Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jepang Tolak Usulan AS soal Tarif Impor Minyak Rusia

Bendera Jepang (unsplash.com/Alexander Grigoryev)
Bendera Jepang (unsplash.com/Alexander Grigoryev)
Intinya sih...
  • Sikap Jepang terhadap usulan tarif tinggi dari AS: Menteri Keuangan Jepang, Katsunobu Kato menolak usulan AS untuk menaikkan tarif impor minyak Rusia dari China dan India.
  • Alasan Jepang menolak menaikkan tarif minyak dari Rusia: Jepang enggan menaikkan tarif karena masih mengimpor minyak dan gas alam cair (LNG) dari Rusia, yang penting untuk kestabilan energi nasionalnya.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan Jepang, Katsunobu Kato menolak usulan Amerika Serikat (AS) yang meminta negara-negara G7 menaikkan tarif impor minyak Rusia dari China dan India. Jepang menyatakan komitmennya untuk mematuhi aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan tidak memperluas tarif di luar batas yang telah disepakati.

Penolakan ini menunjukkan sikap hati-hati Tokyo untuk tidak bergabung dengan dorongan AS yang menerapkan kenaikan tarif tinggi sebagai langkah menekan Presiden Vladimir Putin untuk mengakhiri perang di Ukraina.

1. Sikap Jepang terhadap usulan tarif tinggi dari AS

Menteri Keuangan Jepang, Katsunobu Kato mengatakan, Jepang berkomitmen dalam kerangka WTO untuk tidak memberlakukan tarif melebihi batas yang telah ditetapkan dan akan memperlakukan semua negara anggota secara adil selama semua pihak mematuhi kewajiban mereka dalam perjanjian WTO.

"Sulit bagi kami untuk menaikkan tarif, misalnya sampai 50 persen, hanya dengan alasan negara tertentu mengimpor minyak dari Rusia," ujar Kato kepada awak media, dilansir The Japan Times.

Kato juga menegaskan, Jepang harus mempertimbangkan berbagai aspek dan bertindak sesuai kewajiban hukum internasional sebelum menerapkan tarif yang dapat mengganggu prinsip perdagangan bebas dan keadilan antar anggota WTO.

Pernyataan ini muncul setelah diskusi daring negara-negara G7 pada Jumat (12/9/2025), di mana AS menyerukan agar para anggota mempertimbangkan tarif sampai 100 persen terhadap China dan India karena pembelian minyak Rusia yang berkelanjutan.

2. Alasan Jepang menolak menaikkan tarif minyak dari Rusia

Kato menjelaskan alasan Jepang enggan menaikkan tarif terkait minyak Rusia, yaitu karena Jepang sendiri masih mengimpor minyak dan gas alam cair (LNG) dari Rusia terutama dari proyek Sakhalin-2 yang terletak tepat di utara Jepang. Proyek tersebut merupakan sumber utama pasokan LNG Jepang dan sangat penting untuk kestabilan energi nasionalnya. Kato menekankan impor minyak dan LNG Jepang tidak terkena pembatasan atau sanksi Barat.

Kato mengungkapkan, Jepang tengah meninjau jenis tekanan yang paling efektif dan berkoordinasi erat dengan mitra G7 untuk mendukung upaya agar konflik di Ukraina segera berakhir tanpa harus melanggar aturan WTO atau merugikan kepentingan nasional Jepang.

“Kami sedang membahas langkah yang paling efektif untuk menekan Rusia agar agresinya di Ukraina dihentikan,” ungkap Kato, dilansir Financial Post.

3. Respons AS dan konteks internasional terkait sanksi minyak Rusia

AS melalui Menteri Keuangan Scott Bessent mendorong negara-negara G7 dan Uni Eropa agar mengenakan tarif besar terhadap China dan India yang membeli minyak Rusia. AS beralasan pembelian minyak tersebut mendanai mesin perang Presiden Putin dan memperpanjang konflik di Ukraina.

Selain itu, Presiden Donald Trump sudah menerapkan tarif tambahan 25 persen pada impor India sebagai tekanan agar menghentikan pembelian minyak Rusia. Namun, langkah keras AS tidak serta merta diikuti oleh negara-negara lain, termasuk Jepang yang tetap berhati-hati.

Trump sendiri menyatakan kesiapannya untuk memberlakukan sanksi besar terhadap ekspor energi Rusia jika seluruh negara NATO sepakat dan menghentikan pembelian minyak Rusia, tetapi beberapa anggota seperti Hungaria menentang kebijakan yang lebih ketat tersebut. Upaya AS ini menandai strategi penggunaan tarif sebagai alat kebijakan yang semakin agresif untuk mencapai tujuan geopolitik terkait perang di Ukraina.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in Business

See More

Profil Farida Farichah, Politikus PKB Calon Kuat Wamenkop

17 Sep 2025, 14:22 WIBBusiness