Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

PMI Manufaktur Indonesia Kontraksi 5 Bulan

Unsplash
Intinya sih...
  • PMI manufaktur RI masih di bawah level 50 pada November 2024, naik tipis dari bulan sebelumnya.
  • Faktor utama peningkatan PMI adalah ekspansi produksi untuk pertama kalinya setelah kontraksi sejak Juli 2024.

Jakarta, IDN Times - Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia masih terkontraksi di level 49,6 pada November 2024, meskipun indeks aktivitas manufaktur tersebut mengalami peningkatan tipis dari bulan sebelumnya 49,2.

Berdasarkan laporan terbaru S&P Global, Senin (2/12/2024), meski mengalami kenaikan, PMI manufaktur Indonesia menunjukkan penurunan marginal dan sedikit lebih lambat dalam 5 bulan terakhir.

1. Faktor penyebab PMI manufaktur naik tipis

Ilustrasi Ekspor (Dok. IDN Times)

Economics Director S&P Global Market Intelligence Paul Smith mengatakan, faktor utama peningkatan PMI pada November adalah ekspansi produksi untuk pertama kalinya setelah kontraksi sejak Juli 2024.

Pertumbuhan ini terjadi meskipun pesanan baru mengalami penurunan, perusahaan mencatat permintaan barang masih lemah. Di sisi lain, aktivitas pasar yang sepi, ditandai dengan daya beli masyarakat yang lemah.

"Pesanan ekspor baru juga menurun selama sembilan bulan berturut-turut, dengan tingkat kontraksi yang lebih tajam. Dengan output meningkat, namun pesanan baru turun,
produksi berlebih dimanfaatkan untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum terselesaikan dan membangun inventaris gudang," tuturnya dalam laporan tersebut. 

2. Perusahaan berhati-hati dalam melakukan PHK

ilustrasi pemecatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Di sisi lain, perusahaan tetap berhati-hati dalam mempertimbangkan jumlah tenaga kerja, memilih untuk tidak mengganti karyawan yang keluar atau dalam beberapa kasus, melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). 

"Dengan begitu, permintaan adalah kunci bagi kinerja sektor pada masa depan. Tanpa adanya peningkatan penjualan, meskipun industri optimistis, performa sektor ini kemungkinan akan tetap tertekan dalam waktu mendatang," ucapnya. 

Output yang meningkat di saat pesanan baru turun, maka produksi yang berlebih akan dimanfaatkan untuk menyelesaikan pekerjaan yang belum terselesaikan dan membangun inventaris gudang.

“Tumpukan pekerjaan telah menurun selama 6 bulan berturut-turut, meskipun hanya sedikit pada November,” ujarnya.

3. Penguatan dolar AS bisa tingkatkan harga barang impor

Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS (ANTARA FOTO/ Sigid Kurniawan)

Di sisi lain, stok barang di gudang meningkat lebih cepat, dengan pertumbuhan di tingkat  sedang. Ini membantu perusahaan bersiap menghadapi kebutuhan produksi yang lebih tinggi pada bulan-bulan mendatang.

Paul menegaskan prospek terhadap kinerja industri memang menguat, mencapai level tertinggi sejak Februari 2024. Namun di sisi lain, perusahaan optimistis permintaan dan penjualan akan meningkat dalam setahun ke depan sehingga akan mendukung sisi diharapkan mendukung produksi.

Kendati begitu, masih ada catatan negatif berupa penurunan volume tenaga kerja selama dua bulan berturut-turut. Meskipun dalam level sedang, tapi tingkat kontraksi merupakan yang paling tajam dalam waktu lebih dari 3 tahun.

"Faktor (fluktuasi) nilai tukar juga berperan meningkatkan harga barang impor dan perusahaan berupaya meneruskan kenaikan biaya input kepada klien dengan menaikkan harga output dari pabrik. Sedangkan laju inflasi masih berada di tingkat sedang," ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triyan Pangastuti
EditorTriyan Pangastuti
Follow Us