Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Mengapa Investasi Emas Aman dan Menguntungkan? Intip Alasannya

Emas fine gold global. (pexels.com/@michael-steinberg-95604)
Emas fine gold global. (pexels.com/@michael-steinberg-95604)
Intinya sih...
  • Permintaan emas meningkat signifikan di Indonesia dalam beberapa bulan terakhir, dengan penjualan logam mulia Antam naik 48 persen dibanding tahun sebelumnya.
  • Emas dikenal sebagai aset aman yang nilainya stabil atau meningkat saat inflasi atau ketidakpastian ekonomi, serta memiliki tingkat likuiditas tertinggi di dunia.

Dalam beberapa bulan terakhir, Indonesia mengalami lonjakan permintaan emas yang sangat signifikan. Fenomena ini terlihat dari antrian panjang di gerai-gerai penjual emas, platform daring yang kehabisan stok, hingga peningkatan pencarian kata kunci "beli emas".

Berdasarkan data PT Aneka Tambang Tbk (Antam), penjualan logam mulia mereka meningkat tajam pada kuartal I-2025. Menurut laporan resmi perusahaan, volume penjualan emas naik sebesar 48 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dan sejumlah kantor cabang melaporkan kehabisan stok emas batangan ukuran kecil, seperti 1 gram hingga 5 gram.

Fenomena ini tidak terlepas dari berbagai faktor global dan domestik. Secara global, harga emas mengalami kenaikan signifikan sejak awal 2024, menembus rekor tertinggi baru pada Maret 2025 di kisaran 2.300 dolar Amerika Serikat (AS) per troy ounce.

Ketidakpastian ekonomi global, terutama akibat tarif Trump, memanasnya konflik di Timur Tengah, ketegangan geopolitik antara China dan Amerika Serikat, serta kekhawatiran akan inflasi di berbagai negara maju, membuat emas kembali menjadi pilihan utama sebagai aset safe haven.

Investasi emas telah lama dikenal sebagai pilihan yang menguntungkan, terutama dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global. Pada 2025, kondisi ekonomi dunia menunjukkan pertumbuhan yang moderat, dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi global sekitar 3,1 persen hingga 3,3 persen menurut IMF dan OEC.

Lantas apa aja alasan penting Investasi emas aman dan menguntungkan bagi banyak orang? Mari simak ulasannya!

1. Lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi

Ilustrasi ekonomi negara dunia (Pixabay.com)
Ilustrasi ekonomi negara dunia (Pixabay.com)

Emas dikenal sebagai aset aman (safe haven) yang nilainya cenderung stabil atau meningkat saat terjadi inflasi atau ketidakpastian ekonomi. Ketika nilai mata uang atau saham menurun, harga emas sering kali tetap stabil atau bahkan naik, menjadikannya alat lindung nilai yang efektif.

"Emas adalah alat lindung nilai klasik terhadap inflasi. Ketika nilai uang turun, nilai emas justru cenderung naik," ujar ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Aviliani.

Menurutnya, permintaan emas akan terus meningkat selama tekanan inflasi belum mereda dan nilai tukar rupiah tidak stabil.

Sementar Warren Buffett sebagai bapak investor legendaris pernah berkata begini tentang emas:

“Emas sangat bisa diandalkan dalam situasi ekonomi yang tidak stabil, terutama ketika kepercayaan terhadap mata uang menurun.”

2. Likuiditas tinggi dan diterima secara global

ilustrasi emas batangan (unsplash.com/zlataky)
ilustrasi emas batangan (unsplash.com/zlataky)

Emas dikenal sebagai salah satu aset dengan tingkat likuiditas tertinggi di dunia. Artinya, emas dapat dengan mudah dikonversi menjadi uang tunai di hampir semua negara, kapan pun dan di mana pun. Keberadaan pasar emas yang luas, baik formal seperti bank, butik logam mulia, dan platform digital, maupun informal seperti toko emas dan pegadaian, menjadikan emas sangat mudah diperjualbelikan tanpa mengalami hambatan berarti. 

Daya tarik emas juga terletak pada penerimaan global yang tidak terpengaruh oleh batas wilayah atau kebijakan moneter suatu negara. Berbeda dengan mata uang yang nilainya bergantung pada kebijakan bank sentral masing-masing negara, emas memiliki nilai intrinsik yang diakui lintas negara.

Secara analitis, tingginya likuiditas dan penerimaan global emas memberikan keunggulan strategis bagi investor yang ingin melakukan diversifikasi aset. Hal ini juga menjadikan emas sebagai cadangan devisa utama oleh banyak bank sentral dunia, termasuk Bank Indonesia, yang secara bertahap meningkatkan kepemilikan emas sebagai bagian dari manajemen risiko cadangan negara. Dalam konteks globalisasi ekonomi yang rentan gejolak, emas tetap menjadi simbol kestabilan nilai yang disepakati bersama lintas bangsa dan waktu.

3. Diversifikasi portofolio

Ilustrasi portofolio investasi (pexels.com/@rdne)
Ilustrasi portofolio investasi (pexels.com/@rdne)

Emas merupakan salah satu instrumen investasi yang paling umum digunakan untuk diversifikasi portofolio. Diversifikasi bertujuan mengurangi risiko keseluruhan portofolio dengan menggabungkan aset-aset yang tidak berkorelasi langsung satu sama lain.

Emas memiliki karakteristik unik, stabil dalam jangka panjang dan cenderung menguat saat pasar saham atau obligasi melemah. Hal ini menjadikannya sebagai aset penyeimbang dalam kondisi ekonomi yang tidak menentu.

Secara analitis, emas sering menunjukkan korelasi negatif dengan aset berisiko tinggi. Dalam laporan World Gold Council, disebutkan bahwa alokasi emas sebesar 5–10 persen dalam portofolio dapat secara signifikan meningkatkan ketahanan terhadap volatilitas pasar.

Ekonom Bank Central Asia (BCA), David Sumual menyatakan, emas adalah aset protektif, bukan spekulatif.

"Fungsinya bukan untuk keuntungan cepat, tetapi menjaga nilai portofolio saat pasar goyah,” katanya.

Ini menjelaskan mengapa banyak investor institusional dan individu menyertakan emas sebagai bagian tetap dalam strategi jangka panjang.

Di Indonesia, tren ini semakin terlihat seiring meningkatnya kesadaran literasi finansial. Data Pegadaian menunjukkan peningkatan jumlah investor emas digital sebesar 68 persen sepanjang 2024.

Dengan makin mudahnya akses melalui platform online dan meningkatnya kekhawatiran terhadap inflasi serta fluktuasi rupiah, emas kini tak hanya dipandang sebagai logam mulia tradisional, tetapi juga sebagai komponen strategis dalam perencanaan keuangan modern.

4. Perlindungan nilai jangka panjang

Ilustrasi keamanan harta (pexels.com/@pixabay)
Ilustrasi keamanan harta (pexels.com/@pixabay)

Emas telah lama diakui sebagai aset yang mampu melindungi nilai kekayaan dalam jangka panjang, terutama di tengah fluktuasi ekonomi dan ketidakpastian pasar. Tidak seperti mata uang fiat yang rentan tergerus inflasi dan kebijakan moneter, emas memiliki nilai intrinsik yang relatif stabil sepanjang waktu. Sejak dulu, masyarakat memanfaatkan emas sebagai alat penyimpan kekayaan lintas generasi, karena sifatnya yang tidak mudah terdepresiasi.

Secara analitis, harga emas menunjukkan tren kenaikan dalam jangka panjang, meskipun sesekali mengalami koreksi jangka pendek. Dalam kurun 20 tahun terakhir, harga emas dunia naik lebih dari 400 persen, mencerminkan kekuatannya dalam mempertahankan daya beli terhadap inflasi dan krisis keuangan global.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan RI, Luky Alfirman menyebut, emas tetap menjadi aset yang relevan untuk melindungi kekayaan jangka panjang, khususnya di tengah tekanan geopolitik dan ekonomi global yang tidak menentu.

Menurut laporan Universal BPR, investasi emas menawarkan banyak keuntungan, mulai dari melindungi kekayaan dari inflasi hingga memberikan keamanan saat krisis. Selain itu, artikel dari Treasury menyebutkan, emas memiliki daya tahan luar biasa terhadap fluktuasi ekonomi, menjadikannya alat lindung nilai yang sangat efektif.

Dalam menghadapi tantangan ekonomi global pada 2025, investasi emas tetap menjadi pilihan yang bijak untuk melindungi dan meningkatkan kekayaan. Dengan kemampuannya sebagai lindung nilai terhadap inflasi, likuiditas tinggi, dan perannya dalam diversifikasi portofolio, emas menawarkan stabilitas dan keamanan bagi investor di tengah ketidakpastian ekonomi.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
Jujuk Ernawati
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us