Rupiah Bertengger Rp16 Ribu, Misbakhun: Murni Masalah Teknikal di AS

- Rupiah ditutup di level Rp16.196 per dolar AS, menguat 25 poin atau 0,15 persen dari penutupan sebelumnya.
- Penyebab pelemahan rupiah disebabkan oleh kebijakan fiskal dan moneter, serta inflasi di Amerika Serikat yang turun setelah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden.
- KPK mendalami kasus penyalahgunaan dana CSR di Bank Indonesia, namun tidak mempengaruhi pelemahan rupiah. BI akan kooperatif dalam proses hukum yang dilakukan KPK.
Jakarta, IDN Times - Ketua Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari fraksi Partai Golkar Mukhamad Misbakhun menyoroti penyebab pelemahan rupiah dalam beberapa hari terakhir.
Meski berdasarkan data Bloomberg hari ini, rupiah berhasil ditutup menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di level Rp16.196,50 per dolar AS, menguat 25 poin atau 0,15 persen dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp16.221 per dolar AS.
"Penyebab utama dari pelemahan yang saat ini terjadi murni karena kebijakan fiskal, kebijakan moneter yang selama ini diambil dan dalam bulan ini karena inflasi di Amerika Serikat juga mengalami penurunan," tegasnya dikutip, Senin (23/12/2024).
1. Terpilihnya Trump jadi Presiden AS beri sentimen negatif ke pasar keuangan

Menurutnya pascaterpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat, kepercayaan pasar pun ikut menurun. Kondisi ini pun memberikan sentimen negatif yang mempengaruhi pergerakan rupiah pada arah pelemahan rupiah.
Data Personal Consumption Expenditures (PCE) Amerika Serikat per November tercatat hanya naik 2,4 persen secara tahunan, sedikit di bawah ekspektasi pasar. Angka ini meredakan kekhawatiran inflasi dan memberikan optimisme bahwa bank sentral dapat mencapai target inflasi 2 persen tanpa tindakan yang lebih agresif.
2. Tidak ada hubungan penggeledahan kasus BI oleh KPK dengan kinerja rupiah

Di samping itu, langkah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang terus mendalami kasus dugaaan penyalahgunaan dana corporate social responsibility (CSR) di Bank Indonesia (BI), dinilainya tidak mempengaruhi rupiah.
"Tidak ada hubungan penggeledahan BI oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan melemahnya rupiah terhadap dolar AS yang saat ini sedang berjalan," tegasnya.
Untuk itu, sebaiknya Bank Indonesia ber konsentrasi penuh melakukan langkah-langkah kebijakan operasi moneter yg konstruktif untuk membuat nilai tukar rupiah kembali menguat terhadap dolar AS.
"Jadi apa yg terjadi saat ini dengan pelemahan rupiah murni karena masalah teknikal tidak ada kaitannya dengan penggeledahan KPK di Bank Indonesia," ucapnya.
Terkait dengan penggeledahan KPK di kantor Bank Indonesia itu adalah prosedur dari proses hukum yang harus dihormati dalam rangka penegakan hukum atas kasus yg sedang di dalami oleh KPK.
3. BI janji akan kooperatif dan hormati proses hukum

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia (B)I Perry Warjiyo memastikan bahwa BI akan kooperatif dan menaati proses hukum yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) perihal dugaan kasus penyalahgunaan dana tanggung jawab sosial atau corporate social responsibility (CSR) dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BI.
"Bank Indonesia menghormati proses hukum yang dilaksanakan oleh KPK sebagaimana prosedur dan ketentuan yang berlaku. Kami juga mendukung upaya-upaya penyidikan, serta bersikap kooperatif kepada KPK," kata Perry dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia Desember, Rabu (18/12/2024).
BI mendukung upaya-upaya penyidikan, serta bersikap kooperatif kepada KPK. Hal ini tercermin dari pemberian keterangan dari pejabat BI dan penyamapian dokumen dalam pemeriksaan.