Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Jual Es Teh Rp2 Ribu-an, Pebisnis Ini Sukses Buka Belasan Cabang

Salah satu gerai Es Teh Tali Pinggir. (dok. Estalping)

Jakarta, IDN Times - Dino Sumarna (45), pebisnis yang berbasis di Bandung, Jawa Barat sukses membuka belasan cabang Es Teh Tali Pinggir (Estalping) dalam kurun waktu kurang dari dua tahun.

Es teh dari gerainya dijual dengan harga yang sangat murah, yakni hanya Rp2 ribu-an. Selain murah, produknya dikemas dengan sangat unik, yakni menggunakan plastik yang disablon dan juga tali.

"Saya jual es teh harganya Rp2 ribu gak di gerobak, tapi saya jual di kedai dengan desain interior yang terinspirasi dari Jepang. Kedai Es Teh Tali Pinggir ini khusus to go," kata Dino saat diwawancarai IDN Times yang dikutip Jumat, (30/6/2023).

1. Sempat buka bisnis Thai Tea tapi bangkrut

Salah satu gerai Es Teh Tali Pinggir. (dok. Estalping)

Perjalanan Dino membuka gerai Estalping tidaklah instan. Awalnya, dia adalah pegawai di kedai kopi yang telah bekerja selama tujuh tahun, dari 2011 sampai 2017.

Di tahun 2017, Dino memilih keluar dari kedai kopi itu, dan membuka bisnis minuman Thai Tea seharga Rp5 ribu. Hingga sebelum pandemik COVID-19 di tahun 2022, dia sudah memiliki 12 cabang Thai Tea Rp5 ribu-an, yang dia beri nama merek Chaai Tea and Milk.

Dikarenakan pandemik COVID-19 menghentikan mobilitas manusia, dia pun terpaksa menutup seluruh gerai Chaai Tea and Milk.

"Sampai karena COVID-19 itu tutup semua. Kebetulan anak saya mau lahir, istri saya kehamilannya mau delapan bulan. Saat itu semua outlet tutup," tutur Dino.

Namun, Dino tak menyerah. Dia pun memutar otak untuk membuka bisnis minuman lagi. Akan tetapi, dia ingin bisnisnya bisa bertahan seiringan dengan kemajuan zaman, alias tak hanya mengikuti tren saja.

"Saya mikir bagaimana ini, saat down banget, istri mau lahiran, caesar juga. Saya mikir bikin apa yang tidak terkena musiman," ujar Dino.

2. Dino memilih produk es teh sebagai bisnis yang menyelamatkan masalah keuangannya

Salah satu gerai Es Teh Tali Pinggir. (dok. Estalping)

Setelah itu, Dino yang sempat berkunjung ke kampung halaman sang istri di Boyolali, Jawa Tengah terinspirasi membuka kedai es teh. Sebab, dia mengatakan, setiap kali mampir ke kampung halaman istri, dirinya selalu disuguhi teh yang telah menjadi ciri khas Jawa Tengah.

"Kalau saya mengantar istri pulang kampung, itu suka dikasih es teh. Pas dicoba kok enak, di Bandung saya belum pernah coba es teh ini. Saya riset ulang bagaimana cara untuk membuatnya. Kalau di Jawa kan es tehnya terlalu manis, nah lidah orang Jawa Barat tidak seperti itu. Akhirnya saya main ke Solo, Yogyakarta, untuk riset-riset soal teh. Saya juga main ke perkebunan teh di Jawa Barat. Saya pelajari dari hulu ke hilir, akhirnya lahir Es Teh Tali Pinggir," kata Dino.

3. Menjadi pelopor es teh kemasan plastik yang disablon dan diikat

Es Teh Tali Pinggir, pelopor minuman es teh seharga Rp2 ribu-an yang dikemas dengan plastik bersablon dan diikat dengan tali. (dok. Estalping)

Dino mengatakan, sejak awal dirinya memang ingin menjual produk dengan harga yang murah, sehingga bisa dijangkau kalangan anak-anak kecil hingga orang dewasa.

Saat bernostalgia tentang masa kecilnya, dia pun memutuskan untuk menjual es teh dengan kemasan plastik. Namun, dia berpikir kembali bagaimana agar kemasan yang dipilihnya tetap aman bagi konsumen.

"Sebelum COVID-19 saya pernah diundang ke Malaysia International Halal Showcase (MIHAS). Itu pameran makanan halal di Malaysia. Saat ke Malaysia itu, saya ingat pernah melihat penjual es teh yang pakai tali di plastiknya. Nah, di sana sudah umum, tapi di Indonesia belum ada yang memperkenalkan. Dan bedanya di Malaysia gak pakai sablon," ucap Dino.

Mantap dengan konsepnya, dia pun membuka gerai pertama Es Teh Tali Pinggir pada 27 Oktober 2021 di Cijerah, Bandung.

"Kebetulan rumah mertua di sekitar situ. Itu konsepnya juga saya sewa pekarangan, sewa seadanya. Jadi akhirnya hanya menggunakan dana yg ada," ujar dia.

4. Sudah punya 11 cabang

Antrean pembeli di salah satu gerai Es Teh Tali Pinggir. (dok. Estalping)

Sebelum menginjak usia dua tahun, Dino berhasil membuka 11 cabang Es Teh Tali Pinggir dengan konsep kemitraan. Cabangnya itu tersebar di Kota Bandung, Cimahi, Kabupaten Bandung, Karawang, dan Tangerang. Dino mengatakan, akan ada dua cabang lagi yang segera dibuka di Bekasi dan Depok.

"Bulan depan saya juga mau ke Surabaya, ada beberapa tempat yang mau saya survey," ucap Dino.

Salah satu gerai Es Teh Tali Pinggir yang dibuka berkolaborasi dengan Warung Ci Enteh di Banjaran, Bandung Selatan sempat viral di media sosial. Menurut Dino, semenjak viral, banyak yang meminta untuk menjadi mitranya.

"Mungkin karena medsos ya. Sudah ada yang minta luar daerah banyak. Tapi sekali lagi saya bukan jual franchise. Kalau di saya, bermitra, saya harus bermitra benar-benar dengan orang itu, saya harus kenal. Karena mitra saya gak ada expired. Kalau cocok, ya selamanya," ujar Dino.

Di kedai Es Teh Tali Pinggir, Dino hanya menyediakan enam produk. Ada es teh dengan ukuran kecil seharga Rp2 ribu, kemudian ukuran jumbo Rp6 ribu, es teh manis lemon seharga Rp5 ribu, es teh tarik seharga Rp7 ribu, es coklat teh hijau seharga Rp7 ribu, dan es teh susu gula aren seharga Rp8 ribu.

"Menunya hanya ada enam, tidak akan bertambah dan kurang. Di Estalping memang gak jual makanan. Kalau yang ada makanan, itu di kedai Estalping yang kolaborasi dengan Warung Ci Enteh," ujar Dino.

5. Ingin memajukan petani teh Indonesia

Dino Sumarna (45), pendiri Es Teh Tali Pinggir, pelopor minuman es teh seharga Rp2 ribu-an yang dikemas dengan plastik bersablon dan diikat dengan tali. (dok. Estalping)

Dino mengatakan, salah satu motivasinya membuka bisnis kedai es teh to go adalah ingin memajukan produk petani lokal. Di kedainya, dia menggunakan daun teh produksi petani Pengalengan, Jawa Barat, yang dicampur dengan teh tubruk dari Jawa Tengah.

Sebab, saat dulu menjual Thai Tea, ada beberapa produk yang harus diimpor. Di kala itu, dia mengatakan sangat banyak minuman khas luar negeri yang menjadi tren, sehingga menggerus eksistensi produk teh dari petani lokal. Dia pun ingin membalikkan keadaan tersebut.

"Kalau dulu saya memajukan Thai Tea, jadi impor semua. Nah sekarang saya balikin, petani kita yang harus jadi raja di sini. Saya tahu ini bakal booming, maka saya sengaja semua pakai produk lokal," ujar Dino.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vadhia Lidyana
EditorVadhia Lidyana
Follow Us