Indonesia-AS Sepakat Rampungkan Negosiasi Tarif Balasan dalam 60 Hari

- Indonesia dan AS sepakat menyelesaikan negosiasi tarif balasan dalam 60 hari ke depan untuk menjaga kemitraan perdagangan dan investasi yang seimbang.
- Delegasi Indonesia tengah melakukan negosiasi langsung dengan pemerintah AS, diharapkan hasilnya dapat ditindaklanjuti dalam format perjanjian resmi.
- Pemerintah Indonesia menawarkan peningkatan impor energi dan produk agrikultur dari AS serta komitmen memfasilitasi perusahaan asal AS yang beroperasi di Indonesia.
Jakarta, IDN Times – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa Indonesia dan Amerika Serikat telah sepakat untuk menyelesaikan negosiasi terkait penerapan tarif balasan (resiprokal) dalam waktu dua bulan ke depan.
Dalam perundingan tersebut, Indonesia menawarkan sejumlah solusi agar hubungan perdagangan kedua negara tetap berimbang dan tidak memberatkan salah satu pihak.
“Indonesia dan Amerika Serikat bersepakat untuk menyelesaikan perundingan ini dalam waktu 60 hari. Kerangka acuannya telah disepakati, termasuk ruang lingkupnya yang meliputi kemitraan perdagangan dan investasi, kerja sama dalam pengelolaan mineral penting, serta penguatan keandalan koridor rantai pasok yang memiliki resiliensi tinggi,” ujar Airlangga dalam konferensi pers virtual, Jumat (18/4/2025).
1. Delegasi Indonesia sudah mulai negosiasi

Saat ini, Indonesia telah mengirimkan delegasi untuk melakukan negosiasi langsung dengan pemerintah AS. Airlangga menuturkan bahwa hasil dari negosiasi tersebut diharapkan dapat ditindaklanjuti dalam bentuk format perjanjian resmi yang akan disepakati oleh kedua negara.
"Hasil-hasil pertemuan tersebut akan dilanjutkan dengan berbagai putaran, bisa satu, dua, atau tiga kali. Kami berharap dalam 60 hari ke depan, kerangka tersebut dapat ditindaklanjuti menjadi format perjanjian yang disetujui oleh Indonesia dan Amerika Serikat," ungkap Airlangga.
2. Indonesia tawarkan peningkatan impor energi

Tak hanya itu, pemerintah Indonesia juga menawarkan peningkatan impor energi dari Amerika Serikat sebagai bagian dari strategi negosiasi untuk menurunkan tarif perdagangan yang diberlakukan AS terhadap produk ekspor Indonesia. Airlangga menyebut bahwa Indonesia bersedia meningkatkan pembelian sejumlah komoditas energi dari AS, termasuk liquefied petroleum gas (LPG), crude oil, dan bensin (gasoline).
“Delegasi Indonesia, dalam pembahasannya dengan USTR maupun Secretary of Commerce, mengusulkan beberapa hal. Seperti yang telah disampaikan melalui surat resmi, Indonesia akan meningkatkan pembelian energi dari Amerika Serikat,” ujar Airlangga.
Selain sektor energi, Indonesia juga menjanjikan peningkatan impor produk-produk agrikultur seperti gandum, kedelai, dan susu kedelai, serta barang-barang modal dari Amerika Serikat.
Tak hanya menawarkan peningkatan impor, pemerintah juga berkomitmen memfasilitasi perusahaan-perusahaan asal AS yang beroperasi di Indonesia. Fasilitas tersebut mencakup kemudahan perizinan dan pemberian insentif untuk mendorong investasi yang lebih besar.
Indonesia juga mendorong penguatan hubungan kerja sama dengan AS di berbagai sektor, termasuk investasi, pengembangan sumber daya manusia (SDM), serta layanan keuangan (financial services).
"Indonesia juga membuka peluang kerja sama strategis dalam bidang mineral kritis (critical minerals), serta menyederhanakan prosedur impor produk-produk asal AS, termasuk produk hortikultura," tegas Airlangga.
3. Indonesia dorong tarif yang lebih kompetitif

Melalui negosiasi ini, Indonesia berharap dapat mendorong penerapan tarif yang lebih kompetitif, terutama dibandingkan negara-negara pesaing dari kawasan ASEAN dan Asia lainnya. Saat ini, beberapa produk ekspor utama Indonesia seperti garmen, alas kaki, tekstil, furnitur, dan udang masih dikenakan tarif masuk yang relatif tinggi di pasar AS.
“Dengan diberlakukannya tarif sementara sebesar 10 persen selama 90 hari, maka tarif rata-rata untuk produk tekstil dan garmen Indonesia yang sebelumnya berkisar antara 10 persen hingga 37 persen akan meningkat. Artinya, tarifnya bisa menjadi 10 persen ditambah 10 persen, atau 37 persen ditambah 10 persen,” jelas Airlangga.