DPR Bakal Panggil Mendag buat Bahas Persiapan RI Hadapi Tarif Trump

- Pemerintah harus siapkan strategi perlindungan pasar dalam negeri.
- Pasar Indonesia terlalu terbuka.
- Pemerintah harus lebih perhatikan industri lokal.
Jakarta, IDN Times - Anggota Komisi VI DPR RI, Rachmat Gobel dari fraksi Nasdem mengatakan Komisi VI akan menggelar rapat kerja dengan Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso pekan depan.
Dalam rapat itu, dia akan meminta keterangan Budi terkait persiapan Indonesia menghadapi dampak tarif impor resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
"Senin kita ada rapat dengan Kementerian Perdagangan," kata Rachmat usai menghadiri IDN Times Leadership Forum di IDN HQ, Jakarta, Jumat (11/7/2025).
1. Pemerintah harus siapkan strategi perlindungan pasar dalam negeri

Hal utama yang akan ditanyakan Rachmat kepada Kemendag adalah strategi perlindungan pasar dalam negeri saat tarif resiprokal berlaku. Sebab, menurutnya akan ada banyak negara yang mengalihkan ekspornya ke Indonesia karena juga dikenakan tarif resiprokal.
"Negara-negara yang juga mendapatkan dampak daripada kebijakan Donald Trump yang ekspornya terganggu, dia akan masuk ke Indonesia. Ini yang harus kita jaga," tutur Rachmat.
2. Pasar Indonesia terlalu terbuka

Dia mengatakan, perlindungan pasar domestik harus diperketat karena selama ini terlalu terbuka, sehingga produk impor mudah masuk. "Kita ini kan, pasar kita ini terlalu terbuka. Sehingga memberikan dampak kepada industri dalam negeri kita. Pemerintah harus kontrol pasar kita, jaga," ucap Rachmat.
Salah satu pintu masuknya produk asing menurutnya melalui aplikasi belanja online. "Belum lagi kalau orang yang belanja lewat pakai TikTok segala, kan harus dilindungi. Kualitasnya rendah, nggak bagus," ujar Rachmat.
3. Pemerintah harus lebih perhatikan industri lokal

Rachmat menekankan agar pemerintah mengendalikan pasar demi menjaga industri lokal agar tidak mati, apalagi jika ada ancaman banjirnya produk impor dari China.
"Nah mereka harus benar-benar melakukan kontrol yang besar kepada industri kita sendiri. Karena kalau tidak, mati juga kita. Kan yang tadi misalnya China, yang China tadinya ekspor ke sana ada masalah, dia larinya ke Indonesia. Kita mati, kita juga ada masalah ekspor, dalam domestik kita juga kena," tutur Rachmat.