RI Mau Perluas Ekspor Furnitur ke India hingga Timur Tengah

Jakarta, IDN Times - Indonesia berencana untuk memperluas pasar ekspor produk furnitur dan homeware (peralatan rumah tangga) ke negara Timur Tengah dan India. Selama ini Eropa dan Amerika menjadi tujuan ekspor andalan Indonesia untuk produk tersebut.
Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Putu Juli Ardika mengatakan, permintaan dari Amerika dan Eropa mengalami penurunan permintaan.
"Selama ini memang industri furnitur ini produknya banyak diekspor ke Amerika dan sebagian lagi ke Eropa, di mana 2 negara tersebut ya di banyak negara, sebenarnya 2 negara tersebut sedang mengalami penurunan pertumbuhan," kata Putu di Kantor Kemenperin, Jakarta, Selasa (9/5/2023).
1. Indonesia lakukan eksplorasi negara alternatif tujuan ekspor

Pemerintah, dijelaskan Putu, di bawah koordinasi Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian sudah membentuk satuan tugas (satgas) ekspor. Satgas ekspor sedang menjajaki perluasan pasar selain Amerika dan Eropa, sebagai alternatif tujuan ekspor furnitur.
"ASEAN ini adalah potensi yang cukup besar ya disamping itu juga India. Jadi India sedang dijajaki, tadi Timur Tengah juga sudah disampaikan dan beberapa negara Asia," sebutnya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki menerangkan, perekonomian dunia sedang lesu, serta sedang terjadi pergeseran lanskap ekonomi dunia.
"Oleh karena itu juga memang kita harus juga mencari potensi-potensi pasar yang baru seperti Timur Tengah. Saya kira masih cukup baik dan growing (tumbuh) juga Asia, itu sekarang menjadi pusat pertumbuhan dunia," kata Teten.
2. Ada 3 hal yang jadi perhatian pemerintah

Dikatakan Putu, dalam memperbaiki pasar global dan meningkatkan pasar dalam negeri untuk produk furnitur Indonesia, pemerintah menyadari industri tersebut masih menghadapi sejumlah tantangan dan kendala.
"Berdasarkan aspirasi dari pelaku industri, kami menyerap beberapa isu pokok yang dihadapi oleh industri furnitur dan kerajinan dalam negeri," ujarnya.
Kemenperin menyoroti tiga hal. Pertama, permasalahan domestik terkait dengan rantai pasok ketersediaan bahan baku. Kemudian yang kedua adalah teknologi dan SDM. Dalam hal ini, peningkatan teknologi di industri furnitur dan kerajinan nasional belum menjangkau secara merata.
Terakhir, isu pemberlakuan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) Wajib. SVLK ditujukan untuk menjaga aspek kelestarian lingkungan dan lacak balak bahan baku (sustainability and traceability) pada produk kayu.
"Aspek sustainability dan traceability sekarang ini mendapat perhatian besar dan bahkan menjadi syarat di pasar global," tambahnya.
3. Pengusaha harap ekspor furnitur tumbuh hingga 15 persen

Wakil Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Bidang Promosi dan Pemasaran, Anne Patricia Sutanto mengatakan, pihaknya berharap ekspor furnitur bisa tumbuh 10 sampai 15 persen pada 2023 dan 2024.
Kata dia, tahun lalu Indonesia mengekspor furnitur dan peralatan rumah sekitar 2,8 miliar dolar AS sampai 3 miliar dolar AS. Peningkatan ekspor bisa dicapai melalui Indonesia Meubel & Design Expo-IFFINA 2023 pada 14-17 September 2023 di ICE BSD, Tangerang, Banten.
"Harapan kami dengan adanya IFFINA mengharapkan ada kenaikan 10-15 persen untuk ekspor kita di 2023 dan 2024 dan juga membuat semua masyarakat Indonesia sadar bahwa produksi Indonesia, bahwa mikro, small, medium, dan big business furniture dan home itu bisa dipakai kebutuhan-kebutuhan dalam negeri," tambah Anne.