Produsen Baja China Alihkan Ekspor ke Arab Saudi di Tengah Pembatasan

- Lonjakan ekspor baja China ke Arab Saudi pada 2025: Pengiriman baja China ke Arab Saudi selama sembilan bulan pertama tahun ini naik tajam hingga 41 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
- Strategi ekspor baru menghadapi pembatasan perdagangan global: Data dari Chinese General Administration of Customs menunjukkan total ekspor baja China melonjak hingga 17,14 persen pada periode Januari-September 2025, mencapai 98,7 juta ton.
Jakarta, IDN Times - Produsen baja China mengalihkan fokus ekspor mereka ke Arab Saudi setelah menghadapi pembatasan perdagangan di berbagai negara. Pengiriman baja ke Arab Saudi mengalami lonjakan signifikan sebesar 41 persen, dalam sembilan bulan pertama 2025 dibandingkan tahun sebelumnya.
Fenomena ini terjadi karena permintaan baja di Asia Tenggara melambat akibat proteksionisme, sementara pasar Timur Tengah, terutama Arab Saudi menunjukkan pertumbuhan kuat. Kondisi ini mendorong produsen baja China untuk mencari peluang ekspor baru di wilayah yang lebih menguntungkan.
1. Lonjakan ekspor baja China ke Arab Saudi pada 2025

Pengiriman baja China ke Arab Saudi selama sembilan bulan pertama tahun ini naik tajam hingga 41 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Itu merupakan kenaikan terbesar dibandingkan dengan pasar utama lainnya.
Penguatan permintaan di Arab Saudi berbanding terbalik dengan penurunan ekspor ke negara-negara, seperti Vietnam dan Korea Selatan, yang memberlakukan pembatasan impor baja dari China. Produsen baja China memanfaatkan peluang di Arab Saudi dengan meningkatkan volume pengiriman produk baja ke negara tersebut.
"Kami memprediksi ekspor baja sebesar 10 juta ton pada 2025, dengan Arab Saudi sebagai salah satu tujuan utama," kata perwakilan perusahaan Baoshan Iron & Steel, dilansir Yahoo Finance.
2. Strategi ekspor baru menghadapi pembatasan perdagangan global

Data dari Chinese General Administration of Customs menunjukkan total ekspor baja China melonjak hingga 17,14 persen pada periode Januari-September 2025, mencapai 98,7 juta ton. Kenaikan didorong oleh ekspor baja setengah jadi yang mengalami peningkatan signifikan karena produk ini menghadapi tarif dan pembatasan yang lebih ringan.
Langkah strategis ini memperlihatkan produsen China mengalihkan fokus dari produk baja jadi menuju baja setengah jadi, yang mudah ditransfer ke pasar seperti Arab Saudi dan Asia Tenggara.
Selain itu, proteksionisme di Amerika Serikat yang meningkatkan tarif impor baja dan aluminium hingga 50 persen pada Juni 2025 menjadi salah satu hambatan utama bagi produsen China. Tarif ini meluas ke rantai pasok di Asia Tenggara dan mendorong reorientasi pasar ekspor baja China ke Timur Tengah.
3. Peluang dan tantangan pasar baja di Asia Tenggara dan Timur Tengah

Data perdagangan global mengungkap, ekspor baja China ke Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand juga menunjukkan pertumbuhan, meski lambat karena adanya pembatasan impor dan tarif anti-dumping, salah satunya diberlakukan Malaysia pada Juli 2025.
Di sisi lain, Arab Saudi menghadapi pertumbuhan ekonomi yang mendorong sektor konstruksi dan industri, menjadi pasar permintaan baja baru yang potensial. Perubahan pola ekspor ini menunjukkan produsen baja China menyesuaikan diri dengan perubahan geopolitik dan kebijakan perdagangan global, dengan memanfaatkan pasar yang lebih menguntungkan dan kurang terpengaruh pembatasan.


















