Pakistan Akan Mencari Pinjaman Jangka Panjang dari IMF

Jakarta, IDN Times - Menteri Keuangan Pakistan, Muhammad Aurangzeb, mengumumkan rencana pertemuannya dengan para pejabat Dana Moneter Internasional (IMF) untuk membahas Fasilitas Dana Perpanjangan (EFF) di Washington bulan depan.
Hal ini merupakan upaya untuk membantu menstabilkan perekonomian negara yang sedang lesu tersebut, setelah berakhirnya paket dana talangan IMF sebesar 3 miliar dolar AS (sekitar Rp47,4 triliun) pada 11 April mendatang.
"Kami telah menyatakan minat kami yang kuat terhadap EFF dengan IMF, namun jumlahnya masih belum jelas," kata Aurangzeb, dikutip dari The Straits Times pada Jumat (22/3/2024).
1. IMF akan cairkan tahap akhir pinjaman Pakistan sebesar Rp17,3 triliun
Negara tersebut juga akan menerima pencairan tahap akhir sebesar 1,1 miliar dolar AS (Rp17,3 triliun) dalam waktu dekat dari IMF. Aurangzeb tidak merinci jumlah yang akan diminta Islamabad untuk pinjaman barunya, namun para pejabat sebelumnya mengatakan Pakistan ingin mendapatkan hingga 8 miliar dolar AS (Rp126,5 triliun) dari IMF selam tiga tahun.
Dia juga menuturkan, bahwa saat ini tingkat inflasi telah turun menjadi 23 persen dan akan berusaha menurunkannya lagi. Ini untuk memberikan bantuan kepada warga yang kesulitan membayar tagihan listrik dan gas.
2. Pakistan akan memanfaatkan hubungan dengan China dalam menstabilkan ekonominya

Islamabad akan mencari obligasi di pasar internasional, guna membantu menstabilkan perekonomiannya. Upaya yang sedang dilakukan adalah dengan panda bonds atau obligasi panda.
Menteri keuangan negara tersebut mengatakan bahwa pihaknya tertarik memanfaatkan hubungan Pakistan-China, di mana sebelumnya juga menyatakan niatnya untuk memanfaatkan pasar obligasi China.
Tahun ini, Pakistan berencana menjual panda bonds senilai 300 juta AS (Rp4,7 triliun).
3. Pakistan hadapi krisis terburuk sejak 2023

Sementara itu, IMF mengatakan bahwa pihaknya akan mendukung perumusan program ekonomi baru untuk Pakistan jika diminta. Pada Juni 2023, pemberi pinjaman global tersebut menyetujui paket pinjaman satu tahun senilai 3 milar dolar AS ke Islamabad.
Untuk mendapatkannya, negara tersebut harus menyetujui persyaratan dana talangan, yakni dengan merevisi anggarannya, dan menaikkan suku bunga, pajak, serta harga listrik dan gas.
Pakistan yang kekurangan uang telah menghadapi salah satu krisis ekonomi terburuk sejak tahun lalu. Saat itu, inflasi mingguan melampaui 40 persen di tengah kekhawatiran Negara Asia Selatan itu akan gagal membayar utang luar negerinya, dilansir Associated Press.