Mal Dibuka, Alat Rumah Tangga hingga Alat Masak Paling Banyak Diburu

Jakarta, IDN Times - Mal di Jakarta telah dibuka kembali pada 15 Juni 2020. Meski belum ramai, namun masih ada masyarakat yang berburu kebutuhan sehari-hari.
Dewan Penasihat Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Handaka Santosa mengatakan, pihaknya terkejut lantaran banyak masyarakat berburu alat-alat rumah tangga hingga memasak.
"Sangat surprise (mal) dibuka tanggal 15 Juni banyak yang beli alat rumah tangga, memasak, sampai bedroom. Karena mungkin mereka di rumah 3 bulan tidak bisa belanja," ujar Handaka dalam acara "Ngobrol Seru: New Normal, Bisnis Ritel Pasca Pandemik COVID-19" bersama IDN Times, Kamis (18/6).
1. Penjualan melalui WhatsApp juga meningkat

Handaka juga tak memungkiri jika selama masa pandemik COVID-19, penjualan melalui online melonjak signifikan. Pihaknya mencatat, terjadi kenaikan 10 kali lipat.
Di sisi lain, pihak ritel tidak hanya mengandalkan penjualan melalui online, melainkan juga lewat aplikasi chat WhatsApp. Sayang, tidak dijelaskan rinci berapa kenaikannya.
"Sebetulnya tidak hanya online tetapi juga lewat WA. Orang foto minta ini, lalu barang dikirim," ucapnya.
2. Pendapatan pengusaha ritel tergerus hingga Rp0

Handaka menceritakan, pendapatan penjualan sebuah toko secara rata-rata di kondisi normal bisa mencapai Rp5 miliar. Dari jumlah tersebut, margin profit-nya adalah 25 persen atau Rp1,25 miliar.
Jumlah itu masih harus dikurangi untuk membayar gaji, pajak reklame hingga Pajak Bumi Bangunan (PBB).
"Kalau average 8 persen itu Rp400 juta. Kalau sales-nya tinggal 10 persen tinggal Rp500 juta. Profitnya itu kita hanya dapat uang di tangan Rp125 juta jadi untuk membayar sewa. Apalagi kalau toko hanya di Jakarta, tidak punya online. Bayangin pendapatannya zero," jelas Handaka.
3. Pemerintah segera beri insentif untuk sektor ritel

Masih di acara yang sama, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan, pihaknya bersama kementerian/lembaga lain sedang mengkaji usulan insentif yang akan diberikan bagi sektor industri ritel. Agus menilai hal ini penting, sebab konsumsi rumah tangga menyumbang PDB sebesar 56,7 persen dalam 5 tahun terakhir.
"Karena ritel terhadap perekonomian penting, terutama di sisi konsumsi. Kemendag siap lakukan langkah-langkah untuk menyejukan pelaku usaha," ujarnya.
Agus mengungkapkan, pemberian insentif yang tengah dikaji Kemendag bersama kementerian/lembaga lain seperti perpajakan dan program penundaan kredit.
"Sedang dibahas dan insentif lainnya. Mudah-mudahan dalam waktu dekat bisa direalisasikan," katanya.



















