Harga Telur di AS Turun Tajam usai Melonjak Lima Bulan Beruntun

- Harga telur di AS turun 12,7 persen pada April 2025, menjadi 5,12 dolar AS per lusin.
- Penurunan harga telur tercatat sebagai yang paling tajam sejak 1984, tetapi masih 79 persen lebih mahal dibandingkan tahun lalu.
Jakarta IDN Times – Harga eceran telur di Amerika Serikat (AS) akhirnya turun setelah mengalami lonjakan selama lima bulan berturut-turut sejak November 2024. Berdasarkan data Consumer Price Index (CPI), harga satu lusin telur Grade A kini sebesar 5,12 dolar AS, turun dari bulan sebelumnya. Penurunan ini menjadi yang pertama sejak Oktober 2024.
Penurunan tersebut tercatat sebagai yang paling tajam sejak 1984, menurut laporan Biro Statistik Tenaga Kerja AS. Sementara itu, Departemen Pertanian AS (USDA) pekan lalu melaporkan, harga rata-rata telur putih ukuran besar turun dalam sepekan dari 3,99 dolar AS menjadi 3,30 dolar AS per lusin, berbeda dari harga rata-rata CPI sebesar 5,12 dolar AS.
“Kami membuat telur kembali terjangkau,” kata Menteri Pertanian Brooke Rollins, dikutip dari ABC News, Rabu (14/5/2025).
1. Wabah flu burung tetap bikin harga tinggi secara historis

Meski harga mulai menurun, angka saat ini masih jauh lebih tinggi dibandingkan tahun lalu. Pada April 2024, harga telur rata-rata hanya 2,86 dolar AS per lusin. Artinya harga pada April 2025 masih 79 persen lebih mahal dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Bahkan saat Paskah 2025, harga telur mencapai rekor tertinggi untuk musim liburan itu, menandakan dampak panjang wabah masih terasa.
Flu burung menjadi penyebab utama kelangkaan pasokan dan lonjakan harga. Sejak awal 2022 lebih dari 169 juta unggas mati akibat wabah ini. Setiap kali satu ekor ayam terinfeksi, seluruh kawanan dimusnahkan sehingga stok telur nasional ikut tergerus.
2. Pemerintah sebut harga turun karena permintaan menurun

USDA menyebut, penurunan harga konsumen terjadi karena permintaan terhadap telur mulai menurun. Kasus flu burung juga menunjukkan tren menurun dalam beberapa minggu terakhir. Beberapa jaringan ritel besar seperti Costco sempat membatasi jumlah pembelian telur per konsumen akibat kelangkaan.
Tyler Schipper, profesor ekonomi dari University of St Thomas mengatakan, penurunan harga ini cukup luar biasa. Ia menyebut, gejolak pasar telur yang berlangsung lebih dari setahun kemungkinan sudah memasuki fase pemulihan.
“Mungkin masa terburuk dari EggGate sudah lewat,” ujarnya kepada CNN International.
Sepanjang Maret, harga grosir telur memang sempat anjlok sebelum stabil kembali di April. Harga grosir adalah harga yang dibayar oleh distributor bukan konsumen langsung. Namun perubahan ini biasanya baru terasa di tingkat eceran beberapa minggu setelahnya.
3. Trump klaim harga telur turun drastis tapi datanya belum akurat

Presiden AS Donald Trump sudah lebih dulu menyebut harga telur turun tajam bahkan sebelum data resmi dirilis. Dalam pernyataannya bulan lalu, ia mengklaim harga telur turun hingga 93 atau 94 persen sejak ia menjabat, padahal saat itu data CPI belum tersedia untuk memverifikasi klaim tersebut.
Menurut CNN International pernyataan Trump kemungkinan merujuk pada harga grosir yang memang jatuh lebih dulu di bulan Maret. Namun penurunan harga grosir hanya sekitar 50 persen jauh dari angka yang ia sebutkan. Konsumen sendiri baru merasakan efeknya di bulan April.
Meski klaim Trump soal angka dianggap tidak akurat harga telur konsumen memang terbukti menurun tajam saat ia mengeluarkan pernyataan tersebut. Namun seperti dijelaskan oleh Kevin Bergquist dari Wells Fargo Agri-Food Institute, harga di toko ritel memang cenderung lambat mengikuti perubahan harga grosir.