Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

RI Mau Hasil Konkret dan Pragmatis dalam Negosiasi Tarif Trump

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam pembukaan The UN Tourism Commission for East Asia and the Pasific/Commision for South Asia Joint Commission Meeting, di Jakarta, Selasa (15/4/2025). (IDN Times/Marcheilla Ariesta)
Intinya sih...
  • Pemerintah Indonesia mendorong pembahasan kerja sama ekonomi dengan AS, termasuk penurunan tarif impor dan penguatan kemitraan dagang.
  • Delegasi Indonesia bertemu dengan USTR dan Treasury Secretary AS, serta asosiasi bisnis di Washington untuk mencapai hasil nyata dalam perjanjian dagang.

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Indonesia tengah mendorong pembahasan yang lebih konkret dalam agenda kerja sama ekonomi dengan Amerika Serikat (AS), termasuk soal kemungkinan penurunan tarif impor dan penguatan kemitraan dagang. 

"Kita bicara (berbagai hal) secara global dan nanti teknisnya akan dibahas di Washington,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto di Jakarta, Selasa (15/4/2025). 

Dalam kunjungan tersebut, delegasi Indonesia dijadwalkan bertemu dengan sejumlah mitra strategis, termasuk United States Trade Representative (USTR) dan Departemen Keuangan Amerika Serikat (Treasury Secretary).

Selain pertemuan bilateral dengan pemerintah AS, Indonesia juga akan berdialog dengan sejumlah asosiasi bisnis dan organisasi yang memiliki pandangan sejalan atau like-minded dengan Indonesia. Beberapa di antaranya US-ASEAN Business Council, USINDO (United States–Indonesia Society), serta berbagai asosiasi bisnis lainnya yang berbasis di Washington.

1. Perlu beberapa kali pertemuan hingga mencapai hasil final

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Russia-Indonesia Bussiness Forum di Jakarta. (IDN Times/Marcheilla Ariesta)

Airlangga menegaskan keinginannya untuk memperoleh hasil nyata dan pragmatis dalam pembahasan kerja sama ekonomi dan perdagangan dengan AS. Meski demikian, ia menyebut proses perjanjian dagang umumnya memerlukan beberapa tahap negosiasi sebelum mencapai kesepakatan final.

“Tentu, dari pengalaman dalam berbagai perjanjian, pertemuan itu tidak cukup sekali. Biasanya berlangsung dua hingga tiga putaran, tahap pertama untuk kesepakatan awal, dan tahap berikutnya untuk penyusunan draf,” tuturnya.

2. Pertemuan Indonesia-AS berharap hasilkan langkah konkret

Donald Trump dengan bagan tarif resiprokal pada 2 April 2025 di Gedung Putih (flickr.com/The White House)

Dalam pertemuan nanti, Indonesia secara tegas menyampaikan pihaknya menginginkan pendekatan yang lebih konkret dan berorientasi pada hasil (specific outcome).

“Artinya, yang kami dorong bukan sekedar kerangka kerja, tapi hasil yang nyata dan bisa segera diimplementasikan,” ujarnya.

Indonesia juga membuka kemungkinan kerja sama dalam bentuk perjanjian seperti limited Free Trade Agreement (FTA), atau memanfaatkan model kerja sama terdahulu seperti Trade and Investment Framework Agreement (TIFA) yang pernah dimiliki bersama AS.

"Tapi lain kita minta yang specific outcome, yang pragmatis saja," ucapnya. 

3. RI bakal beli barang dari AS senilai 19 miliar dolar AS

ilustrasi ekspor-impor (IDN Times/Aditya Pratama)

Airlangga sebelumnya menyampaikan, Indonesia akan membeli tambahan barang impor dari AS senilai 18–19 miliar dolar AS. Langkah ini merupakan bagian dari negosiasi terkait tarif impor sebesar 32 persen yang dikenakan kepada Indonesia.

Airlangga mengatakan, rencana tambahan impor dari AS itu untuk mengurangi defisit perdagangan AS dengan Indonesia. Secara teknis disebut sudah dipersiapkan komoditas yang akan dibeli.

"Rencana Indonesia untuk mengompensasikan delta daripada ekspor dan impor yang besarannya  18-19 miliar dolar AS. Oleh karena itu, secara teknis sudah dipersiapkan komoditasnya," kata Airlangga dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (14/4).

Dia memastikan tambahan impor yang akan dibeli dari Amerika Serikat disesuaikan dengan kebutuhan dalam negeri.

“Indonesia akan membeli barang dari AS sesuai dengan kebutuhan Indonesia,” ujarnya.

AS mencatat defisit perdagangan sebesar 18 miliar dolar AS dengan Indonesia sepanjang 2024. Hal ini menunjukkan nilai impor negeri Paman Sam dari Indonesia jauh lebih besar dibandingkan ekspor mereka ke Tanah Air. Surplus neraca perdagangan Indonesia dengan AS tercatat sebesar 16,08 miliar dolar AS sepanjang 2024.

Sementara itu, total surplus perdagangan nonmigas Indonesia pada tahun yang sama mencapai 31,04 miliar dolar AS. Produk ekspor nonmigas Indonesia ke AS, antara lain mencakup garmen, peralatan listrik, alas kaki, dan minyak nabati.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us