Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Terjaga di Tengah Gejolak Global

- Ekonomi AS dan China melemah
- Kinerja ekonomi AS dan China menunjukkan pelemahan, dengan pasar tenaga kerja yang tertekan dan konsumsi domestik yang lemah di China.
- Ekonomi kawasan Eropa membaik
- Di kawasan Eropa, indikator perekonomian baik dari sisi demand maupun supply terpantau stagnan.
- Perekonomian Indonesia tunjukkan kinerja solid
- Pada kuartal III 2025, ekonomi Indonesia tumbuh 5,04 persen, PMI manufaktur tetap berada di zona ekspansif, namun perkembangan permintaan domestik masih memerlukan dukungan lebih lanjut.
Jakarta, IDN Times - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga meski kondisi global tengah mengalami tekanan karena sejumlah indikator perekonomian global menunjukkan adanya perlambatan aktivitas di berbagai kawasan.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menyampaikan International Monetary Fund (IMF) dalam World Economic Outlook edisi Oktober 2025 telah merevisi ke atas proyeksi pertumbuhan ekonomi global. Revisi tersebut seiring dengan tercapainya kesepakatan perdagangan dan kebijakan moneter global yang lebih akomodatif.
"Kami dapat sampaikan, Rapat Dewan Komisioner (RDK) yang dilaksanakan pada 29 Oktober 2025 menilai, stabilitas sektor jasa keuangan tetap terjaga," ujar Mahendra dalam Konferensi Pers RDK Bulanan (RDKB) Oktober 2025, Jumat (7/11/2025).
1. Ekonomi AS dan China melemah

Meski kondisi global diproyeksikan membaik, kinerja ekonomi dua negara adidaya Amerika Serikat (AS) dan China justru menunjukkan pelemahan. Di AS, perekonomian cenderung melemah dengan pasar tenaga kerja yang mulai tertekan.
"Pasar tenaga kerja mulai tertekan, berlanjutnya government shutdown, serta default beberapa perusahaan menjadi perhatian pasar. Di sisi lain, bank sentral AS, The Fed, dinilai akan lebih akomodatif dengan menurunkan suku bunga kebijakan," kata Mahendra.
Sementara di China, beberapa indikator utama dari permintaan tercatat tak sesuai ekspektasi pasar. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III melambat, disertai dengan konsumsi rumah tangga yang masih tertahan.
"Hal ini mengindikasikan lemahnya konsumsi domestik di ekonomi China. Penjualan ritel dan aktivitas di sektor properti juga mencatatkan perlambatan," ujar Mahendra.
2. Ekonomi kawasan Eropa membaik

Sementara itu, di kawasan Eropa, indikator perekonomian baik dari sisi demand maupun supply terpantau stagnan.
"Risiko kawasan juga mengalami peningkatan seiring dengan gejolak di pasar keuangan Perancis yang dipicu oleh instabilitas politik dan penurunan peringkat utang yang didorong pemburukan kondisi fiskal," ujar Mahendra.
3. Perekonomian Indonesia tunjukkan kinerja solid

Di dalam negeri, Mahendra menegaskan perekonomian Indonesia masih menunjukkan kinerja yang solid. Pada kuartal III 2025, ekonomi tumbuh sebesar 5,04 persen, dan Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur tetap berada di zona ekspansif.
Menurut Mahendra, perkembangan permintaan domestik perlu terus dicermati karena masih memerlukan dukungan lebih lanjut. Hal ini sejalan dengan moderasi inflasi inti, tingkat kepercayaan konsumen, serta penjualan ritel, semen, dan kendaraan bermotor.
"OJK berkomitmen mendukung optimalisasi peran Sektor Jasa Keuangan (SJK) dalam pertumbuhan ekonomi nasional, antara lain melalui perluasan akses pembiayaan," ujar Mahendra.
















