Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Pelunasan Bukan Alternatif Danantara Atasi Utang Kereta Cepat Whoosh

IDN Times - Dony OskariaHYP05654.jpg
COO Danantara, Dony Oskaria saat menjadi pembicara di IDN Academy (IDN/Herka Yanis)

Jakarta, IDN Times - Chief Operating Officer Daya Anagata Nusantara (COO Danantara), Dony Oskaria, membantah pihaknya bakal melunasi seluruh utang proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh.

Menurut Dony, Danantara hanya akan mencarikan beberapa alternatif demi menyelesaikan permasalahan utang Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang cukup besar. Adapun pelunasan seluruh utang bukan menjadi bagian dari sederet alternatif yang disiapkan Danantara.

"Oh iya bukan pelunasan. Tetapi kan kami mengkaji, bahwa kereta cepat ini harus diselesaikan problema utangnya. Ada beberapa alternatif. Nanti akan kami sampaikan alternatifnya, tetapi bukan pelunasan," ujar Dony kepada IDN Times saat ditemui usai menjadi pembicara dalam IDN Academy di IDN HQ, Jakarta, Rabu (13/8/2025).

1. Danantara tidak mau kinerja KAI terdampak utang Whoosh

Ilustrasi kereta Whoosh (IDN Times/Dhiya Awlia Azzahra)
Ilustrasi kereta Whoosh (IDN Times/Dhiya Awlia Azzahra)

Kereta cepat dioperasikan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Adapun KCIC merupakan perusahaan patungan antara konsorsium Indonesia dengan konsorsium China.

Konsorsium Indonesia adalah PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), dengan kepemilikan saham 60 persen. Adapun konsorsium China, Beijing Yawan HSR Co. Ltd mengantongi saham KCIC 40 persen.

PSBI terdiri dari empat BUMN, yakni PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI, PT Wijaya Karya (Persero) tbk atau WIKA, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, dan PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) atau PTPN VIII.

KAI adalah pemegang saham mayoritas di PSBI, yakni 51,37 persen. Dony mengatakan, Danantara mencari solusi atas utang proyek kereta cepat agar tak mempengaruhi kinerja KAI.

"Tetapi kami ingin penyelesaian kali ini komprehensif dan tidak mengganggu kinerja Kereta Api Indonesia ke depan," ujar Dony.

2. Masuk dalam 22 program yang bakal diselesaikan Danantara tahun ini

ilustrasi logo baru kereta cepat, Whoosh! (IDN Times/Trio Hamdani)
ilustrasi logo baru kereta cepat, Whoosh! (IDN Times/Trio Hamdani)

Adapun restrukturisasi utang kereta cepat masuk dalam 22 program yang akan diselesaikan Danantara dalam lima bulan ke depan.

"Solusinya masih ada beberapa alternatif yang akan kami tawar, sampaikan kepada pemerintah mengenai penyelesaian daripada kereta cepat ini," ujar Dony.

3. Anggaran proyek Whoosh bengkak Rp18,76 triliun

Kereta Cepat Whoosh (Dok. KCIC)
Kereta Cepat Whoosh (Dok. KCIC)

Proyek kereta cepat mengalami pembengkakan biaya alias cost overrun pada proses pembangunannya. Cost overrun itu telah disepakati sebesar 1,2 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp18,76 triliun.

Untuk menutupinya, perusahaan-perusahaan di balik mega proyek Indonesia dan China harus mengajukan pinjaman, suntikan modal negara, hingga suntikan modal dari konsorsium China. Adapun suntikan modal dari Beijing Yawan HSR Co. Ltd sekitar Rp8,4 triliun.

Proyek Kereta Cepat telah dibangun sejak 21 Januari 2016. Awalnya, kebutuhan biaya proyek tersebut diperkirakan hanya 6,07 miliar dolar AS atau setara Rp86,67 trililiun. Namun, pada akhirnya ditetapkan biaya proyek bertambah lagi sebesar Rp18,76 triliun.

Penyebab utama biaya proyek bengkak adalah pembebasan lahan, karena harga tanah yang perlu dibebaskan naik. Kedua, situasi-situasi yang tidak terduga seperti kondisi geologi di tunnel 2 yang berada di area clay shale. Kondisi itu membuat pembangunan sempat terhambat dan akhirnya berdampak pada penambahan biaya.

Berdasarkan jurnal Politeknik Negeri Bandung, clay shale merupakan jenis tanah ekspansif yang akan mengalami pengembangan atau peningkatan volume apabila berkontaksi dengan air. Ketiga, pandemik COVID-19 yang melanda Indonesia pada 2020 menyebabkan pembengkakan biaya dari penerapan protokol kesehatan, proses karantina, dan juga tes COVID-19.

Lalu, proyek KCJB juga menggunakan teknologi GSM-R untuk persinyalan kereta api cepat. Teknologi itu digunakan sebagai teknologi transmisi data (train control data) mengadopsi teknologi yang dipakai di China Railway. Di China, penggunaan frekuensi GSM-R tidak tidak membutuhkan biaya.

Kelima, pembengkakan biaya proyek KCJB juga disebabkan kebutuhan investasi untuk instalasi listrik. Keenam, ada beberapa pekerjaan lainnya yang menyebabkan kebutuhan biaya untuk proyek tersebut melonjak.

Untuk memastikan proyek Kereta Cepat bisa kembali dilanjutkan, pemerintah melalui APBN menyuntikkan penyertaan modal negara (PMN) kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI selaku ketua konsorsium BUMN di proyek tersebut. PMN yang disetujui sebesar Rp3,2 triliun.

Penyuntikan PMN itu diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2022 tentang Penambahan PMN Indonesia ke Dalam Modal Saham PT KAI pada 31 Desember 2022.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Satria Permana
EditorSatria Permana
Follow Us