Peluang Baru bagi Indonesia Usai Perang Dagang AS–China Mereda

- Normalisasi hubungan dagang AS-China membuka peluang ekspor Indonesia ke pasar internasional.
- Sektor manufaktur menjadi salah satu yang paling diuntungkan dengan pelonggaran hambatan dagang antara AS dan China.
- Tantangan tetap ada karena normalisasi hubungan dagang bisa menggerus pangsa pasar ekspor Indonesia kembali ke China.
Jakarta, IDN Times - Meredanya ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China, setelah kedua negara sepakat menunda pengenaan tarif resiprokal selama 90 hari, diperkirakan akan membuka peluang baru bagi Indonesia untuk memperluas pasar ekspor dan memperkuat posisinya dalam rantai pasok global.
"Indonesia perlu memanfaatkan peluang dari penurunan ketegangan dagang ini untuk memperluas pasar ekspor, dan memperkuat posisi tawar dalam rantai pasok global," ujar Ekonom Universitas Andalas Syafruddin Karimi, Selasa (13/5/2025).
1. Sektor manufaktur paling diuntungkan dari meredanya ketegangan AS-China

Meredanya tekanan harga akibat gangguan pasokan dan tarif perdagangan membuka peluang baru bagi dunia usaha Indonesia, untuk menembus pasar internasional dengan lebih kompetitif, terutama bagi pelaku industri.
"Sektor manufaktur menjadi salah satu yang paling diuntungkan. Dengan pelonggaran hambatan dagang antara negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan China, peluang ekspor produk Indonesia ke kedua negara semakin terbuka," tegasnya.
Terlebih lagi, baik AS maupun China saat ini diperkirakan tengah mencari mitra dagang baru untuk menggantikan produk yang sebelumnya terdampak tarif tinggi selama masa ketegangan dagang
2. Waspada munculnya ancaman trade diversion

Namun demikian, tantangan tetap membayangi. Normalisasi hubungan dagang AS-China memicu terjadinya trade diversion, yakni alih arus perdagangan yang sebelumnya menguntungkan Indonesia kembali ke China. Hal ini dapat menggerus pangsa pasar ekspor Indonesia yang sempat tumbuh selama masa perang dagang.
"Dengan normalisasi hubungan dagang AS-China, beberapa peluang ekspor yang selama ini mengalir ke Indonesia akibat disrupsi tarif bisa kembali direbut oleh China," jelasnya.
3. Perlu perkuat strategi negosiasi dagang bilateral

Oleh karena itu, pemerintah diharapkan sigap dalam merespons dinamika ini melalui strategi negosiasi dagang bilateral, peningkatan efisiensi industri, serta penguatan daya saing produk lokal.
"Oleh karena itu, strategi negosiasi bilateral dan peningkatan daya saing domestik menjadi sangat penting untuk menjaga momentum perdagangan nasional," ucapnya.