Emas Kembali ke Swiss usai Pengecualian Tarif Trump

- Emas kembali ke Switzerland setelah pengecualian tarif AS, mencerminkan respons pasar terhadap perubahan kebijakan perdagangan.
- Pengecualian emas dari tarif impor AS meredakan kekhawatiran pelaku pasar, mengubah arah aliran logam mulia ini.
- Stok emas di Comex turun 1,5 juta troy ons menuju Switzerland setelah pengecualian tarif, meskipun harga emas mencapai rekor baru.
Jakarta, IDN Times - Emas yang sebelumnya dikirim ke New York sebagai antisipasi terhadap tarif impor Amerika Serikat (AS) kini mulai kembali ke Switzerland. Kebijakan pengecualian emas dari tarif yang diumumkan Presiden Donald Trump telah mengubah arah aliran logam mulia ini.
Pada Kamis (17/4/2025), data resmi menunjukkan bahwa emas mulai dikirim kembali ke Switzerland, pusat penyulingan dan transit emas terbesar di dunia. Langkah ini mencerminkan respons pasar terhadap perubahan kebijakan perdagangan AS yang sempat memicu ketidakpastian global.
1. Alasan pengembalian emas ke Switzerland
Pemerintahan Trump mengumumkan pengecualian emas dan perak dari tarif impor yang diberlakukan pada sejumlah negara. Keputusan ini meredakan kekhawatiran pelaku pasar yang telah mengalihkan stok emas ke AS sejak Desember 2024 untuk menghindari potensi tarif tinggi.
“Ketika tarif emas dicabut, urgensi untuk menyimpan emas di New York menghilang,” kata seorang sumber di kilang emas Swiss kepada Reuters.
Aliran emas kembali ke Switzerland menunjukkan kepercayaan pelaku pasar bahwa kebijakan ini akan bertahan, setidaknya dalam waktu dekat.
2. Dampak pada stok emas AS
Stok emas di Comex, pasar berjangka AS, turun sebesar 1,5 juta troy ons atau senilai 4,8 miliar dolar AS (Rp80,9 triliun) sejak mencapai puncak 45,1 juta ons pada Kamis (3/4/2025). Penurunan ini mencerminkan pengiriman emas keluar dari AS, sebagian besar menuju Switzerland, setelah tarif tidak lagi menjadi ancaman.
“Sebagian emas yang keluar dari gudang AS kini tiba di Switzerland untuk diproses atau disimpan,” ujar sumber yang sama. Switzerland, dengan infrastruktur penyulingan emasnya yang canggih, kembali menjadi tujuan utama logam mulia ini setelah ketegangan perdagangan mereda.
3. Ketidakpastian tarif dan harga emas
Meski emas dikecualikan dari tarif, ketidakpastian kebijakan perdagangan Trump terus mendorong harga emas ke level rekor. Pada Rabu (16/4/2025), harga emas mencapai 3.357,40 dolar AS (Rp56,6 juta) per ons, didorong oleh permintaan safe-haven di tengah gejolak pasar global.
“Kebijakan tarif yang tidak konsisten membuat investor tetap waspada, dan emas menjadi pilihan utama,” kata Jim Wyckoff, analis senior Kitco Metals, dikutip dari Reuters.
Dengan negosiasi perdagangan yang masih berlangsung, aliran emas ke Switzerland kemungkinan akan terus berlanjut seiring pasar menyesuaikan diri dengan dinamika baru.