Eks Bos Bank Dunia: Ketegangan AS-Tiongkok Mengancam Ekonomi Global
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Mantan Presiden Bank Dunia, Robert Zoellick menilai keretakan antara AS dan Tiongkok sebagai ancaman serius bagi pemulihan ekonomi global. Bahkan, menurut dia, dunia akan terlihat seperti pada tahun 1900 jika negara-negara tidak bekerja sama untuk mengatasi krisis saat ini.
"Saya pikir (hubungan AS-Tiongkok) jatuh bebas hari ini. Saya tidak berpikir kita tahu di mana bagian bawahnya, dan itu adalah situasi yang sangat berbahaya," kata Zoellick dilansir dari BBC, Senin (7/9/2020).
1. Zoellick meminta AS bekerja sama dengan Tiongkok
Zoellick meminta AS untuk bekerja sama dengan Tiongkok dalam menemukan solusi untuk pandemik COVID-19 alih-alih bersitegang. Zoellick menjabat sebagai Presiden Bank Dunia antara tahun 2007 hingga 2012, tahun-tahun yang mencakup krisis keuangan global. Sebagai kepala organisasi, dia bekerja erat dengan Dana Moneter Internasional dan pemerintah dunia untuk mengatasi krisis keuangan.
“Krisis keuangan 2008-2009 adalah peristiwa yang sangat serius, tetapi kami memiliki G20 dan bank sentral yang bekerja sama. Presiden Bush dan Presiden Obama adalah bagian dari upaya internasional dengan (perdana menteri Inggris) Gordon Brown," katanya.
Dia menambahkan, “terus terang, Tiongkok pun punya program stimulus yang sangat kuat dan juga bekerja sama dalam berbagai cara. Kami tidak memiliki rasa kerja sama seperti itu hari ini."
Baca Juga: Tiongkok Ancam AS Warganya akan Boikot Apple bila WeChat Dilarang
2. Tiongkok disebut-sebut ikut campur dalam politik AS
Editor’s picks
Sebelumnya, Tiongkok disebut memiliki program khusus yang bertujuan memengaruhi politik dalam negeri serta pemilihan presiden Amerika Serikat, kata penasihat keamanan Presiden Donald Trump, Robert O’Brien, Jumat (4/9/2020). Namun, O’Brien tidak memberi penjelasan lebih lanjut terkait dugaan tersebut.
“Kami tahu Tiongkok berperan aktif ( memengaruhi pilpres AS),” kata dia dilansir dari ANTARA.
O’Brien juga menyebut Tiongkok “meluncurkan banyak program untuk memengaruhi politik Amerika Serikat”. Tidak hanya Tiongkok, Iran dan Rusia juga memiliki program semacam itu, tambah O’Brien.
Intelijen AS mengungkap Rusia terlibat dalam kampanye dunia maya yang bertujuan memenangkan kandidat Partai Republik, Donald Trump, pada pemilihan presiden AS 2016. Sejauh ini, pihak intelijen juga menerima laporan beberapa peretas berusaha memengaruhi pemilihan presiden 3 November 2020. Pemerintah Rusia menyangkal tuduhan pihaknya ikut campur dalam pemilu AS pada 2016.
“Kami dengan jelas menyampaikan ke warga Tiongkok, Rusia, Iran, dan pihak lain yang belum terungkap keberadaannya ke publik bahwa siapa pun yang berusaha mengintervensi pemilihan presiden di Amerika Serikat akan menerima akibat yang buruk,” kata O’Brien.
3. Tiongkok membantah tudingan AS
Jaksa Agung pilihan presiden, William Barr mengatakan ia yakin ancaman terhadap intervensi pilpres AS lebih besar datang dari Tiongkok daripada Rusia. Namun, ia tidak memberi keterangan lebih lanjut.
O’Brien pada Agustus mengatakan AS melihat peretas asal Tiongkok menyasar infrastruktur pilpres AS. Namun, Tiongkok konsisten menyangkal tudingan bahwa pihaknya meretas informasi milik perusahaan, politisi, atau lembaga pemerintah AS.
Saat dimintai tanggapan soal klaim O’Brien, Kedutaan Besar Tiongkok di AS mengulang kembali pernyataan Kementerian Luar Negeri Tiongkok pada bulan lalu. Kedutaan mengatakan Pemerintah Tiongkok tidak tertarik ikut campur dalam pilpres AS.
Baca Juga: Trump Resmi Larang Operasional TikTok dan WeChat di Amerika Serikat