Danantara Dinilai Kunci Pembiayaan dan Sinergi Proyek Waste to Energy

- Pengelolaan sampah menjadi energi memerlukan pembiayaan besar
- Gerakkan Danantara untuk stimulus waste to energy dapat jadi solusi
- Ada dua aspek terkait masalah pengelolaan sampah: keterbatasan lahan pembuangan dan dampak buruk pada kesehatan
Jakarta, IDN Times - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) dinilai berperan strategis dalam mendorong pembiayaan proyek sampah menjadi sumber energi (waste to energy).
Dengan fungsi koordinatif yang dimilikinya, Danantara dianggap mampu menyatukan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan sektor swasta agar pelaksanaan program berjalan lebih sistematis, transparan, dan berkelanjutan.
1. Pengelolaan sampah jadi energi butuh biaya besar

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan implementasi pengolahan sampah menjadi energi memerlukan pembiayaan besar.
Oleh sebab itu inovasi pengolahan sampah menjadi sumber energi atau waste to energy dianggap sudah baik dan tepat agar segera dilaksanakan. Apalagi program ini telah diinisiasi sejak pemerintahan sebelumnya.
"Dalam waste to energy sebab perlu dipikirkan sisi dari mulai pengolahan sampah tersebut hingga jadi energi lalu siapa yang berminat untuk membelinya, mengambilnya. Dari hulu ke hilir inilah yang memerlukan biaya besar,” ucap Fabby.
2. Gerakkan Danantara untuk stimulus waste to energy dapat jadi solusi

Fabby menuturkan, rencana kebijakan pemerintah saat ini dengan menggerakkan Danantara untuk memberikan stimulus pembiayaan waste to energy dapat jadi solusi. Dengan begitu, pengawasan terhadap pelaksanaan program waste to energy jadi lebih sistematis dan bisa dipertanggungjawabkan hasilnya.
“Sedangkan prospek penerapan pengolahan sampah jadi sumber energi di kota-kota di Indonesia rasanya cukup potensial dan siap melaksanakannya,” kata Fabby.
3. Ada dua aspek terkait masalah pengelolaan sampah

Ia menjelaskan, ada dua aspek yang dinilainya menjadi kendala terkait sampah yakni keterbatasan ketersediaan lahan pembuangan dan kedua adalah berdampak buruk pada kesehatan.
"Bila terus dibangun tempat pembuangan akhir (TPA) maka jadi perhatian adalah apakah daerah masih punya banyak lahan? Kemudian lagi munculnya masalah kesehatan ke masyarakat sebab keberadaan TPA,” ujar Fabby