Korupsi Timah Bikin Perekonomian Babel Hancur Lebur

Jakarta, IDN Times - Perekonomian Bangka Belitung (Babel) tengah anjlok saat ini. Salah penyebabnya adalah kasus korupsi timah yang membuat Kejaksaan Agung (Kejagung) menyita aset smelter dan berujung pada ketidakmampuan masyarakat menyerahkan hasil tambangnya.
Hal itu kemudian berimbas pada ambruknya daya beli mengingat masyarakat Babel tidak memiliki cukup uang untuk berbelanja. Di sisi lain, sektor ritel sebagai penanda daya beli juga turut anjlok dan itu kemudian jadi sorotan Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO).
"Di Bangka Belitung lagi turun karena di wilayah yang mengandalkan sumber daya alam, ketika industrinya lagi turun ya ikutan turun juga perekonomiannya," kata Ketua Umum Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO), Budihardjo Iduansjah dalam keterangan resminya dikutip Jumat (11/10/2024).
Pola sama pun terjadi di wilayah lain yang juga mengandalkan sumber daya alam (SDA) sebagai sumber mata pencaharian rakyatnya, seperti Kalimantan dan wilayah lainnya.
"Kayak Kalimantan saat batu bara bagus penjualan bagus, jadi daerah tertentu seperti Babel dengan timah, Kalimantan dengan batu bara dan Makassar kalau panen kopi, pala itu penjualan naik, jadi itu memang mengikuti pendapatan hasil jualan bumi," tutur Budihardjo.
1. Berimbas pada PHK

Sementara itu, Kepala Dinas Tenaga Kerja (Kadisnaker) Babel, Elius Gani mengungkapkan, sejumlah perusahaan sawit yang kepemilikannya terkait dengan pemilik timah pun ditutup dan rekeningnya diblokir.
Akibatnya, sejumlah perusahaan kesulitan membayar hak karyawan dan banyak pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Kalau dibandingkan dengan angka tahun lalu ada 38 pekerja yang di-PHK, saat ini 1.527 orang kena PHK maka ada lonjakan signifikan karena adanya perusahaan smelter yang tutup sebagai akibat dari penertiban tata kelola timah," ujar Elius.
2. Pertumbuhan ekonomi Babel alami perlambatan

Perekonomian Provinsi Babel pada triwulan II-2024 sebesar 1,03 persen. Capaian itu melambat dibandingkan triwulan II-2023 atau secara tahunan (year on year/yoy) yang tumbuh sebesar 5,13 persen.
Salah indikator yang membuat perlambatan tersebut adalah minimnya peluang kerja yang ditawarkan di Babel
"Untuk sektor timah ada 6 smelter yang ditutup, termasuk juga ada beberapa perusahaan yang terafiliasi dengan smelter itu, di luar smelter ada 8, total 14 usaha yang ditutup. Pekerja terkena PHK ada sebanyak 1.372 orang," kata Elius.
3. Tata kelola timah mesti dikembangkan dengan baik

Kalangan pelaku usaha menilai tata kelola timah harus dikembangkan dengan baik. Maka dari itu,harus ada tindakan nyata agar masalah tata niaga bisa lebih jelas dana man buat penambang.
"Penurunan kinerja ekspor selain dampak dari pengusutan tindak pidana korupsi timah juga diakibatkan sedikitnya RKAB (Rencana Kerja dan Biaya Anggaran) yang disetujui. Akibatnya realisasi RKAB tidak maksimal dan ekonomi Babel pun melambat. 80 persen ekspor babel berasal dari timah, sedangkan 60 persen ekonomi Babel digerakan oleh perdagangan timah," Ketua Harian Asosiasi Ekspor Timah Indonesia (AETI), Eka Mulya Putra.