Eceng Gondok yang Penuhi Danau Toba Bakal Disulap Jadi Pupuk

Jakarta, IDN Times - Keberadaan eceng gondok menjadi satu kekhawatiran di Danau Toba, Sumatra Utara. Sebab pertumbuhannya yang pesat dinilai bisa menutupi kecantikan Destinasi Pariwisata Super Priotas (DPSP) tersebut.
Untuk itu, PT Mayora Indah Tbk dan Institut Teknologi Del yang didukung Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), melakukan penandatanganan kerja sama secara simbolis pemanfaatan eceng gondok di Danau Toba.
Melalui kerja sama itu, populasi eceng gondok yang mendominasi Danau Toba akan diolah dan dimanfaatkan menjadi pupuk organik.
1. Eceng gondok tumbuh sangat cepat di Danau Toba

Pertumbuhan eceng gondok terbilang sangat pesat, dilihat dari populasinya yang awalnya 100 meter persegi menjadi 200 meter persegi hanya dalam waktu 7 hari.
Asisten Deputi Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves), Kosmas Harefa berharap kerja sama antara Mayora Undah dan IT Del itu dapat meningkatkan estetika Danau Toba, dan meningkatkan nilai tambah berupa pupuk organik untuk masyarakat setempat.
"Cita- cita besar kita adalah menjadikan Danau Toba sebagai destinasi yang berkualitas. Dalam rangka itu, segala sesuatu yang menghambat kemajuan ke arah sana perlu kita cermati. Terkait dengan eceng gondok, memang kita lihat mengurangi estetika danau sehingga kami menyambut baik kerja sama yang dilakukan antara PT Mayora Indah, Tbk dan Institut Teknologi Del," kata Kosmas dikutip dari keterangan resmi, Minggu (10/7/2022).
2. Eceng gondok menghasilkan senyawa yang dapat percepat pertumbuhan akar tanaman

Eceng gondok sendiri mengandung unsur- unsur hara seperti Nitrogen, Phosphor dan Potassium masing-masing sebesar 2,34 persen, 0,24 persen, dan 1,95 persen, serta asam humat. Kandungan itu dapat menghasilkan senyawa fitohara yang mampu mempercepat pertumbuhan akar tanaman, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik yang akan sangat bermanfaat bagi para petani.
Sebagai gambaran, kebutuhan pupuk masyarakat per satu musim tanam adalah 39 ribu ton. Sementara itu, suplai pupuk yang tersedia hanya 10 ribu ton.
Di sisi lain, terdapat disparitas harga pupuk kimia bersubsidi dengan non- subsidi. Sehingga, program pemanfaatan eceng gondok selain meningkatkan estetika danau juga akan memberikan pupuk organik dengan harga kompetitif pada para petani.
Kosmas mengatakan, pengolahan eceng gondok akan dibangun di Kampus Institut Teknologi Del yang dibagi dalam dua tahap, yaitu pabrik pengolahan eceng gondok menjadi pupuk padat dan cair. Proses pengambilan eceng gondok akan dilakukan via kapal harvester milik Balai Wilayah Sungai Sumatera II.
"Selanjutnya, eceng gondok akan dikumpulkan di tempat penampungan sementara dan akan dibawa ke tempat pengolahan," tutur Kosmas.
3. Pabrik pengolahan eceng gondok akan dibangun

Direktur PT Mayora Indah Tbk, Johan Muliawan mengatakan pemanfaatan eceng gondok menjadi pupuk organik dapat memberikan dua dampak positif, yaitu mengurangi populasi eceng gondok yang mencemari danau Toba dan menjadikannya bahan baku pembuatan kompos yang akan diolah melalui proses dekomposisi, proses yang dilakukan oleh mikroorganisme terhadap buangan organik.
“Kami akan membangun pabrik yang akan mengubah eceng gondok, yang awalnya adalah gulma dan menjadi masalah di perairan menjadi pupuk organik yang bernilai untuk membantu meningkatkan produktivitas pertanian di sekitar Danau Toba,” ucap Johan.
Fasilitas pengolahan pupuk akan dibangun di dalam Kampus Institut Teknologi Del dengan luas lahan sekitar 1.000 meter persegi, yang meliputi area pengolahan, penampungan, serta area transportasi.
“Pembangunan pabrik akan dibagi dalam dua tahap, yaitu pabrik pengolahan eceng gondok menjadi pupuk padat dan pabrik pengolahan eceng gondok menjadi pupuk cair. Semua proses produksi ini akan dilakukan di area dan di bawah pengawasan IT Del,” tutur Johan.
Rektor IT Del, Arnaldo Marulitua Sinaga mengatakan untuk produksi pupuk organik, dibutuhkan eceng gondok sebanyak 1,1 ton per hari.
“Adapun kebutuhan eceng gondok untuk diolah menjadi pupuk padat dan pupuk cair yaitu 1,1 ton/hari, untuk menghasilkan pupuk padat sebanyak 1 ton/ hari serta pupuk cair sekitar 20-25 liter per harinya,” ucap Arnaldo.
Arnaldo berharap kerja sama antara IT Del dan Mayora itu dapat menjadi solusi permasalahan perairan Danau Toba.
"Dan kami juga berharap ini akan menjadi pilot yang keberhasilannya bisa diduplikasi di wilayah perairan lain,” tutur Johan.