Respons Tarif Trump, Indonesia Perlu Buka Pasar Baru

- Indonesia perlu respons diplomasi dagang yang cerdas terhadap kebijakan tarif AS
- Diversifikasi pasar ke Eropa, Afrika, Timur Tengah, dan negara BRICS untuk mengantisipasi dampak tarif Trump
- Potensi dampak terhadap industri padat karya, aliran modal keluar, dan tekanan terhadap nilai tukar rupiah harus diantisipasi
Jakarta, IDN Times - Anggota Komisi VI DPR RI Fraksi PKS, Muhammad Kholid, berharap Indonesia merespons kebijakan tarif baru Presiden AS, Donald Trump, dengan strategi diplomasi dagang yang cerdas dan terukur.
Kholid mengingatkan, Indonesia tak boleh terjebak dalam retaliasi perdagangan yang justru bisa merugikan perekonomian nasional.
Dia mendorong pemerintah untuk mengutamakan diplomasi dagang, baik secara bilateral maupun multilateral bersama negara-negara lain yang terdampak kebijakan tarif Trump.
"Indonesia harus menegosiasikan kembali skema Generalized System of Preferences (GSP) dan berbagai hambatan non-tarif agar tetap bisa mengakses pasar Amerika Serikat," kata dia, dikutip Minggu (6/4/2025).
1. Perlu membuka pasar ke BRICS

Di sisi lain, Kholid mengatakan, Indonesia perlu menyiapkan diversifikasi pasar ke kawasan seperti Eropa, Afrika, Timur Tengah, dan negara-negara yang tergabung dalam kelompok BRICS.
Menurut dia, rantai pasok, perdagangan dan investasi global akan berubah imbas diterapkannya tarif Trump.
"Kita perlu segera menyiapkan diversifikasi ekspor ke kawasan seperti Eropa, Afrika, Timur Tengah, dan negara-negara BRICS, karena lanskap rantai pasokan, perdagangan, dan investasi global akan berubah pasca kebijakan tarif Trump," ujar Kholid.
2. Tarif Trump bisa berdampak ke industri padat karya

Kholid menyoroti dampak kebijakan tarif Trump terhadap industri padat karya di Indonesia. Dia menuturkan, Amerika Serikat merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia.
Adapun, surplus perdagangan Indonesia terhadap AS mencapai USD 16,8 miliar, kebijakan ini bisa memukul industri yang bergantung pada pasar AS.
"Ekspor Indonesia ke Amerika Serikat mencakup tekstil, garmen, mebel, elektronik, dan machinery tools terkait otomotif. Kita perlu menyiapkan skema fiskal untuk melindungi industri padat karya yang terdampak langsung, serta mengantisipasi risiko lay off atau PHK massal," ujar Kholid.
3. Bakal memicu aliran modal keluar

Selain dampak langsung, Kholid juga mengingatkan perang dagang ini bisa memicu aliran modal keluar (capital outflow) dan tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
Makanya, dia mengingatkan agar pemerintah menyiapkan langkah mitigasi di sektor keuangan. Ia juga mendorong pemerintah segera menyusun strategi mitigasi yang komprehensif agar ekonomi nasional tetap stabil di tengah ketidakpastian global.
"Transmisi dampak perang dagang tidak hanya terjadi melalui jalur perdagangan, tetapi juga melalui pasar keuangan. Potensi keluarnya modal asing harus diantisipasi agar tidak memperburuk tekanan terhadap rupiah," kata dia.