Harga Beras Asia Anjlok, Panen Besar India Picu Surplus Global

- Panen besar di India tekan harga beras Asia
- Pengimpor dunia kurangi pembelian dan inventarisasi
- Kebijakan ekspor India pengaruhi harga global
Jakarta, IDN Times - Harga beras di pasar Asia menunjukkan tekanan penurunan seiring dengan panen beras yang melimpah di India. Lonjakan pasokan ini memperbesar stok global, memicu penurunan harga di beberapa negara pengimpor utama.
Selain itu, berbagai negara pengimpor mulai mengurangi pembelian impor karena inventaris mereka saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan selama tiga hingga lima bulan mendatang. Kebijakan pengendalian impor di beberapa negara juga turut berkontribusi pada melambatnya permintaan beras global.
1. Panen besar di India tekan harga beras Asia

Panen raya di India sejak akhir September 2025 telah menghasilkan surplus beras dalam jumlah besar, yang mulai berdampak pada pasar Asia sejak akhir Oktober 2025. Menurut catatan Asosiasi Eksportir Beras Thailand, harga beras putih kategori 5 persen broken mencapai 351 dolar AS (Rp5,8 juta) per ton pada Oktober 2025, harga terendah sejak September 2015.
"Tren penurunan harga akan terus berlanjut karena India panen beras dalam volume sangat besar," kata mantan ekonom senior International Rice Research Institute, Samarendu Mohanty, dilansir The Straits Times.
Millers dari Thailand, Pakistan, dan Myanmar juga menawarkan harga beras yang 3 persen lebih murah dibandingkan pasokan India, menurut Wakil Kepala Olam Agri India, Nitin Gupta, dalam konferensi di New Delhi.
"Surplus beras global saat ini membuat sebagian importir bisa memperlambat pembelian secara bertahap," ujar Gupta.
2. Pengimpor dunia kurangi pembelian dan inventarisasi

Filipina sebagai negara pengimpor terbesar beras dunia telah mengumumkan perpanjangan pembatasan impor hingga April 2026 demi melindungi petani lokal. Berdasarkan keterangan Manajer Pengembangan Bisnis Invictus Trading FZE Dubai, Dharmendra Rawat pada Kamis (6/11), berbagai negara kini membeli beras India secara bertahap, tidak lagi dalam jumlah besar sekaligus.
"Kami optimis harga akan terus turun sehingga pembelian bisa dilakukan secara bertahap," tuturnya.
Gupta juga menyebut, sejumlah negara pengimpor di Afrika Barat saat ini memiliki stok beras cadangan yang cukup untuk konsumsi tiga hingga lima bulan ke depan.
"Sebagian negara kini duduk di atas inventaris cukup besar," ujarnya.
Dengan pasokan yang melimpah, pembeli internasional kini lebih selektif merencanakan pembelian demi menghindari kerugian harga.
3. Kebijakan ekspor India pengaruhi harga global

Pemerintah India pada Juli 2023, memperketat ekspor beras nonbasmati demi menjaga ketahanan pangan nasional dan menahan kenaikan harga dalam negeri.
"Pemerintah berkomitmen menjaga stok dalam negeri dan tidak akan membatasi ekspor beras kecuali untuk alasan keamanan pangan nasional," kata Konsultan ekspor beras India, Prem Garg, dilansir S&P Global.
Kebijakan ekspor ini telah menciptakan surplus beras global dan melemahkan harga internasional. Menurut analis pasar, harga ekspor beras India kategori parboiled 5 persen diperkirakan bisa turun hingga 325 dolar AS (Rp5,4 juta) per ton bila tren surplus berlanjut sampai akhir tahun.
Beras parboiled adalah beras yang telah melalui proses pemasakan awal atau parboiling sebelum dikeringkan dan diproses.
"Tekanan deflasi pada harga beras akan berlanjut hingga panen berikutnya, jika rupee India tetap melemah terhadap dolar AS," ucap Garg.


















