Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Produk Lilin Aromaterapi UMKM Bogor Go Global, Omzet Tembus Rp700 Juta

Lilin aromaterapi produksi UMKM Candle. (IDN Times/Triyan P)
Lilin aromaterapi produksi UMKM Candle. (IDN Times/Triyan P)
Intinya sih...
  • Yulianah, pemilik Jakarta Candle, memulai bisnis lilin aromaterapi dengan modal awal Rp5 juta dan berhasil menembus pasar internasional.
  • Berkat inovasi menggunakan bahan baku asli Indonesia, Jakarta Candle berhasil mengekspor hingga 500 lilin per tahun ke berbagai negara dengan omzet mencapai Rp700 juta.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Produk lilin aromaterapi dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) asal Bogor, Jakarta Candle berhasil tembus pasar Internasional.

Pemilik Jakarta Candle, Yulianah menceritakan awal mula membuka bisnis lilin ini karena pengalamannya yang pernah bekerja di perusahaan lilin. Alhasil, ia dan suami memberanikan diri membuat usaha lilin aromaterapi dengan memanfaatkan rempah yang ada, seperti kayu manis.

Bisnis lilin aromaterapi ini pun dirintis sejak 2011 dengan modal awal Rp5 juta dan terus berkembang hingga kini. Meski demikian, ia tak menampik bahwa dua tahun pertama menjalankan bisnis menjadi fase terberat.

"Bermodalkan Rp5 juta dengan kapasitas produksi sekitar 50 hingga 100 lilin hias, dan hingga kini bisnis terus berkembang," kata Yulianah saat ditemui IDN Times beberapa waktu lalu.

1. Jakarta Candle mulai ikuti program CPNE di 2018

Pemilik Jakarta Candle, Yulianah. (IDN Times/Triyan)
Pemilik Jakarta Candle, Yulianah. (IDN Times/Triyan)

Yulianah mengikuti Program Khusus Rintisan Eksportir Baru (Coaching Program for New Exporters (CPNE) dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) pada 2018.

Program CPNE adalah serangkaian program pelatihan eksklusif yang diberikan kepada UKM yang ingin memulai operasi ekspor. Selama satu tahun, peserta dilatih dan dilengkapi dengan pengetahuan tentang sektor ekspor, berpusat di sekitar dan disesuaikan dengan aspek pemasaran dari produk masing-masing.

CPNE memungkinkan UKM meningkatkan kualitas produk mereka, sehingga nilai dan daya jual mereka di pasar global dapat meningkat.

"Pada 2018 banyak difasilitasi LPEI. Dari sana, banyak yang menghubungi kita. Lalu kita dapat spot di expo produk UMKM. Kami mendapat pembekalan khususnya di bidang marketing dari LPEI. Ada materi pemasaran digital misalnya, sehingga kami bisa memasarkan produk di e-commerce," tutur Yulianah.

LPEI juga menyediakan layanan bimbingan dan konsultasi untuk UKM, termasuk UKM pendukung ekspor, dalam rangka meningkatkan kemampuan teknis dan kapasitas produksi untuk eksportir langsung dan tidak langsung. 

2. Bahan dasar lilin dari berbagai rempah

Pemilik Jakarta Candle, Yulianah. (IDN Times/Triyan)
Pemilik Jakarta Candle, Yulianah. (IDN Times/Triyan)

Berkat pendampingan dan terus berinovasi, kini bisnisnya terus berkembang dengan produk unggulannya adalah lilin organik berbahan dasar limbah sawit hingga sarang lebah.

"Kita mulai pakai lilin yang berdasarkan, di Indonesia banyak apa sih? Cinnamon, jadi kita pakai cinnamon, kita pakai kayu manis. Lalu kita pakai bahan-bahan organik, dari sawit, lalu kita juga ada beeswax dari sarang-sarang lebah," ujarnya.

Berbagai inovasinya pun kian dilirik oleh pasar internasional, dari semula produksinya hanya 50-100 lilin, kini usahanya yang dirintis selama 13 tahun itu berhasil mengekspor hingga 500 lilin atau 20 persen dari total produksi. Produk yang paling banyak diekspor adalah produk lilin beeswax.

3. Raih omzet hingga Rp700 juta setahun

ilustrasi uang (IDN Times/Mardya Shakti)
ilustrasi uang (IDN Times/Mardya Shakti)

Dalam perjalanannya, Jakarta Candle telah berhasil mengirim produknya hingga ke Singapura, Australia, dan beberapa negara Eropa, bahkan omzet yang bisa didapatkannya tembus Rp700 juta dalam setahun.

Keunikan dari produk Jakarta Candle, yakni menggunakan bahan baku asli Indonesia dengan aroma khas rempah. Harga produknya pun bervariasi mulai dari Rp26 ribu hingga Rp300 ribu. Pembeli juga dapat memesan produk sesuai dengan keinginan (custom).

"Sekarang Singapura dan Australia. Beberapa klien itu wedding decor dan EO kadang event nggak cuma di Indonesia, tapi di luar negeri," ucapnya. 

Tak lupa, Yulianah pun berterima kasih kepada LPEI yang bersedia memberikan pendampingan kepadanya. Walaupun ia tidak memperoleh bantuan pendanaan karena murni menggunakan modalnya sendiri, tapi ia mendapat program pelatihan hingga pendampingan untuk bisa ekspor dan diajari program digital marketing.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triyan Pangastuti
EditorTriyan Pangastuti
Follow Us

Latest in Business

See More

7 Perbedaan Emas Putih dan Kuning, Mana yang Lebih Mahal?

27 Sep 2025, 12:09 WIBBusiness