Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Penggunaan EV Diadopsi Penuh, Subsidi Energi Bisa Hemat Rp4.984 T

Ilustrasi Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). (dok. PLN)
Intinya sih...
  • Adopsi kendaraan listrik bisa hemat subsidi energi hingga Rp4.984 triliun pada 2060.
  • Kendaraan roda dua dan tiga diproyeksikan mencapai adopsi penuh pada 2040, sedangkan roda empat, bus, dan truk pada 2045.

Jakarta, IDN Times - International Council on Clean Transportation (ICCT) menyatakan, Indonesia berpotensi menghemat anggaran subsidi energi hingga Rp4.984 triliun pada 2060 apabila adopsi kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) dapat dipercepat secara menyeluruh.

Temuan tersebut termuat dalam laporan terbaru ICCT yang berjudul "Roadmap to Zero: The Pace of Indonesia’s Electric Vehicle Transition."

1. Dua skenario pertumbuhan EV di Indonesia

Ilustrasi stasiun pengisian daya motor listrik di area perkotaan (polytron.co.id)

Managing Director ICCT, Ray Minjares menyampaikan, laporan tersebut menyajikan dua skenario pertumbuhan EV guna mendorong Indonesia mencapai target net zero emissions pada 2060.

Laporan tersebut menyatakan, kendaraan roda dua dan tiga diproyeksikan mencapai adopsi penuh atau 100 persen pada 2040. Sementara itu, kendaraan roda empat, bus, dan, truk baik sedang maupun berat diperkirakan mencapai 100 persen adopsi pada 2045.

"Dalam skenario net zero, pengurangan konsumsi bahan bakar cair kumulatif hingga 2060 diperkirakan mencapai 5,1 hingga 6,7 miliar barel setara minyak, yang berarti subsidi energi dapat dihemat antara Rp3.960 triliun hingga Rp4.984 triliun," kata Ray dalam laporan ICCT dikutip Minggu (16/2/2025).

2. Skenario best practice

Ilustrasi Mobil listrik sedang diparkir di SPKLU (esdm.jatengprov.go.id)

Laporan tersebut juga menunjukkan proyeksi yang lebih optimis, yaitu best practice. Kendaraan roda dua dan tiga dengan skenario best practice dapat mencapai adopsi 100 persen pada 2037.

Sementara itu, kendaraan roda empat, bus, dan truk diperkirakan mencapai target 100 persen pada 2040.

"Kedua skenario tersebut dipandang memiliki manfaat besar bagi kondisi iklim serta perekonomian Indonesia," kata Ray.

3. Keuntungan selain ekonomi dari peralihan ke EV

Ilustrasi emisi CO2 (pexels.com/Антон Хаткевич)

Selain keuntungan ekonomi, peralihan dari kendaraan berbahan bakar fosil ke EV diharapkan mampu mengurangi emisi karbondioksida (CO₂) sebesar 2,4 hingga 3,1 gigaton.

Ray menekankan, sektor transportasi di Indonesia menyumbang sekitar 22 persen dari total emisi energi.

"Dampak polusi dari pembakaran bahan bakar fosil ini tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga menimbulkan 4.500 kematian dini setiap tahunnya—belum termasuk kasus asma, hilangnya hari kerja, dan dampak sosial lainnya," ujar dia.

Temuan dalam laporan ICCT pun diharapkan dapat mendorong kebijakan pemerintah untuk mempercepat transisi ke kendaraan listrik.

"Langkah ini tidak hanya akan mengurangi beban subsidi energi dan ketergantungan pada bahan bakar fosil, tetapi juga meningkatkan kualitas udara dan kesehatan masyarakat, sekaligus mendukung pencapaian target Net Zero Emissions pada tahun 2060," tutur Ray.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ridwan Aji Pitoko
EditorRidwan Aji Pitoko
Follow Us