peretasan mata uang kripto dan aktivitas dunia maya ilegal lainnya. Itu menjadi sumber mata uang asing yang sangat dibutuhkan untuk mendukung ekonominya yang rapuh dan mendanai program nuklirnya menyusul sanksi keras dari PBB dan pandemi COVID-19.

Badan Intelijen Nasional Korea Selatan mengatakan kemampuan Korea Utara untuk mencuri aset digital dianggap sebagai yang terbaik di dunia. Ini karena negara tersebut fokus pada kejahatan dunia maya sejak sanksi ekonomi AS diperketat pada tahun 2017 lalu sebagai tanggapan atas uji coba nuklir dan misilnya.

Sanksi PBB yang diberlakukan tersebut pada 2016 dan 2017 lalu melarang ekspor utama Korea Utara seperti batu bara, tekstil, dan makanan laut, serta menyebabkan negara-negara anggota memulangkan pekerja Korea Utara di luar negeri. Perekonomiannya mengalami kemunduran lebih lanjut setelah memberlakukan beberapa pembatasan paling kejam di dunia terhadap pandemik.

Baca Juga: Waspada! Kim Jong Un Perintakan Militer Korut Perkuat Kesiapan Perang

3. Kelompok 'Lazarus Group' dan 'APT38' dianggap bertanggung jawab atas peretasan mata uang kripto  

Sekitar akhir Januari 2023 lalu, FBI telah mengumumkan bahwa "Lazarus Group" dan "APT38", dua kelompok yang terkait dengan pemerintah Korea Utara, bertanggung jawab atas peretasan terhadap jembatan Horizon, yang dibuat oleh perusahaan AS, Harmony, pada Juni 2022 lalu.

Mengutip pakar keamanan siber, Korea Utara merupakan dalang dari peretasan tersebut. Peretas Korea Utara mengeksploitasi kerentanan di jembatan untuk mencuri berbagai aset mata uang kripto, seperti Ethereum, Binance Coin, Tether, USD Coin, dan Dai.

FBI mengatakan pada (13/1/2023) lalu, para peretas Korea Utara menggunakan RAILGUN, sebuah
"protokol privasi" kripto, untuk mencuci uang kripto Ethereum senilai 60 juta dolar AS atau setara dengan Rp909,1 miliar yang dicuri dari Harmony.

"Sebagian dari Ethereum yang dicuri ini kemudian dikirim ke beberapa penyedia layanan aset virtual dan dibuah menjadi Bitcoin (BTC). Sebagian dari dana ini dibekukan, berkoordinasi dengan beberapa penyedia layanan aset virtual," ungkap pernyataan dari FBI yang dikutip dari Tech Crunch.

Christ Bastian Waruwu Photo Verified Writer Christ Bastian Waruwu

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya