Pemerintah Dorong Hilirisasi Tempe, dari Ekonomi Mikro Menuju Ekspor Dunia

- Tempe adalah warisan budaya Indonesia untuk dunia
- Tempe menjadi pilihan ideal untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG)
- Lebih dari 150.000 UMKM di Indonesia bergerak dalam pengolahan tempe dan turunannya
Bogor, IDN Times - Indonesia menargetkan tempe sebagai makanan global dengan pasar yang luas. Langkah ini menjadi bagian dari strategi budaya dan ekonomi yang saling menguatkan.
“Indonesia bertekad untuk menjadikan tempe makanan global dengan pasar yang luas. Tempe adalah warisan budaya Indonesia untuk dunia,” ujar Staf Ahli Kemen PPN/Bappenas Pungkas Bahjuri Ali dalam sambutan dalam Rembug Budaya Tempe di Bogor, Sabtu (14/6/2025).
Forum Tempe Indonesia (FTI) mencatat ada hampir 170.000 perajin tempe di Indonesia, yang menjadi bukti kuat potensi ekspor dan pertumbuhan industri tempe nasional.
Upaya hilirisasi dan perluasan produksi juga menjadi fokus utama.
Dengan memperkuat kualitas produksi dan memperluas distribusi ke luar Jawa, tempe diharapkan menjadi motor pertumbuhan ekonomi lokal yang merata.
“Tempe cukup besar di Jawa, tapi kalau bisa ada di wilayah lain, nanti akan jadi besar. Pertumbuhan ekonomi dari tempe bisa melalui pemerataan,” tambah Pungkas.
1. Strategi pangan lokal untuk tumbuhkan ekonomi dan gizi anak bangsa lewat MBG

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digalakkan pemerintah menjadikan tempe sebagai salah satu pilar gizi utama dalam menu harian siswa sekolah.
“Tempe menjadi pilihan ideal untuk program MBG karena kandungan proteinnya mendukung pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak-anak,” jelas Pungkas Bahjuri Ali.
Tempe, sebagai makanan lokal, juga berperan dalam menjaga ketahanan pangan nasional dan melindungi masyarakat dari pengaruh makanan olahan barat.
“MBG memberikan kembali makanan lokal, supaya tidak terpengaruh makanan barat,” tegasnya.
Diperkirakan, implementasi MBG akan berkontribusi 1 persen terhadap target pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 8 persen, sekaligus menciptakan peluang pasar baru bagi UMKM pangan lokal.
2. Kekuatan mikro untuk ekonomi makro Indonesia

Lebih dari 150.000 UMKM di Indonesia bergerak dalam pengolahan tempe dan turunannya. Tempe bukan hanya makanan rakyat, tapi juga penggerak utama ekonomi mikro nasional.
“Tempe itu penggerak utama ekonomi Indonesia. Lebih dari 99 persen pelakunya adalah usaha mikro,” kata Deputi Bidang Usaha Mikro KemenKopUKM, Mohamad Riza Adha Damanik.
Selain potensi ekonomi, tempe juga menyatukan identitas kuliner nasional.
“Saya sempat ke Belanda dan Jepang. Tempe jadi pemersatu lidah kita. Tempe jadi perekat ekonomi kita, budaya kita,” lanjut Riza.
Tantangan utama yang dihadapi UMKM tempe adalah ketersediaan bahan baku yang masih 76 persen impor. Oleh karena itu, diversifikasi bahan seperti kacang koro dan kacang hijau menjadi strategi penting.
3. Hilirisasi tempe dan dukungan skema pembiayaan
Pemerintah mendorong hilirisasi tempe dengan melibatkan lebih banyak UMKM sebagai bagian dari rantai pasok dalam Program MBG. Saat ini tercatat 244 supplier tempe terlibat, dengan potensi perluasan lebih lanjut.
“Disertifikasi dan hilirisasi adalah pemikiran jauh-jauh hari yang sudah dipikirkan. Ini upaya memanfaatkan sumber bahan baku lokal yang diolah menjadi beragam makanan,” ujar Mohamad Riza.
Aspek higienitas dan keberagaman olahan juga menjadi perhatian. Untuk mendukung ini, dibutuhkan skema pembiayaan khusus bagi UMKM tempe agar bisa terus tumbuh dan berinovasi.
“Dibutuhkan skema pembiayaan untuk memperkuat produksi dan inovasi UMKM tempe,” kata dia.