Indonesia Targetkan Jadi Anggota OECD Kurang dari 4 Tahun

Jakarta, IDN Times - Pemerintah menargetkan Indonesia dapat menyelesaikan proses penilaian untuk menjadi anggota Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) dalam waktu kurang dari empat tahun. Target itu, dianggap cukup realistis mengingat sulitnya proses sebuah negara untuk menjadi anggota OECD.
Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang, mengakui proses yang dijalani sebuah negara menjadi anggota OECD berkisar di periode tiga hingga tujuh tahun. Hal itu sudah dialami oleh Kosta Rika, Kolombia, dan lainnya.
"Guna mencapai target yang telah ditetapkan tersebut, pemerintah Indonesia telah membentuk Komite Nasional yang bertugas untuk mengidentifikasi policy gaps, sektor, dan isu yang mampu diselesaikan secara cepat (low-hanging fruits)," katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (10/6/2023).
Agus juga saat ini sedang melakoni rangkaian kunjungan kerja ke Prancis dan Jepang pada 2-6 Oktober 2023. Salah satu agenda dari kunjungan tersebut adalah pertemuan dengan Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi, Mathias Cormann. Bisa jadi, ini momen pendekatan Indonesia dalam proses menjadi anggota.
1. Indonesia sudah selaraskan 15 standar sesuai ketentuan OECD

Dia menjelaskan dalam mengimplementasi proses aksesi, Indonesia harus memenuhi rekomendasi dan melakukan penyelarasan beberapa regulasi nasional agar sesuai dengan standar OECD. Indonesia telah menyelaraskan 15 dari 200 standar OECD.
"Kami juga meminta masukan terkait upaya yang perlu dilakukan oleh Indonesia khususnya di sektor Industri dalam mempercepat proses penyelarasan dengan instrumen OECD," ujar Agus.
Agus menyebut, Indonesia memiliki kemajuan besar pada berbagai bidang, termasuk pengembangan energi terbarukan dan pengurangan emisi gas rumah kaca, serta masih banyak lagi bidang-bidang lainnya.
Hanya saja, nasib Indonesia menjadi anggota OECD, bergabung dengan 38 lainnya, juga bergantung pada pertemuan yang digelar di Desember 2023 atau Januari 2024. Dari situ, bisa diputuskan apakah Indonesia bisa masuk dalam proses atau tidak.
2. Indonesia jadi jembatan untuk perdagangan global

Segi geografis, kata Agus, Indonesia mempunyai peranan penting dalam sirkulasi perdagangan global karena menjadi jembatan antara Samudera Pasifik dan Hindia.
Hal ini memungkinkan Indonesia memainkan peran penting dalam distribusi barang ke seluruh dunia. Dampak positif dari hal tersebut, Indonesia telah memantapkan dirinya sebagai aktor penting dalam interkoneksi dan kerja sama perekonomian kawasan.
"Dengan meningkatnya hubungan perdagangan dan investasi terbentuk sebagai manfaat langsung dari kerja sama ini, para anggota OECD yang bekerja sama dengan Indonesia dapat memperoleh manfaat dari perluasan jangkauan global hingga kemungkinan perdagangan sebagai akibat langsung dari penguatan hubungan perdagangan dan investasi," ujar Agus.
3. Berbagai keuntungan jika RI bergabung dengan OECD

Dengan gabung ke OECD, dijelaskan Agus, posisi Indonesia akan sangat strategis dan bisa muncul simbiosis mutualisme. Pun, keanggotaan Indonesia di OECD dapat mempercepat transformasi ekonomi Indonesia dalam rangka mencapai tujuan strategis nasional.
"Sedangkan, bagi OECD, bergabungnya Indonesia akan memberikan jangkauan global yang lebih luas, khususnya pada kawasan Asia Tenggara," kata Agus.
Dia menjelaskan, OECD sebagai organisasi Internasional memiliki tujuan untuk menciptakan kebijakan dan mengembangkan standar Internasional untuk mendorong kemakmuran, kesetaraan, kesempatan dan kesejahteraan pada aspek sosial, ekonomi dan lingkungan hidup.
"Kami memahami untuk bergabung dalam OECD terdapat proses aksesi yang harus dipenuhi oleh Indonesia. Oleh karenanya, kami sangat mengapresiasi kunjungan Anda ke Indonesia pada Bulan Agustus 2023 untuk bertemu Presiden RI dan beberapa rekan menteri dalam rangka mendiskusikan hal tersebut," ujar Agus.