Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Konsultan PR Mengakui Terdampak Pemotongan Anggaran Pemerintah

Diskusi dengan rekan kerja (freepik.com/standret)

Pemotongan anggaran pemerintah berdampak luas terhadap industri konsultan di Indonesia. Banyak proyek yang tiba-tiba terhenti, memaksa agensi untuk menyesuaikan strategi mereka dalam menghadapi ketidakpastian. Menurut data dari Kementerian Keuangan, pemotongan anggaran untuk pos belanja jasa konsultan mencapai 45,7 persen. Hal ini tentu berdampak signifikan pada agensi-agensi yang bergantung pada proyek pemerintah. "Banyak proyek yang tiba-tiba terhenti, memaksa agensi untuk menyesuaikan strategi mereka dalam menghadapi ketidakpastian," kata Jojo S Nugroho, Dewan Penasihat Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) yang mewadahi seluruh perusahaan konsultan PR di Indonesia.

Jojo sendiri juga merasakan dampaknya, dari empat perusahaan konsultan yang dimilikinya, tiga di antaranya terdampak langsung karena memiliki klien dari kementerian dan lembaga pemerintah, yaitu Imogen PR, Imajin PR & Research, dan Govcom Insights & Training. "Kami harus lebih berhati-hati dalam mengelola sumber daya agar tetap efisien tanpa mengorbankan kualitas layanan," ujar Jojo, yang pernah menjadi Ketua Umum APPRI selama dua periode ini.

1. Jojo, Dewan Penasihat APPRI: Bukan soal efisiensi semata, tetapi bagaimana menjaga agar operasional tetap efisien

Jojo S Nugroho, Dewan Penasihat Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI) (dok. PR Indonesia)

Untungnya, porsi klien kementerian dan lembaga hanya sekitar 30 persen dari keseluruhan klien Imajin. Beberapa klien korporasi seperti Pelindo, Pertamina, DHL, dan Sumbawa Timur Mining, serta beberapa perusahaan blue chip lainnya, masih memiliki anggaran besar untuk layanan konsultan. Hal ini memberikan keseimbangan dalam portofolio klien Imajin PR & Research, membantu mereka menghadapi tantangan tanpa harus melakukan pemotongan operasional drastis.

Namun, ketidakpastian tetap menjadi faktor yang harus diantisipasi. Jojo mengaku bahwa meskipun perusahaan tetap stabil, ia tetap berhati-hati dalam mengelola pengeluaran, terutama dalam merekrut tim baru. "Bukan soal efisiensi semata, tetapi bagaimana menjaga agar operasional tetap efisien dalam kondisi yang terus berubah," tambahnya.

2. Agensi lainnya menghadapi problem yang serupa sehingga mencari sumber pendanaan alternatif

ilustrasi diskusi (pexels.com/Antoni Shkraba)

Selain itu, salah satu agensi di bawah kendalinya, Arise Indonesia, juga menghadapi tantangan berbeda. Arise yang berfokus pada LSM dan lembaga donor tidak terdampak oleh pemotongan anggaran pemerintah Indonesia, tetapi oleh kebijakan pemerintahan Donald Trump yang menghentikan pendanaan USAID. Dampak ini memaksa Arise untuk mencari sumber pendanaan alternatif guna memastikan kelangsungan program mereka.

3. Adaptasi dan inovasi menjadi kunci bagi agensi PR untuk bertahan dan berkembang

ilustrasi diskusi akademik (unsplash.com/Jason Goodman)

Jojo mengatakan, dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini, adaptasi dan inovasi menjadi kunci bagi agensi PR untuk bertahan dan berkembang. Dia misalnya berkolaborasi dengan pihak lain untuk memberikan solusi komunikasi yang tepat bagi kliennya. Imajin PR misalnya, yang memiliki pendekatan berbasis riset yang kuat, berkolaborasi dengan tim ahli Universitas Indonesia yang terdiri dari para peneliti dengan gelar magister dan doktor dari Universitas Indonesia, mengembangkan strategi berbasis data dan riset untuk membantu klien mempertahankan hubungan baik dengan para pemangku kepentingan.

Sebagai timbal balik, Imajin juga memberikan sponsor dan dukungan kepada Laboratorium Vokasi Humas UI Makaravox berupa mentoring dan coaching kepada para ahli kehumasan muda. (WEB)

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Cynthia Kirana Dewi
EditorCynthia Kirana Dewi
Follow Us