Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Diduga Krisis Pangan, Korut Gelar Konferensi Langka

ilustrasi (Unsplash.com/Alejandro Rugama)

Jakarta, IDN Times - Korea Utara (Korut) dikabarkan memulai konferensi tingkat tinggi di bidang pertanian pada Minggu (26/2/2023). Pertemuan itu digelar di tengah dugaan bahwa rakyat Pyongyang mulai kekurangan pangan dan ada laporan tewas karena kelaparan.

Pertemuan tersebut tidak disebutkan akan berjalan sampai berapa hari, tapi akan dilakukan pleno, khususnya untuk mengupayakan titik balik perubahan radikal dalam pembangunan pertanian.

Rapat pleno di Korut adalah tempat pengambilan keputusan utama bagi Partai Buruh yang berkuasa. Kim Jong Un mengadakan rapat pleno dua hingga empat kali dalam satu tahun. Namun ini kali pertama Partai Buruh Korut menggelar rapat dengan hanya membahas masalah pertanian.

1. Pertemuan langka yang fokus pada pertanian

ilustrasi (Unsplash.com/Pierre Bamin)

Pertemuan tingkat tinggi membahas masalah pertanian yang dikabarkan oleh media resmi pemerintah Korut dinilai merupakan pertemuan yang langka. Ini karena diadakan hanya dua bulan setelah pertemuan dengan fokus pada masalah yang sama.

Dilansir France24, pemimpin Korut Kim Jong Un membuka pertemuan tersebut. Kim juga dikabarkan memimpin pembukaan rapat pleno para pejabat tinggi Partai Buruh yang berkuasa.

Dijelaskan bahwa rapat itu untuk melakukan analisis dan peninjauan program revolusi pedesaan di era baru. Selain itu, rapat juga akan memutuskan tugas-tugas penting segera dan tugas mendesak.

Tidak ada rincian lebih lanjut tentang program dan tugas baru yang akan dilaksanakan. Namun dikabarkan bahwa para peserta dengan suara bulat menyetujui agenda dan berdiskusi.

2. Sumber daya Korut sebagian besar dicurahkan untuk program nuklir

Sebagian besar analis menjelaskan bahwa situasi pangan di Korut saat ini telah meluas. Beberapa mengatakan kerawanan pangan tersebut adalah yang paling buruk sejak Kim Jong Un mengambil alih kekuasaan Pyongyang pada 2011.

Kekurangan pangan diperkirakan semakin memburuk sebab adanya perang Rusia di Ukraina. Ini karena membuat harga pangan, energi dan pupuk global mengalami kenaikan.

Dilansir Associated Press, tidak diketahui secara rinci apakah Pyongyang mengambil langkah mengatasi kekurangan pangan. Negara yang terisolasi itu disebut mencurahkan sebagian besar sumber daya untuk program nuklirnya.

"Untuk menghasilkan lebih banyak biji-bijian, mereka harus meningkatkan input seperti pupuk, pestisida, dan mesin pertanian. Tapi Korea Utara jarang melakukan tindakan seperti itu," kata Nam Sung-wook, seorang profesor di Universitas Korea di Korea Selatan.

3. Korut diperkirakan kekurangan 1 juta ton biji-bijian

Ilustrasi Korea Utara. (Unsplash.com/Micha Brandli)

Menurut data yang dihimpun Korsel, Pyongyang memproduksi biji-bijian mencapai 4,5 juta ton tahun lalu. Itu mengalami penurunan 3,8 persen dibanding sebelumnya. Dari 2012-2021, Korut memproduksi antara 4,4 juta ton hingga 4,8 juta ton biji-bijian setiap tahunnya.

Namun, Korut membutuhkan sekitar 5,5 juta ton biji-bijian untuk mencukupi kebutuhan 25 juta penduduknya. Jadi untuk tahun ini, diperkirakan negara itu mengalami kekurangan sekitar 1 juta ton.

Dilansir Al Jazeera, pekan lalu surat kabar resmi pemerintah Korut menyerukan kemandirian ekonomi. Bergantung pada bantuan ekstrenal untuk mengatasi situasi pangan disebut seperti mengambil permen beracun.

Kemandirian ekonomi adalah bagian dari perjuangan melawan kaum imperialis. Kaum imperialis disebut membawa jubah kolaborasi dan bantuan, seolah-olah negara lain dalam kesulitan ekonomi dan tidak dapat mengatasi krisis tanpa dukungan mereka.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us